Baju Jersey Bola

Persik Kediri dan Jebakan Sepak Bola

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
BERITA BOLA,- Saya pernah bertanya ke Ahn Jung-hwan, saat itu salah seorang pemain dengan bayaran termahal di Asia, dengan gaji sebesar yang dia miliki, apa yang kira-kira bisa dia lakukan di Kediri, kota yang harga semangkuk sotonya hanya sekitar Rp 4 ribu dan kehidupan malamnya selesai setelah pukul 21.00 WIB ?

Ketika itu, 19 Mei 2004, Ahn bersama timnya klub Jepang Yokohama F. Marinos, tengah melawat ke Kediri untuk melakoni laga penyisihan grup Liga Champions Asia melawan Persik. Dan, saya bersama beberapa wartawan saja diberi waktu khusus mewawancarai pemain yang diusir dari klub Italia Perugia setelah mencetak gol kemenangan Korea Selatan atas Italia dibabak 16 besar Piala Dunia 2002 tersebut.

Ahn tak menjawab pertanyaan saya. Lebih tepatnya, barangkali, tak bisa menjawab. Dia hanya menggeleng sembari sedikit tersenyum. Wajar. Untuk seorang pemain yang ketika itu dibayar USD 500 ribu (sekitar Rp 4,2 miliar dengan kurs saat itu) per musim, Kediri ribuan tahun cahaya bedanya dengan Seoul, Yokohama, atau Perugia sekalipun.

Tapi, justru di situlah poinnya. Sepak bola bisa mendatangkan kebanggaan tak terkira untuk kota seperti Kediri. Sebuah kota yang tak punya bandara dan jarak dari ibu kota provinsi masih tiga jam perjalanan darat.

Sepak bola yang bisa membuat warga Kota Tahu itu, ketika menghadapi orang yang kesulitan membayangkan letak geografis Kediri, tinggal bilang, “Itu tuh kota yang dua kali menjuarai Liga Indonesia.”

Ya, dua kali. Lebih banyak dari Persija Jakarta atau PSM Makassar dan sejajar dengan Persib Bandung serta Persebaya Surabaya. Dan, kita tahu, mereka adalah klub-klub legendaris tanah air dan berbasis di kota-kota besar.

Saya menyebut itu kebanggaan tak terkira karena saya teringat sebuah adegan di film Cidade de Deus alias City of God saat Buscape, karakter utama di film tentang kehidupan di salah satu favela di Rio de Janeiro tersebut, mendapat tumpangan dari seorang pria asal Sao Paulo.

“Anda dari Sao Paulo?” tanya Buscape

“Ya,” jawab si pria yang memberi tumpangan.

“Anda pasti orang kaya,” ujar Buscape lagi.

Di Brasil, Anda tahu, Sao Paulo dikenal sebagai pusat perekonomian. Ada sinisme atau kecemburuan umum yang berkembang di Negeri Samba itu, seperti tersirat dari pertanyaan Buscape, yang menganggap siapa saja yang berasal dari metropolitan berpenduduk lebih dari 20 juta jiwa tersebut pastilah mapan secara finansial.

Dan, Brasileiro dari luar Sao Paulo hanya bisa melawan apa yang mereka persepsikan sebagai ketimpangan perekonomian itu melalui sepak bola. Maka, orang Rio, misalnya, begitu membanggakan Palmeiras yang merupakan klub paling populer di Brasil. Atau Maracana, stadion yang mendapat julukan kuil sepak bola, tempat dua final Piala Dunia digelar.

Sepak bola juga yang membuat warga Porto Alegre khususnya, dan Rio Grande do Sul, negara bagian paling selatan di Brasil, umumnya, bisa menepis stigma sebagai wilayah koboi dengan bakat membangkang. Dua klub jagoan mereka, Gremio dan Internacional, sama-sama pernah menjadi juara dunia. Dari sana pula, dari wilayah yang pernah memberontak dan memproklamirkan kemerdekaan itu, lahir Ronaldinho yang di masa jayanya seperti seorang penari balet di lapangan hijau.

Sepak bola bagi kota-kota seperti Kediri, Rio, atau Porto Alegre menjadi semacam identitas perlawanan. Atau kalau boleh mengutip James C. Scott, merupakan “senjata kaum lemah.” Sarana untuk mengentuti siapa saja yang berada di atas sana karena banyaknya uang di saku, baju tren terbaru yang dikenakan, atau mobil mengkilat yang dikendarai.

Tapi, di sisi lain, di situ pula jebakan sepak bola itu berada. Kebanggaan seperti yang melambungkan Kediri itu pada akhirnya juga membutakan. Lupa dengan keterbatasan kekuatan perekonomian dan daya dukung wilayah untuk menghidupi sebuah klub profesional di kompetisi level teratas.

Bagaimana mungkin mengharapkan Kediri yang hanya berada di urutan ke-12 dari 20 kota dan kabupaten di Jawa Timur dengan pendapatan per kapita tertinggi dalam data BPS 2013 bisa merawat sebuah klub yang kebutuhan tiap musim mencapai puluhan miliar dan terus meningkat dari waktu ke waktu ?

Dengan mengubah Persik menjadi sebuah PT dan mengoperasikannya murni sebagai entitas bisnis ? Anda pasti tahu betapa konyolnya harapan tersebut. Sudah dua dekade Liga Indonesia berjalan, klub-klub peserta hanya bisa hidup dari saweran donatur atau kebaikan hati para owner yang bergelimang duit.

Antusiasme penonton memang tinggi. Tapi, sulit berharap para sponsor bisa antusias menjalin kerja sama kalau tiap musim liga kita tak pernah lepas dari berbagai kebrengsekan. Plus absennya transparansi pengelolaan keuangan.

Karena itu, dicoretnya Persik Kediri dan Persiwa Wamena dari Indonesia Super League 2015, barangkali, adalah blessing in disguise. Sebuah kesempatan berefleksi bagi kedua tim itu, maupun klub-klub lain: benarkah mereka mampu menghidupi diri secara profesional ?

Toh kebanggaan bagi sebuah kota bisa datang dari mana saja. Salatiga, contohnya, tak punya klub profesional. Tapi, orang selamanya akan mengenang diklat di kota kecil nan dingin di Jawa Tengah itulah yang telah menelurkan Kurniawan Dwi Julianto, Gendut Doni, dan Bambang Pamungkas.

Langkah itu pula yang ditempuh Desportivo Brasil. Klub yang berdiri di Porto Feliz, sebuah kota kecil di Negara Bagian Sao Paulo itu, memilih berkonsentrasi pada pembinaan pemain muda, bukan prestasi di liga. Hasilnya, mereka sukses menggaet sejumlah klub besar Eropa untuk berkolaborasi sekaligus pasar buat mendistribusikan pesepak bola hasil didikan.

Untuk apa sebuah kota memaksakan diri mengelola sebuah klub sepak bola profesional kalau yang lebih banyak tersedia di wilayah mereka justru bakat-bakat di bulu tangkis, bola voli, basket, dayung, atau renang, misalnya? Menelurkan atlet yang bisa merebut medali di SEA Games—apalagi Asian Games dan Olimpiade—tak kalah membanggakan (atau malah mungkin jauh lebih membanggakan) ketimbang memiliki tim yang berlaga di ISL tapi di-uri-uri dengan cara yang tak rasional.

Jadi, pencoretan dari ISL bukanlah kiamat bagi Kediri. Justru kesempatan untuk menentukan sikap dan prioritas. Mengambil keputusan yang disesuaikan dengan kemampuan diri adalah sebuah pilihan bermartabat yang juga bisa membanggakan warga kota, meski mungkin sosok sekaliber Ahn Jung-hwan tak akan mampir lagi ke sana.

(Tatang Mahardika/JawaPos)
Baca Selengkapnya

Profesionalisme yang Bertumpu Pada Donatur

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
BERITA BOLA,-  Profesionalisme yang selalu dibanggakan PSSI terkait pengelolaan klub-klub ISL nyatanya hanya sebatas pada kata-kata. Profesional hanya sebatas badan hukum. Pengelolaan finansial yang baik secara perusahaan, entah itu upaya memaksimalkan pendapatan atau meminimalisir kerugian masih dilakukan dengan cara-cara tradisional.

Salah satu hal kentara yang bisa terlihat adalah sumber pendapatan dana yang didominasi oleh para donatur. Sistem ini mirip-mirip seperti apa yang lazim dilakukan klub-klub Galatama di dekade 70-80an. Ibarat dua sisi mata uang, akan ada dua kemungkinan yang bisa dicapai, tetap eksis atau bubar. Namun opsi kedualah yang banyak terbukti di Indonesia. Bukti kegagalan sistem pendanaan secara donatur ini bisa terlihat dari dua klub semenjana yang kini sedang berjuang mati-matian agar bisa tetap eksis di ISL, Persiwa Wamena dan Persik Kediri.

Manajer Persiwa, Agus Susanto mengakui bahwa mayoritas anggaran Persiwa didapat dari sumbangan Asosiasi Bupati Pegunungan Tengah Papua. "Hampir 70-80% biaya operasional kami selama satu musim didapat dari sumbangan bupati-bupati di Pegunungan Tengah," ungkapnya.

Dari data yang didapat Jawa Pos, jumlah kabupaten di sekitaran pegunungan tengah mencapai 10 kabupaten. Tercatat biaya operasional Persiwa saat mengikuti Divisi Utama musim lalu mencapai 13 Milyar. Estimasinya berarti di musim lalu, setiap bupati menyumbang 1,3 Milyar untuk Persiwa. - Catering Malang -

Meski begitu, Agus membantah dugaan itu. Menurutnya sumbangan itu tak bersifat memaksa, maka dari itu tiap bupati memberikan sumbangan dengan nilai yang berbeda-beda. "Tentu saja bantuan terbesar dari bupati Jayawijaya, selaku pemilik Persiwa secara wilayah," ungkapnya.

Dengan dana yang didapat dari sumbangan para bupati maka tak menutup kemungkinan kebocoran penggunaan APBD untuk sepakbola. Meski begitu, Agus tak begitu peduli dengan asal-usul itu, dia tetap yakin bahwa sumbangan dana yang didapat dari donatur murni dari kocek pribadi bupati-bupati itu sendiri.

Ketidakjelasan dana ini juga dialami oleh Persik Kediri. Secara blak-blakan, Wakil Manajer, Rudi Hermanto mengutarakan bahwa pendapatan bersih Persik di ISL musim lalu berkisar 10 Milyar. Angka ini tentu saja jauh dari target manajemen yang berharap mendapatkan 13 Milyar. Dengan keminusan ini wajar saja jika Persik memiliki masalah tunggakan gaji kepada seluruh pemain pada musim lalu hingga empat bulan lamanya

Tapi jangan sangka angka pendapatan 10 Milyar yang didapatkan Persik bukanlah berkat kelihaian manajemen memanfaatkan potensi bisnis. Rudi mengakui bahwa 80% pemasukan itu didapat dari donatur yang konon katanya adalah para pengusaha kaya yang gila bola dan bermukim di Kediri. Salah seorang orang dalam Persik membocorkan bahwa salah satu donatur terbesar Persik adalah Iwan Budianto, Manajer Arema Cronus. Dan patut dicatat sumbangan ini sukarela, tanpa pamrih mendapat untung lebih.

Diluar pemasukan dari donatur, sumber pendanaan Persik hanya mengandalkan sektor tiket yang berkeuntungan 1,3 Milyar dan revenue sharing televisi dari PSSI yang berjumlah 2 Milyar. Total pemasukan dari Aboard tak jadi hitungan, karena nominalnya yang teramat kecil hanya mencapai puluhan juta. Dengan begitu berarti ada sekitar 7-8 Milyar uang donatur yang diserap oleh Persik. "Klub-klub kecil di daerah kondisinya memang seperti itu, sulit untuk tak hanya bergantung pada sosok donatur," keluh Rudi.

Terlalu bertumpu mengandalkan kucuran dana donatur memang jadi sebuah dilema tersendiri. Tak adanya kontrak hitam di atas putih membuat kucuran dana bisa berhenti kapanpun, tergantung mood si empu pemilik uang. Hal ini diakui Agus. Tak jarang dia berkeluh kesah kepada media menuntut agar bupati-bupati itu merealisasikan janji membantu Persiwa. "Ya itulah resikonya, agar bisa tetap bertahan kami harus jangan putus asa menagih janji-janji itu," ungkapnya.

(JawaPos)
Baca Selengkapnya

Gengsi Piala FA - Turnamen Sepak Bola Tertua

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
ARTIKEL BOLA,- "Ketika ada seorang warga asing yang menyaksikan sepak bola Inggris dan anda melihat karpet merah dan manajer membawa bunga besar, setiap pemain yang datang ke Inggris jika benar-benar beruntung, mereka pasti menginginkan bermain setidaknya sekali di final Piala FA," ujar Gus Poyet seperti dikutip laman resmi Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) thefa.com.

"Saya menyaksikan semua ini dari Uruguay, di mana tidak ada piala dan dari Spanyol di mana hanya ada Copa del Rey (Piala Raja Spanyol), tetapi Piala FA adalah turnamen terhebat di dunia," lanjut manajer klub Divisi Championship (Divisi II), Brighton & Hove Albion.

Manajer berusia 45 tahun ini memang paham benar soal Piala FA. Mantan pemain tim nasional Uruguay itu memang pernah bermukim di Spanyol dengan memperkuat Real Zaragoza dari 1990 hingga 1997 dan memenangkan Copa del Rey (Piala Raja Spanyol). Tetapi Poyet merasakan atmosfer berbeda ketika memenangkan Piala FA 2000 bersama Chelsea. Poyet memperkuat The Blues dari 1997 hingga 2001.

Beberapa waktu lalu pada pekan pertama Januari 2013, Piala FA yang telah memasuki putaran ketiga kembali bergulir. Sebanyak 20 tim dari Liga Primer Inggris mulai ikut berkompetisi setelah sebelumnya sejumlah tim dari divisi bawah harus bertarung lebih dulu.

Piala FA pertama kali digelar pada musim 1871/1872 yang dimenangkan oleh Wanderers FC. Klub amatir ini sempat dibubarkan, namun kemudian berdiri lagi. Juara terakhir adalah Chelsea yang mengalahkan Liverpool di final 2012.

Piala FA memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh piala-piala lainnya di Italia, Jerman, Spanyol, Prancis, atau Belanda. Selalu ada kejutan saat tim-tim gurem dari divisi bawah entah itu profesional dari divisi III atau IV, bahkan yang berstatus amatir.

Coppa Italia didominasi oleh klub-klub Seri A Italia, mana ada tim Seri B membuat kejutan. Copa del Rey juga dikuasai tim-tim La Liga Primera. Piala Jerman DFB Pokal pun selalu dikuasai oleh tim-tim Bundesliga. Coupe de France (Piala Prancis) tetap didominasi klub-klub Ligue 1 Prancis, meski sesekali tim papan bawah atau amatir membuat kejutan. Hal yang sama juga terjadi di Piala Belanda KNVB Beker yang didominasi klub-klub Liga Belanda Eredivisie.

Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) ingin memberikan sesuatu berbeda dengan memberikan kesempatan kepada tim-tim kecil, apalagi mereka juga bisa menjadi tuan rumah menjamu klub-klub Liga Primer Inggris.

Piala FA selalu memunculkan kejutan saat tim-tim Liga Primer Inggris dipermalukan. Hal ini juga yang coba diharapkan Poyet ketika Brighton & Hove Albion berjumpa Newcastle United, ini adalah ulangan babak keempat tahun 2012 lalu yang dimenangkan oleh Brighton.

Poyet sendiri sadar jika Brighton hanya punya peluang kecil, tetapi menjadi batu sandungan tim besar akan meningkatkan kepercayaan diri lantaran The Seagulls memburu promosi ke Liga Primer dengan mengincar zona play-off. "Saya pikir memang sulit dan saya yakin para pemain Newcastle datang ke sini dan menunjukkan jika mereka lebih baik dari kami, lantaran mereka memang lebih baik dari kami," lanjut Poyet. Namun, Brighton akhirnya bisa mengulangi pencapaian 2012 lalu dengan menang 2-0.

Sejumlah tim Liga Primer Inggris memang harus berhati-hati lantaran berjumpa tim cupu. The Reds yang menjuarai Piala FA 7 kali akan bertandang ke Mansfield Town, klub Conference National (Divisi V). Yang menjadi kekhawatiran Liverpool justru lapangan buruk Field Mill milik Mansfield yang acak-acakan setelah cuaca buruk dalam beberapa pekan terakhir.

"Air tidak hanya menggenangi lapangan. Jika anda melemparkan bola maka bola tidak akan memantul. Ya, kita hanya bisa berharap. Kami ingin memberikan yang terbaik bagi diri kami sendiri di hadapan penonton televisi di seluruh dunia," kata Manajer Mansfield Town, Paul Cox kepada koran lokal Mansfield Chad chad.co.uk.

Tetapi yang dikhawatirkan tidak terjadi, malah Liverpool menang berkat gol berbau handball Luis Suarez. Lucunya, Liverpool hanya bisa menang 2-1 atas tim culun ini.

Juara Piala FA 2011, Manchester City bertemu tim Championship, Watford. Pertemuan antara dua manajer asal Italia, Roberto Mancini (Manchester City) dan Gianfranco Zola (Watford). Ngomong-ngomong, keduanya yang sama-sama berposisi penyerang sempat tidak akur di tim nasional Italia ketika masih aktif bermain. Saat menjadi juara dua tahun lalu, The Citizens mengakhiri dahaga gelar selama 35 tahun! Skuad Mancini menang telak 3-0 atas Zola.

Sederetan tim-tim dari League One (Divisi III), League Two (Divisi IV) berlaga bersaing dengan klub Liga Primer atau Championship. By the way, Hastings United, klub Divisi Isthmian League Premier Division (Divisi VII) akan menjajal tim Divisi Championship, Middlesbrough. Bisa dikatakan kalau Hastings United malah tergolong amatir. Tidak heran jika Hastings United kalah kelas dan keok 1-4.

Namun tidak semua tim Liga Primer Inggris berjumpa klub-klub kecil. Juara bertahan Chelsea bertandang ke tim sesama Liga Primer, Southampton. Sejak Poyet membawa The Blues juara pada 2000, Chelsea meraih 4 gelar dan mengoleksi 7 trofi. The Blues berpesta gol 5-1 atas Southampton berkat kontribusi penyerang anyar, Demba Ba.

Tim berbasis di London, Arsenal bertamu ke Swansea City. Sementara Manchester United yang mengoleksi gelar paling banyak dengan 11 trofi bertandang ke West Ham United.

Piala FA menjadi trofi pertama manajer Sir Alex Ferguson di The Red Devils yang diraihnya pada 1990. Sepanjang 26 tahun mengurusi Manchester United, Ferguson memenangkan 5 Piala FA, tetapi gelar terakhir justru diraih pada 2004 silam. Setelah itu, The Red Devils hanya meraih 2 kali runner up.

Babak ketiga telah dilangsungkan, tetapi sejumlah hasil imbang memaksa adanya pertandingan ulang, tim tamu berganti menjadi tuan rumah dalam replay. Ada 11 laga replay dalam laga yang dilangsungkan pada 16-17 Januari ini. Dua di antaranya adalah laga yang melibatkan duo raksasa Arsenal dan Manchester United.


Baca Berita Lainnya :

Tenun Ikat Kaos Kediri BatikJersey
Baca Selengkapnya

Menunggu Siapa Raja Gol Piala Afrika 2013

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
BERITA BOLA,-  Benua Afrika sedang menantikan penunjukan raja gol baru di ajang Piala Afrika 2013, yang akan digelar di Afrika Selatan, mulai 19 Januari hingga 10 Februari 2013, mendatang. Puluhan striker dari 16 kontestan yang mengikuti pagelaran dua tahunan milik Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF).

Didier Drogba dengan 59 gol dari 90 pertandingan untuk Pantai Gading masih mengikuti turnamen ini. Ia masih difavoritkan sebagai top scorer. Mungkin untuk kali terakhir, mengingat usianya sudah menginjak 34 tahun. Tapi bomber Kamerun Samuel Eto'o absen bersama timnasnya, sehingga membuka peluang bagi talenta-talenta muda untuk unjuk kemampuan.

Pada turnamen terakhir yang dimenangi oleh Zambia, ada tujuh top scorer yang sama-sama membuat tiga gol. Dari antara mereka, beberapa nama masih mengikuti kompetisi 2013. Drogba, pasangan Zambia Chris Katongo dan Emmanuel Mayuka, Cheick Tidiane Diabate dari Mali, serta pemain Angola Manucho adalah penyerang-penyerang yang berpotensi merebut hadiah Sepatu Emas.

Meskipun demikian, diharapkan muncul sensasi baru untuk tahun ini. Pemain berusia 24 tahun Wilfried Bony adalah calon penerus Drogba di masa mendatang. Ia justru layak dipasang sebagai starter ketimbang Salomon Kalou atau Gervinho di skuad Pantai Gading.

Bony sementara ini bermain untuk klub Belanda Vitesse Arnhem. Musim ini, ia memuncaki daftar top scorer Eredivisie dengan koleksi 17 gol dari 18 pertandingan. Dibandingkan dengan yang lainnya, ia menjadi pemain paling tajam dari benua Afrika, yang mengoleksi banyak gol di liga terkemuka Eropa.

Masih dari Pantai Gading, ada penyerang berusia 22 tahun bernama Lancina Traore yang dipanggil pelatih Sabri Lamouchi lantaran sembilan golnya untuk Anzhi Makhachkala di Liga Primer Rusia. Catatan itu sedikit lebih bagus dari harapan Nigeria Ahmed Musa, yang membuat 8 gol untuk CSKA Moscow.

Manucho akan menjadi pesaing serius bagi mereka. Sempat mengenyam sejenak waktu bersama Manchester United, penyerang Angola berusia 29 tahun ini membuat 6 gol untuk klub Spanyol Real Valladolid. Dua di antaranya dilesakkan ke gawang Real Madrid, pekan lalu.

Kemudian juara bertahan Zambia tidak hanya memiliki Chris Katongo dan Emmanuel Mayuka, juga Jacob Mulenga, pemain Utrecht berusia 28 tahun. Sedangkan tuan rumah Afrika Selatan berharap pada Katlego Mphela, top scorer di kompetisi domestik selama tiga musim berturut-turut, meskipun ia baru kembali dari enam bulan absen seusai operasi lutut.

Penyerang Tottenham Hotspur Emmanuel Adebayor adalah nama besar terakhir yang pantas disebut. Ia kerap berada di bawah bayang-bayang Drogba dan Eto'o. Namun, ketajamannya di kompetisi Eropa sangat dibutuhkan oleh timnas Togo.


Baca Berita Lainnya :

Tenun Ikat Kaos Kediri BatikJersey
Baca Selengkapnya

Guyonan Terbaru PSSI : Financial Fair Play

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
OPINI BOLA,- Setelah PSSI versi Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) terbukti tidak peduli aturan club deposit sebagai langkah untuk melindungi hak pemain di Indonesia Super League (ISL), PSSI versi Djohar Arifin justru kebablasan. Mereka mengeluarkan statemen soal pemberlakukan financial fair play untuk Indonesian Premier League (IPL).

Bicara Financial Fair Play, saya jadi ingat klub-klub kaya raya Eropa. Ada Manchester City, Paris Saint Germain, Chelsea, atau Real Madrid. Mereka dianggap sebagai klub yang sangat royal dalam membeli sekaligus menggaji pemain hingga sangat mengkhawatirkan karena dianggap tak kompetitif.

Financial Fair Play jelas bertujuan agar mereka tidak jor-joran dalam menghamburkan uang. Entah mendapat 'wangsit' dari mana, tiba-tiba Ketua Komite Kompetisi Sihar Sitorus lewat rilis PSSI mengeluarkan rencana bakal memberlakukan aturan itu di IPL musim ini. Iya, di kompetisi IPL yang musim lalu pailit itu.

Begini bunyinya, "Batasan maksimal pengeluaran klub adalah Rp12 miliar. Prosentase pengeluaran dari total Rp 12 miliar tersebut, 60 persennya untuk pembayaran gaji pemain. Sedangkan 40 persen lainnya untuk operasional. Sehingga, jika klub tidak ingin gulung tikar harus berpatokan pada peraturan tersebut."

Saya sungguh gagal paham, statemen Sihar itu saking menghayati sepakbola Eropa atau benar-benar untuk memajukan klub-klub IPL. Mungkin sebagian besar pecinta bola sepakat Financial Fair Play sudah waktunya ditegakkan di Eropa sana agar klub-klub kaya tidak semakin gelap mata.

Tapi, di Indonesia ? Betapa teganya PSSI bicara kontrol pengeluaran keuangan di saat klub-klub tengah megap-megap tercekik hutang dan tidak memiliki uang. Dengan enteng Sihar menyatakan klub IPL tidak diperbolehkan belanja melebihi Rp12 miliar untuk semusim, tanpa mengukur realita di lapangan.

Statemen itu benar-benar menjadi sindiran yang kejam bagi klub-klub IPL. Sihar seakan menganggap klub di bawah PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) sudah memiliki modal mewah, sehingga sudah saatnya dibatasi. Padahal di luar sana fakta justru sebaliknya.

Jangankan untuk membatasi belanja dan gaji klub, lha klub saja bingung mencari duit. Lihat saja Persibo Bojonegoro si juara Piala Indonesia 2012. Untuk seleksi pemain saja harus berhutang uang receh pada bupati. Untuk kontrak pemain juga belum ada. Nah, terus apa yang mau dikontrol jika uang saja tidak punya?

Konsorsium Mitra Bola Indonesia (MBI) yang memborong saham klub-klub IPL dan Divisi Utama pun belum memberikan dana kepada klub. Saya hampir tak percaya jika yang muncul di otak PSSI adalah Financial Fair Play, bukan pengetatan aturan club deposit. Menurut saya club deposit-lah yang bisa menjamin gaji pemain tak tertunggak.

Setelah klub memiliki deposit yang bagus, baru diterapkan Financial Fair Play untuk mengontrol deposit tersebut. Bukan tiba-tiba bicara muluk soal Financial Fair Play sedangkan klub-klub masih dalam kondisi bangkrut. Dalam situasi seperti ini Financial Fair Play tak akan berguna.

Sebab yang paling manjur menangkal macetnya gaji pemain adalah ketersediaan uang di klub, yang idealnya sudah dipenuhi ketika kompetisi hendak bergulir. PSSI sama saja membodohi publik dengan istilah-istilah mentereng yang nyatanya tak berguna untuk memajukan sepakbola.

Apakah PSSI bisa menunjukkan klub IPL yang sanggup berbelanja di atas Rp 12 miliar ? Saya tidak yakin bisa. Kalau pun bisa paling satu-dua klub saja. Walaupun sedih, jujur harus diakui IPL adalah kumpulan klub-klub miskin dan bangkrut, dengan penyandang dana (konsorsium) yang mulai merasakan bagaimana pahitnya mengelola klub sepakbola Indonesia.

Jika tidak ada klub yang mampu belanja di atas Rp 12 miliar, lantas buat apa bicara Financial Fair Play. Tak ada gunanya. Menurut saya PSSI atau Sihar Sitorus lebih bagus jika diam daripada mengeluarkan statemen yang justru menyakiti klub-klub yang kini mati-matian bertahan hidup. (Kukuh Setiawan/Sindo)


Baca Berita Lainnya :

Tenun Ikat Kaos Kediri BatikJersey
Baca Selengkapnya

Man United vs Liverpool : Rivalitas Prestasi

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
BERITA BOLA,- Rivalitas antara Liverpool dan Manchester United (MU) berjalan unik dan intens. Unik lantaran menyangkut persaingan di luar sepak bola. Intens karena kedua kubu terus saja menjaga persaingan sejak Liga Primer memasuki perimbangan kekuatan awal ’90-an.

Dalam urusan sepak bola, rivalitas kedua kubu tersaji dengan bukti keduanya adalah pengumpul trofi terbanyak sejauh ini. The Reds dengan 18 trofi, sedangkan The Red Devils dengan 19 trofi.

Sebelum MU merebut Trofi Liga Primer ke-19 pada 2011 lalu, kedua tim sejajar dalam perolehan trofi. Menjelang pertemuan kedua tim Minggu (13/1) malam, rivalitas kedua tim tentu meninggi. Dari sisi prestasi terkini, Liverpool memang tertinggal. Mereka ada di posisi 8 klasemen dengan perolehan 31 angka. Sebaliknya, MU tengah di puncak klasemen dan berpeluang merebut titel ke-20.

Namun, semua itu sepertinya tak akan memiliki arti apa pun ketika kick-off sudah dibunyikan di Old Trafford nanti. Selalu ada drama dan pertandingan akan mencerminkan partai klasik dua klub yang sama-sama menyimpan cerita historis dari keberadaannya hingga sekarang.

Pertemuan pertama musim ini di Anfield, 23 September 2012 lalu, adalah buktinya. Tak mudah bagi MU meraih kemenangan, meski sukses mendapatkan skor 2-1. Banyak yang menyebut, kemenangan MU kala itu tak lepas dari kartu merah kontroversial yang dikantongi Jonjo Shelvey pada menit ke-39. Sejumlah pengamat menyebutkan, seandainya saja pertandingan berjalan 11 vs 11, kemungkinan hasilnya akan berbeda. Liverpool unggul lebih dahulu melalui Steven Gerrard pada menit ke-46. Lalu, MU menyamakan keadaan melalui Rafael pada menit ke-51. Dan, gol kemenangan tim tamu lahir pada menit ke-81 dari titik putih.

”Rivalitas antara Liverpool dan Manchester United memang terus saja menarik. Terjadi persaingan yang ketat antara kedua tim dari sisi prestasi. Kedua kota juga memiliki rivalitas di bidang lain di luar sepak bola,” ungkap Pelatih MU, Alex Ferguson, dikutip BBC.

Di luar sepak bola, persaingan kedua kota juga menunjukkan sisi menarik. Persaingan di bidang musik salah satunya. Jika di Liverpool, Beatles menjadi legendaris masyarakatnya, maka warga Manchester pun tak mau kalah. Joy Division, New Order, The Smiths, The Stone Roses, serta Oasis adalah sejumlah grup band yang tumbuh berkembang di Manchester. ”Fenomena ini memang menjadi salah satu hal unik dari persaingan kedua kubu,” tulis BBC.

Minggu besok, Alex akan melakoni laga ke-63 sebagai pelatih MU melawan Liverpool. Sebelumnya, pelatih 71 tahun ini mengantongi rekor 29 kali menang, 14 draw dan 19 kali kalah dalam 62 pertemuan. Di sisi lain, ini akan menjadi pertaruhan kembali bagi Manajer Liverpool Brendan Rodgers. Sejak didatangkan dari Swansea City, awal musim lalu, Rodgers dinilai belum bisa mengangkat performa The Reds sebagaimana harapan yang dibebankan. Manajemen Liverpool membebani Rodgers agar tim mampu finish di posisi Liga Champions musim depan.

Momentum bagi sebuah klub besar biasanya akan datang begitu mereka meraih hasil positif dalam sebuah kesempatan melawan tim besar lain. The Reds berharap mampu memanfaatkan momen tersebut, meski jalan ke sana harus dilalui dengan perjuangan berat. (sugeng wahyudi)


Baca Berita Lainnya :

Tenun Ikat Kaos Kediri BatikJersey
Baca Selengkapnya

Catatan Bola - Lima Masalah Liverpool di Awal Musim

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
CATATAN BOLA,- Masuknya Brendan Rodgers ke Anfield menjanjikan era baru buat Liverpool. Sentuhan emasnya membuat Swansea City jadi tim promosi paling mengesankan musim lalu.

Gaya tiki-taka ala Barcelona yang diadopsinya ke sepak bola Inggris memukau banyak pihak. Sampai-sampai musim lalu Swansea diplesetkan menjadi Swanselona.

Sayang, gaya tiki-taka yang berciri umpan-umpan pendek dengan pergerakan dinamis ala Rodgers tak berjalan mulus di Liverpool. Meski rata-rata mampu menguasai ball possession dan tampil menawan, The Reds hanya mengepak satu poin dari sembilan yang bisa mereka raih di tiga laga awal Liga Primer.

Kekalahan 0-3 dari West Bromwich Albion (WBA), imbang 1-1 dengan Manchester City (Man City) dan dipermalukan 0-2 oleh Arsenal di Anfield mengawali perjalanan Liverpool di Liga Primer musim ini. Start terburuk dalam 50 tahun terakhir. Apa dan siapa yang salah ? Rodgers ?

Belum tentu. Terlalu cepat menilai kinerja pelatih hanya dari tiga laga awal. Apalagi, sepak bola adalah permainan tim. Selain pelatih, banyak komponen yang berperan dalam menentukan sukses atau gagalnya sebuah tim. Dari tiga laga awal di Liga Primer, setidaknya ada lima masalah yang membuat klub Merseyside itu mengawali langkah awal yang kelam.

1. Lambatnya Proses Adaptasi Tim
Sejak dahulu, gaya speed and power ala Inggris melekat kuat dalam permainan Liverpool. Dengan patron tersebut The Reds sempat meraih rekor 18 kali juara Liga Inggris sebelum dilewati Manchester United (MU), dua musim lalu. Mengubah gaya speed and power yang sudah mendarah daging menjadi tiki-taka seperti yang diinginkan Rodgers pasti butuh waktu. Tampak terlihat, meski mampu menampilkan operan-operan yang menawan, keseimbangan permainan Steven Gerrard dan kawan-kawan masihlah lemah sehingga hanya dari tiga laga, kiper Pepe Reina sudah tujuh kali memungut bola dari gawangnya.

2.Buruknya Performa Pemain Senior
Rodgers berani memunculkan Raheem Sterling, pemain belia dari akademi Liverpool ke dalam skuad inti. Remaja berusia 17 tahun itu pun menjawabnya dengan performa mengesankan. Pemain rekrutan baru seperti Joe Allen dan Fabio Borini mulai memperlihatkan potensi emasnya. Sayang di sisi lain, pemain senior justru tampil sangat buruk. Di laga perdana kontra WBA, sebuah kesalahan Daniel Agger berujung kartu merah pada menit ke-58. Pada pertandingan kedua, kemenangan 2-1 atas Man City lenyap karena backpass teledor Martin Skrtel yang dimaksimalkan jadi gol oleh Carlos Tevez. Di laga ketiga, giliran kesalahan passing Gerrard dan lemahnya penampilan Reina yang menuntun dua gol Arsenal di Anfield.

3.Tumpulnya Lini Depan
Di tiga pertandingan awal, Liverpool relatif mampu menampilkan dominasi permainannya. Namun, satu hal paling utama yang gagal mereka dapatkan, yakni gol. Eksplosivitas trisula Sterling, Borini dan Luis Suarez gagal menceploskan si kulit bundar ke gawang lawan melalui permainan terbuka. Memang, ada dua gol yang bisa dicetak ke gawang Man City pada pekan kedua. Namun, keduanya bukan berasal dari sebuah skema permainan terbuka. Gol tandukan Skrtel berawal dari sebuah set piece. Sementara gol Suarez dihasilkan dari free kick.

4.Minim Stok Lini Depan
Performa buruk Liverpool di awal musim ini tak lepas dari buruknya perencanaan tim. Di saat manajemen melepas Dirk Kuyt, Craig Bellamy dan meminjamkan Andy Carroll ke West Ham United, The Reds hanya merekrut dua striker, yakni Borini dari AS Roma dan Samed Yessil, pemuda berusia 18 tahun dari Bayer Leverkusen. Alhasil, alternatif untuk lini depan menjadi sangat terbatas. Liverpool hanya menyisakan Suarez dan Borini sebagai pemain senior di barisan penyerang. Sisanya adalah pemain-pemain belia seperti Sterling, Yessil atau Adam Morgan, striker berusia 18 tahun dari akademi Liverpool.

5.Buruknya Negosiasi di Bursa Transfer
Persetujuan Rodgers meminjamkan Carroll ke West Ham didasari pada rencana perekrutan striker baru seperti Clint Dempsey, Theo Walcott atau Daniel Sturridge. Dalam skenario ini, Dempsey pun jauh-jauh hari sudah menyatakan minatnya berlabuh di Anfield. Namun, kenyataan di lapangan berkata lain. Pada deadline bursa transfer musim panas ini, bintang Amerika Serikat itu berbelok arah menuju Tottenham Hotspur. Konon, negosiasi tak tercapai hanya karena manajemen The Reds enggan menaikkan 1 juta pounds dalam tawaran mereka ke Fulham. Alhasil, Rodgers pun harus gigit jari lantaran tak satu pun pemain buruannya hadir di hari terakhir transfer window.
(Abdul Haris/Sindo)


Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Emas Untuk Mereka Yang Berfikir, Bertangan dan Berhati Emas

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
OPINI,- Apa yang dikawatirkan itu akhirnya terjadi. Kontingen Indonesia gagal mempertahankan tradisi medali emas pada Olimpiade XXX/2012 di London, Inggris.

Malapetaka itu terjadi setelah pasangan ganda campuran Ahmad Tontowi/Liliyana Natsir tersisih di babak semifinal, Kamis (2/8) malam. Duet campuran yang sejak semula diharapkan mampu merebut emas itu harus takluk 23-21, 18-21 dan 13-21 di tangan pasangan China Xu Chen/Ma Jin.

Berakhir sudah tradisi emas yang dicetak sejak Olimpiade Barcelona-Spanyol, tahun 1992 ketika pasangan cinta Susi Susanti dan Alan Budikusuma untuk pertama kalinya menorehkan emas bagi Indonesia di ajang pesta olahraga terakbar dunia itu. Kini kebanggaan selama 24 tahun itu lenyap sudah. Indonesia makin merosot dalam peta olahraga dunia.

Kegagalan mempertahankan tradisi emas itu tentunya bukanlah berarti kiamat bagi olahraga Indonesia. Namun ini menjadi tamparan keras bagi olahraga Indonesia yang selama ini lebih banyak terlena. Bukan itu saja. Para pembina olahraga di Tanah Air lebih banyak mengurusi hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan peningkatan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia.

Sudah begitu olahraga di dalam negeri lebih banyak berisi masalah pertantangan antar lembaga yang mempunyai kewenangan untuk membangun dan membina prestasi. Sudah bukan rahasia lagi, selalu terjadi tarik menarik kepentingan antara Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Tarik menarik kepentingan itu begitu keras saat KONI dan KOI masih dipimpin oleh satu orang Ketua Umum.

Namun kini setelah KONI dan KOI dipisah bukan membuat perubahan yang menyegarkan. Justru perpisahan ini menimbulkan pertentangan baru. KOI dan KONI justru tarik menarik dalam urusan siapa yang lebih pantas untuk menangani pembinaan olahraga di Tanah Air.

Kegagalan di London bukanlah kesalahan bulutangkis yang selama ini menjadi andalan namun tidak mendapat perhatian yang lebih. Juga bukan kegalan cabang olahraga. Ini semua bermula dari kurang padunya gerak dan langkah para petinggi olahraga Indonesia.

Bayangkan, untuk pemberangkatan Kontingen Indonesia ke London dana baru turun lima hari menjelang terbang ke Olimpiade. Sudah begitu dana untuk keperluan atlet juga terhambat.

Apa yang dicapai di London harus menjadi cermin, olahraga Indonesia belum ditangani secara benar. Sudah begitu olahraga Indonesia juga sudah dimasuki para koruptor yang menyedot dana dan kebutuhan olahraga itu sendiri. Kasus Wisma Atlet SEA Games dan Pusat Olahraga Hambalang merupakan conton bagaimana carut marutnya olahraga Indonesia dipermainkan para politisi dan koruptor.

Jadi wajar saja tradisi emas lepas. Emas hanya untuk mereka yang berusaha dengan upaya dan hati emas. Emas akan hadir bagi mereka yang berfikir, bertangan dan berhati emas.
(Gungde Ariwangsa)


Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Belajar Dari Iklan Hap Tangkap The Changcuters

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
OPINI BOLA,-  "Kita nggak pernah tahu hikmah di balik kegagalan. Allah Maha Tahu apa yang terbaik untukmu, Hap. Terus ikhtiar, tangkap semua kebaikan," tutur Ustad Jeffry Al Buchori kepada Hap yang tengah berdoa di sebuah mesjid.

Hap, si penjaga gawang tambun yang berprestasi gagal total itu menoleh ke arah ke Ustad Jeffry Al Buchori alias Uje tersebut. Usai berdoa, scene berubah ketika Hap yang galau tengah berjalan dan mendapati ada rumah yang terbakar.

Dia berhasil menyelamatkan seseorang dari kebakaran tersebut. Lantas grup band Changcuters menawari dia untuk ikut bergabung dalam timnya. Inilah sekelumit cerita tentang iklan operator telepon seluler di Indonesia yang mulai tayang sejak beberapa waktu lalu.

Dalam iklan sebelumnya, Hap yang tambun dan jauh dari atletis itu ngimpi ingin menjadi kiper kesebelasan, ya siapa tahu menjadi penjaga gawang tim nasional. Hap pun diberi kesempatan, tetapi tentu dia mesti dikerek seperti dalam film laga. Hap bisa memperagakan kehebatannya dalam menangkap bola justru sebagai cheerleader di pinggir lapangan.

Legenda Spanyol, Raul Gonzalez pernah meretas karier di Atletico Madrid pada 1990-an. Namun, presiden klub Jesus Gil malah menutup akademi lantaran untuk ngirit biaya. Pemain bertinggi badan 180 cm itu pun hijrah ke Real Madrid.

Raul hanya berada di tim yunior selama 2 musim saja. Sejak 1994 dan hingga hijrah pada 2010, Raul menjadi ikon. Seolah bukan Real Madrid, tetapi "Raul Madrid"! Raul mengemas 323 gol dalam 741 pertandingan. Pemain kelahiran Madrid, Spanyol pada 27 Juni 1977 itu juga mengemas 102 caps dan 44 gol. Sudah menjadi jalan hidup Raul jika dia memang harus berpindah dari Atletico Madrid ke Real Madrid dulu untuk menjadi seorang legenda sepak bola.

Ryan Giggs pernah membela tim yunior Manchester City pada 1985 hingga 1987. Lantas pemain kelahiran Cardiff, Wales pada 29 November 1973 itu kemudian hijrah ke rival beratnya Manchester United.

Pada 1987, manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson begitu terkesan melihat aksi Giggs. Ferguson tidak ragu untuk melakukan pendekatan personal bersama seorang pemandu bakat Manchester United untuk merayu Giggs untuk pindah ke The Red Devils.

Selama 23 musim sejak 1990, Giggs menjadi pemain dengan serangkaian catatan rekor. Mulai dari selalu bermain dan mengemas gol tiap musim, pemain yang paling bermain, yang paling sering juara, dan masih banyak lagi. Giggs telah menorehkan 163 gol dalam 909 pertandingan sejak bermain sejak abad lalu.

Saat meretas karier sepak bolanya, Didier Drogba malah menjadi bek kanan. Namun, seorang pelatih melihat jika pemain kelahiran Abidjan, Pantai Gading pada 11 Maret 1978 itu lebih mumpuni sebagai penyerang tengah.

Maka pemain bertinggi badan 189 cm itu pun menjadi striker. Ketika masih di Le Mans atau Guingamp, pemain tim nasional Pantai Gading dengan 85 caps dan 55 gol itu belum meroket. Tetapi saat memperkuat Olympique Marseille, Drogba sudah mulai menjanjikan.

Tidak perlu heran jika Chelsea yang dilatih oleh Jose Mourinho tidak ragu untuk memboyong Drogba dengan harga mahal pada 2004. Dalam 8 musim, Drogba telah mengemas 157 gol dalam 341 laga serta memberikan sejumlah gelar termasuk trofi Liga Champions pada musim lalu.

Cristiano Ronaldo sempat dilirik oleh Arsenal dan Liverpool. Uji coba oleh The Gunners tidak kesampaian, sementara The Reds merasa jika saat itu Ronaldo yang baru berusia 17 tahun dianggap masih bocah.

Lantas datanglah Manchester United yang berjumpa dengan Sporting Lisbon pada 2002. Melihat aksi Ronaldo, sejumlah pemain senior merekomendasikan agar pemain kelahiran Funchal, Madeira, Portugal pada 5 Februari 1985 itu direkrut. The Red Devils beruntung jika pemain bertinggi badan 186 cm itu memang bintang sejati.

Selama 6 musim, Ronaldo memborong 118 gol dalam 292 laga serta memberikan sejumlah gelar. Pemain tim nasional Portugal dengan 95 caps dan 35 gol itu menjadi pemain kunci The Red Devils untuk meraih gelar Liga Primer Inggris hingga Liga Champions.

Perjalanan karier pesepak bola memang kadang berliku. Dia bisa berganti klub, berubah posisi, dipandang sebelah mata, dan lainnya. Selalu ada hikmah di balik sesuatu hal. Blessing in disguise dalam bahasa kerennya. Selalu ada jalan berliku dan menanjak dalam kehidupan. Sering kali hal ini membuat kita berkeluh kesah, tetapi tidak usah galau. Biasanya selalu indah pada akhirnya setelah menikmati semua proses tersebut. Semua pesepak bola besar telah melewati semuanya.

Lantas bagaimana dengan Hap? Ya, tinggal tunggu saja kelanjutan iklannya. Terus bagaimana juga dengan kehidupan anda? Ya, nikmati saja semua perjalanan hidup anda yang penuh warna. Kalau belum sukses, ya suatu saat nanti akan indah pada waktunya.

(Dodiek Adyttya Dwiwanto)


Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Piala Eropa 2012 dan Krisis Benua Biru

TIPS Bursa Taruhan Bola, Prediksi dan Hasil Pertandingan Terbaru
OPINI BOLA,- Saya selalu ingin bersikap objektif dalam menonton pertandingan-pertandingan sepak bola, baik Piala Eropa, Piala Dunia, Liga Primer, maupun Primera Liga sehingga saya dapat menikmati permainan tim-tim yang terlibat.

Saya juga tidak punya favorit juara dalam kompetisi-kompetisi tersebut. Tapi, saya selalu menyukai gemuruhnya total voetbal Belanda, indahnya tiki-taka Spanyol, dan tarian Samba Portugal, rapatnya gerendel Italia, efektifnya mesin sepak bola Jerman yang tentu lebih indah dibandingkan deru mesin Eropa Timur, cepatnya tendang dan lari Inggris (walaupun sudah mulai ditinggalkan), dan nasib baik yang sering kali menyertai tim-tim medioker seperti Yunani dan Swedia serta dahsyatnya ledakan dinamit Denmark.

Saya juga tidak akan membenci Cristiano Ronaldo ketika harus melawan Wesley Sneijder atau Andrea Pirlo ketika harus bertemu Wayne Rooney, karena saya akan menikmati permainannya.

Mengikuti Piala Eropa kali ini tentu berbeda dengan Piala Eropa sebelumnya. Sebab, berlangsung di tengah krisis perekonomian Eropa yang kita tidak tahu kapan akan berakhir. Terkadang, keunikan tersendiri menganologikan permainan mereka dengan krisis perekonomian yang mereka sedang hadapi.

Ketika Giorgos Karagounis melepaskan tendangan kaki kiri keras ke gawang Rusia dan membuahkan gol, hampir sebagian besar penonton masih belum yakin apakah Yunani akan terus lanjut ke babak berikutnya. Tapi, seketika setelah wasit meniupkan peluit panjangnya, bayangan tim juara Eropa 2004 itu kembali menghinggapi para pemain Yunani seolah melupakan bahwa mereka ada di ambang berpisah dari kawasan Uni Eropa karena krisis utangnya yang akut dan dalam.

Selain Yunani, kita tahu negara yang selama lima tahun terakhir malang melintang di panggung sepak bola dunia adalah Spanyol. Tentunya, penampilan yang sangat khas dengan penguasaan bola dan pengaruh tiki-taka dalam permainannya, sihir Spanyol terbukti membuat Prancis frustrasi di perempat final. Asa Spanyol untuk melanjutkan supremasinya sebagai juara Piala Dunia dan Piala Eropa terdahulu sudah sedemikian besar, bahkan mengalahkan ketakutan mereka akan bangkrutnya sistem perbankan yang sudah ada di depan mata.

Italia menjawab keraguan penonton dengan hasil nyata, Inggris dihantamnya di perempat final dengan sebuah permainan menyerang. Semua orang membicarakan cara Pirlo dalam melesakkan bola dalam drama adu penalti. Mereka hampir lupa bahwa sebagai negara ketiga pengutang terbesar di dunia, ancaman krisis Yunani dan Spanyol akan sampai ke negara mereka segera.

Inilah tiga tim yang menjadi pembicaraan di Piala Eropa yang kebetulan memiliki kesamaan, sama-sama dililit krisis bersama-sama Republik Irlandia, Portugal, dan beberapa negara Eropa lainnya. Inilah sesungguhnya Piala Eropa yang memberikan stage parade buat para pesakitan. Piala Eropa yang ingar-bingar, tapi ironisnya sebagian pesertanya tertatih-tatih secara ekonomis.

Lihatlah indikator negara-negara seperti Spanyol, Italia, Reo Irlandia, dan Portugal. Imbal hasil obligasi mereka untuk tenor 10 tahun yang sering kali dijadikan indikator risiko sebuah negara telah menyeruak naik, beberapa di antaranya mengalami tingkat tertinggi sepanjang sejarah. Spanyol, misalnya, mencatat hampir 7%, bandingkan dengan Indonesia yang berada di kisaran 5%.

Italia menjadi salah satu debitor terbesar di Eropa bahkan utang Pemerintah Yunani telah melambung jauh mendekati dua kali dari GDP negara tersebut. Hanya dalam waktu lima tahun, utang Rep Irlandia telah membubung dari 60% GDP menjadi 120% GDP. Semua negara ini telah mengalami penurunan rating surat utang yang signifikan. Pasar modal ke negara-negara ini sudah sedemikian anjloknya, tak kurang bearish sangat dalam, bahkan sampai 90% dalam kasus Yunani.

Tapi, para pesakitan ini tidak menyerah begitu saja di ajang Piala Eropa. Harapan agar Piala Eropa ini bisa menjadi penghibur dan restore confidence menjadi alasan utamanya. Meskipun tertatih di laga-laga awal, pada akhirnya kita bisa melihat Spanyol dan Italia melaju sampai final.

Niall Ferguson dan Nouriel Roubini, dua penulis dan ekonom ternama, dalam ulasannya di sebuah tulisan bersama di harian Financial Times menekankan peran Jerman dalam mencegah krisis. Dari sisi ekonomi, Jerman adalah hegemoni, baik dari sisi output ekonomi, tapi juga dari kinerja ekonomi di lain sisi. Jerman juga penangguk keuntungan terbesar dari kawasan ini.

Piala Eropa tahun ini tampaknya sulit untuk menyamai situasi tahun 2004 dan 2007 di mana Yunani dan Irak masing-masing menjadi juara Eropa dan Asia.

Buat kita, para penggemar sepak bola, ajang Piala Eropa sungguh sebuah hiburan sesaat karena apa pun hasilnya tidak akan banyak mengubah nasib kita.

Selamat menikmati pertandingan kunci di Piala Eropa, apakah Italia memang pantas menang atau Spanyol yang akan meraih sukses sekaligus membuktikan tidak ada hubungan antara krisis dan permainan cantik sepak bola. Mari kita berhitung ! (oleh:Ronald Waas/Deputi Gubernur Bank Indonesia)


Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Jalan Terjal, Keberuntungan Hingga Pelajaran Dari Chelsea

TIP Taruhan Bola dan Hasil Pertandingan Terbaru
CATATAN BOLA,- Jika ada pertanyaan, mana klub yang paling fenomenal di dunia saat ini ? Saya akan dengan yakin menjawab : Chelsea.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa Chelsea menjadi klub paling fenomenal.

Pertama, tentu karena klub milik taipan Roman Abramovich ini berhasil menjuarai Liga Champions 2011/2012, arena perebutan trofi antar klub paling bergengsi di Eropa (bahkan dunia).

Kedua, di tingkat lokal, meskipun gagal merebut takhta paling bergengsi di Inggris, Liga Primer, Chelsea tetap masih berjaya dengan trofi Piala FA. Di final piala salah satu liga domestik ini, The Blues mengandaskan ambisi Liverpool yang ingin mengawinkan Piala FA dengan Piala Carling di musim ini. Karena jika dua trofi ini berhasil diraih, keterpurukan The Reds di Liga Primer akan terobati. Faktanya, di Stadion Wembley, tempat Liverpool mengalahkan Cardiff City dalam laga final Piala Liga, Chelsea menundukkan Liverpool dengan skor 2-1.

Ketiga, yang tidak kalah menarik, kebangkitan Chelsea justru terjadi pada saat ditangani Roberto di Matteo, asisten pelatih yang naik takhta menjadi caretaker karena pelatih yang sesungguhnya, Andre Villas-Boas, dipecat sejak 4 Maret 2012, terutama disebabkan memburuknya prestasi Chelsea di Liga Primer. Bahkan sampai laga ini berakhir, Chelsea hanya mampu menduduki urutan keenam, posisi terburuk di liga dalam satu dekade terakhir.

JALAN TERJAL CHELSEA

Perjalanan Chelsea menuju final Liga Champions di musim ini benar-benar melalui jalan terjal yang sangat berat. Memasuki babak 16 besar, setelah di leg pertama kalah 1-3 dari Napoli, banyak kalangan memprediksi perjalanan Chelsea akan berakhir, apalagi tiga klub perwakilan Inggris lainnya yang lebih perkasa di Liga Primer, yakni Manchester City, Manchester United dan Arsenal sudah lebih dulu tersingkir.

Tapi, justru karena satu-satunya tim Inggris yang masih bertahan inilah yang menjadi motivasi kuat Chelsea untuk lolos pada babak berikutnya (perempat final). Dengan kegigihan luar biasa, Chelsea berhasil menundukkan Napoli dengan skor 4-1 (agregat 5-4) melalui perpanjangan waktu.

Lolos dari lubang jarum di babak 16 besar, memasuki babak perempat final, Chelsea menghadapi salah satu tim terkuat Portugal asal kota Lisbon, Benfica. Seperti menghadapi Napoli, saat menghadapi pemenang 2 kali Liga Champions dan 31 kali Liga Portugal ini, Chelsea diprediksi akan kalah. Tapi nyatanya, pada leg pertama Chelsea menang 1-0 dan leg kedua menang 2-1 (agregat 3-1).

Perjuangan terberat Chelsea, di babak semifinal harus menghadapi Barcelona alias Barca, raksasa Spanyol dengan segudang prestasi. Sebagai pemegang trofi juara dunia antarklub tahun 2011 dan juara bertahan Liga Champions, boleh dikatakan El Azulgrana merupakan tim terbaik di dunia saat ini. Namun, justru karena status juara bertahan itulah yang menjadi kelemahan Barca karena dalam sejarah Liga Champions ada semacam kutukan juara bertahan.

Meskipun Pelatih Josep ”Pep” Guardiola sempat merisaukan soal kutukan itu, ia sama sekali tak menduga akan kalah di tangan Chelsea yang tak ada apa-apanya dibanding Barca yang antara lain pernah 4 kali mengangkat trofi Liga Champions, 4 kali Piala UEFA, 4 kali Piala Super Eropa, 4 kali Piala Winners, 21 kali Liga Spanyol dan prestasi-prestasi lainnya.

Tapi apa yang terjadi ? Dalam permainan yang nyaris tak berkutik dengan penguasaan bola hanya sekitar 30%, Chelsea berhasil menundukkan raksasa Spanyol itu dengan agregat 3-2, 1-0 di leg pertama dan 2-2 di leg kedua.

Yang sangat ajaib, pada leg kedua, Chelsea sempat terpuruk, tertinggal di awal ditambah tragedi kartu merah yang diterima kapten John Terry. Artinya Chelsea berhasil menundukkan Barcelona hanya dengan sepuluh pemain dan tanpa kapten. Luar biasa !

Di final, Chelsea berhadapan dengan salah satu klub terbaik Jerman pemegang 4 kali trofi Liga Champions, Bayern Munchen, yang dalam semifinal berhasil menundukkan Real Madrid alias Los Blancos, raksasa Spanyol, pemegang 9 kali trofi Liga Champions dan musuh bebuyutan Barcelona.

Dan lagi-lagi, di luar dugaan banyak kalangan, Chelsea berhasil memenangkan pertandingan meskipun dengan penguasaan bola yang lebih minim dan kalah terlebih dahulu dari lawan.

PELAJARAN PENTING DARI CHELSEA

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari perjalanan terjal Chelsea meraih piala liga paling bergengsi di Eropa (bahkan dunia) ? Yang paling pokok bahwa sepak bola merupakan permainan penuh taktik, strategi, teka-teki, kejutan, juga keberuntungan.

Kemenangan Chelsea, terutama atas Barcelona, hanya dengan sepuluh pemain, tanpa kapten dan penguasaan bola yang sangat minim, sungguh sulit diterima akal sehat. Ada yang berpendapat, kemenangan itu tak lepas dari strategi bertahan Di Mattio yang memarkir bus di depan gawang Chelsea seraya mencuri-curi kesempatan untuk menyerang balik lawan.

Namun, faktor keberuntungan juga tak bisa disangkal karena dalam laga yang sangat menegangkan itu, tendangan penalti pemain terbaik dunia pemegang tiga kali Ballon d’Or, Leonel Messi pun hanya membentur mistar gawang Petr Cech.

Pun pula kemenangan Chelsea di Allianz Arena yang dianggap sebagai kandang kebanggaan dan penentu kemenangan bagi Bayern Munchen, selain karena strategi bertahan yang gemilang, juga karena faktor yang muskil. Kegagalan tendangan penalti Arjen Robben dan kekalahan skor melalui adu tendangan penalti, apakah juga dianggap sebagai faktor keberuntungan ? Sekali lagi, ini yang sulit diterima akal sehat. Apakah mungkin Chelsea menerima keberuntungan berkali-kali ?

Apa pun faktor yang menyebabkan kemenangan Chelsea, pelajaran penting lain yang dapat kita petik adalah bahwa tak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola. Klub-klub yang dianggap remeh, dengan prestasi tengah terpuruk pun bisa mengalahkan klub yang tengah jemawa dengan trofi-trofi kebanggaannya.

Catatan Bola Jeffrie Geovanie (Politisi Partai NASDEM)
Baca Selengkapnya

Jose Mourinho - Raja Midas Era Baru

TIP Taruhan Bola dan Hasil Pertandingan Terbaru
Bintang Bola,- Midas adalah legenda Yunani. Dia mendapatkan suatu kekuatan ketika satu permintaannya dipenuhi yaitu bisa menjadikan apa pun yang disentuhnya menjadi emas. Dia menyentuh pohon, maka pohon itu menjadi emas. Begitu pula ketika dia memegang batu yang kemudian menjadi emas.

Apesnya, apa pun yang disentuh Midas menjadi emas. Ketika Midas menyentuh makanan atau memegang gelas minuman, semuanya menjadi emas! Bahkan, dia sempat menyentuh putrinya yang kemudian menjadi emas. Bahkan, dia harus kelaparan setelah semuanya berubah menjadi emas.

Jose Mario dos Santos Mourinho Felix bisa dikatakan menjadi Raja Midas. Tentunya dalam bentuk dan arti yang berbeda. Pelatih yang biasa dikenal sebagai Jose Mourinho itu berhasil mempersembahkan gelar Liga Primera Spanyol untuk Real Madrid pada musim 2011/2012 ini. Sebelumnya, dia hanya bisa memberikan gelar Copa del Rey (Piala Raja Spanyol) pada musim perdananya.

"Gelar yang sulit," ujar Mourinho yang doyan ngoceh apa saja itu. Wajar saja lantaran dia harus berhadapan dengan Barcelona yang masih dalam permainan terbaiknya.

Special One menjadi pelatih pertama yang sukses memberikan gelar liga untuk empat tim berbeda di liga yang terkenal kompetitif. Sebelumnya, dia meraih trofi Liga Italia Seri A untuk Inter Milan, Liga Primer Inggris bagi Chelsea, dan Liga Primeira Portugal untuk FC Porto.

Setiap melatih sebuah klub, Mourinho meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Tengok bagaimana Chelsea dan Inter Milan babak belur, sementara FC Porto sempat "menelurkan" Jose Mourinho jilid dua ketika Andre Villas-Boas membawa klub ini meraih 3 gelar sekaligus seperti mentornya. Kebetulan Villas-Boas mantan staf Mourinho di Chelsea dan Inter.

Chelsea berubah menjadi tim yang haus gelar. Hegemoni Manchester United dan Arsenal porak poranda. Sementara Inter Milan menjadi kampiun setelah meraih treble termasuk Liga Champions pada 2010. Usai ditinggalkan, Chelsea dan Inter Milan seperti kehilangan induknya. Sederetan pelatih bolak balik masuk dan prestasinya seret!

Saat di Chelsea, para pemain sudah mengerti jika mereka akan mendapatkan laporan terperinci bagaimana menghadapi lawan. Semua itu berkat investigasi para asisten Mourinho dalam memantau lawan. Hal yang sama juga terjadi di Inter Milan.

Dia juga pandai memainkan emosi para pemainnya. Mourinho mampu menjadi pelatih yang bisa menempa karakter para pemainnya. Special One juga dekat dengan para pemainnya. Terungkap jika Didier Drogba yang punya tongkrongan serem aja bisa mewek, nangis kayak anak kecil ketika Mourinho angkat koper.

Maka ketika masuk Real Madrid, Mourinho mengubah mental para bintang menjadi para ksatria hebat. Mesut Ozil dan Sami Khedira dikritik lantaran tidak mau membaur. Bahkan, Special One juga "berbaikan" dengan Cristiano Ronaldo, mega bintang Real. Meski sama-sama dari Portugal, keduanya sempat tidak akur ketika Mourinho masih di Chelsea dan Ronaldo masih membela Manchester United.

Mourinho yang doyan ngoceh juga dikenal punya banyak musuh. Dia bermusuhan dengan Sir Alex Ferguson, Arsene Wenger, dan Rafael Benitez di Inggris. Hal yang sama juga terjadi di Italia. Dia juga selalu pasang sinyal perang terhadap mantan pelatih Barcelona, Pep Guardiola dalam dua musim. Mourinho juga tidak pernah mesra dengan pers di Inggris, Italia, dan Spanyol.

Bak Raja Midas, Mourinho mengubah FC Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid menjadi tim yang lebih berkelas. Tidak perlu disebutkan gelar satu persatu lantaran semua gelar di Portugal, Inggris, dan Italia sudah direbutnya. Hanya Spanyol yang belum dijajahnya secara keseluruhan lantaran belum semua gelar berhasil direbutnya.

Sebelum Mourinho banyak manajer dan pelatih hebat lainnya. Tomislav Ivic (Yugoslavia), Ernst Happel (Austria), dan Giovanni Trapattoni (Italia) pernah lebih dulu meraih gelar liga di sejumlah negara berbeda. Bedanya Mourinho menangani klub lebih besar, meski Trapattoni juga pernah menangani sejumlah klub besar lainnya seperti Juventus dan Inter Milan (Italia), Bayern Munich (Jerman), dan Benfica (Portugal).

Mourinho juga menjadi segelintir pelatih yang meraih Liga Champions dengan dua tim berbeda, FC Porto dan Inter Milan. Sejatinya, Happel tidak kalah hebat lantaran membawa klub sekelas Hamburg SV (Jerman) dan Feyenoord Rotterdam (Belanda). Pasti banyak yang berkerut kening jika mendengar jika kedua klub ini pernah menjadi kampiun Eropa. Ngomong-ngomong jangan lupakan juga jika ada Ottmar Hitzfeld yang pernah merengkuh Liga Champions bersama Bayern Munich dan Borussia Dortmund.

Begitu banyak pelatih dan manajer bertangan emas. Fabio Capello, Pep Guardiola, Sir Alex Ferguson, Arsene Wenger, Jupp Heynckes, Louis van Gaal, Roberto Mancini, dan masih banyak lainnya termasuk pelatih muda brilian macam Villas-Boas atau Juergen Klopp. Mereka juga punya pencapaian hebat.

Mourinho adalah Raja Midas. Usai merengkuh gelar liga, Real Madrid membidik gelar ke-10 Liga Champions. Jika legenda Raja Midas kapok menyentuh semuanya menjadi emas lantas mencelupkan tangannya ke sungai Pactolus, tentunya Mourinho tidak seperti itu. Dia tidak kapok memberikan gelar dan Real Madrid hanya akan menunggu trofi selanjutnya.
(dodiek adyttya dwiwanto)

Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Antara Rasa Frustasi Dan Ancaman Degradasi

Prediksi Bola


Apakah tindakan suporter Genoa dan Fiorentina bisa dibenarkan ?

VIVA - BOLA,- Frustasi. Kata itu barangkali merupakan kata yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaan fans Genoa ketika melihat timnya tertinggal empat gol dalam waktu kurang dari satu jam pertandingan. Tak heran jika kemudian Marco Cobretti, Fabrizio Fileni, dan fans Genoa lainnya akhirnya melempari lapangan dengan kembang api sebagai bentuk protes mereka. Tak heran juga jika kemudian rasa frustasi mereka melihat tim kesayangannya bermain begitu buruk membuat fans Genoa ini menuntut para pemain untuk melepaskan seragam dari tubuh mereka. Tak pantas, begitu kira-kira anggapan fans Genoa. Pertandingan Genoa versus Siena di Marassi akhir pekan kemarin bisa jadi merupakan puncak kemarahan fans Rossoblu.

Performa Genoa memang amat menyedihkan di tahun 2012 ini. Il Grifone tak pernah mampu meraih kemenangan dalam 12 pertandingan terakhir, sehingga posisi mereka pun terus melorot hingga kini hanya terpaut satu angka dari zona degradasi yang dihuni oleh Lecce, Novara, dan Cesena. Genoa, yang diawal musim diperkirakan bisa bertarung di papan tengah Serie A kini harus berjuang ekstra keras untuk menghindari degradasi ke Serie B. Jadi, pantas kah para fans Genoa marah dan menumpahkan kemarahannya di laga kontra Siena akhir pekan kemarin ?

Well, apa yang dilakukan oleh fans Genoa bukanlah gerakan suporter pertama yang dilakukan oleh fans-fans klub Serie A. Pada Januari lalu, fans Fiorentina sampai berusaha masuk ke ruang ganti pemain pasca pertandingan melawan Lecce di Artemio Franchi di mana mereka mengalami kekalahan 1-0. Mirip dengan yang terjadi pada fans Genoa, fans La Viola juga mengalami rasa frustasi yang amat sangat melihat performa Fiorentina musim ini.. Sebelumnya diperkirakan akan bisa bersaing di papan tengah Serie A, Fiorentina malah terus berjuang di papan bawah karena penampilan yang menyedihkan di sepanjang musim ini. Bahkan Delio Rossi pun yang masuk menggantikan Sinisa Mihajlovic gagal mengangkat performa Fiorentina. Jadi, pantas kah para fans Fiorentina marah dan menumpahkan kemarahannya hingga seperti hendak menyerang para pemainnya sendiri?

Hal tersebut jelas tidak bisa dibenarkan. Timbulnya rasa frustasi dan kemarahan karena performa tim yang terus-terusan buruk memang merupakan hal yang wajar dan tak bisa dihindari, tetapi suporter seharusnya bertugas untuk men-support alias mendukung timnya, bukannya malah berusaha untuk merusak nama timnya dengan membuat ulah yang tidak menyenangkan, apalagi sampai melibatkan kekerasan. Kritis terhadap tim kesayangan sendiri adalah hal yang bagus, tetapi apakah cara yang bisa dilakukan hanya dengan kekerasan atau lewat tindakan yang tidak menyenangkan? Come on guys, bukankah 'ada seribu jalan menuju Roma' ?


Siapa Saja Yang Akan Terdegradasi Musim Ini ?

Gelar scudetto kini hanya akan menjadi balapan dua kuda saja, yaitu Juventus dan AC Milan. La Vecchia Signora kini bahkan menjadi kandidat terkuat untuk menjadi juara musim ini, setelah mampu menghempaskan AS Roma dengan skor 4-0 sementara AC Milan malah kembali gagal meraih angka penuh di San Siro pada akhir pekan kemarin. Tak seru lagi menebak siapa yang akan memasang logo tameng dengan gambar bendera Italia di jersey pada musim depan. Jadi, bagaimana jika kita menebak-nebak tim mana saja yang akan tergusur ke Serie B di akhir musim ini ?

Serie A memiliki hukum tak tertulis bagi tim-tim yang berpartisipasi di kompetisi tertinggi di Italia tersebut :

Raihlah 40 poin demi mencapai misi salvezza alias menghindari dari degradasi. Ya, selama ini, Serie A mengenal 40 poin adalah angka minimum yang perlu direbut oleh tim Serie A dalam satu musim untuk menghindari dari degradasi. Artinya, jika gagal mencapainya, well, Anda akan terjun bebas ke Serie B. Hukum ini memang bukanlah hukum yang resmi, namun dalam kenyataannya memang kerap terjadi. Nah, jika berpedoman pada hukum salvezza tersebut, maka Atalanta, Parma, Bologna, dan tim-tim di atas mereka sudah bisa merasa lega karena sudah aman dari degradasi.

Tinggal Fiorentina, Cagliari, Genoa, Lecce, Novara, dan Cesena yang kini terancam untuk terdegradasi. Peluang Novara dan Cesena untuk bertahan di Serie A sendiri amat kecil mengingat mereka kini baru mengumpulkan 25 dan 22 angka, terpaut 11 dan 14 angka dengan Genoa di posisi 17, dan 15 dan 18 angka dari angka aman salvezza. Jadi, tinggal Lecce, Genoa, Cagliari, dan Fiorentina yang akan bertarung habis-habisan di lima giornata terakhir musim ini untuk menghindari satu posisi terakhir menuju Serie B.

Lecce dan Genoa menjadi tim yang paling berpeluang untuk menempai posisi ke-18 alias posisi terakhir untuk terdegradasi ke Serie B. Dalam lima partai terakhir di musim ini, Lecce harus menghadapi Napoli dan Juventus, sementara Genoa akan menghadapi AC Milan dan Udinese. Bandingka dengan Cagliari yang akan 'hanya' akan menghadapi Juve, sedangkan Fiorentina 'hanya' akan menghadapi AS Roma. Apalagi, Lecce dan Genoa kini berada di peringkat ke-17 dan ke-18 dan terpaut hanya satu angka.

Tapi Lecce kini lebih diunggulkan karena 'kebangkitan' mereka di tahun 2012 ini. Di April ini saja, Lecce berhasil dua hasil seri, dua kemenangan, dan belum pernah kalah. Lawan yang mereka kalahkan pun bukan lawan yang mudah: AS Roma dan Catania. Sementara akhir pekan kemarin, mereka berhasil menahan imbang Lazio dengan skor 1-1 di Stadio Olimpico. Genoa pun kini menjadi favorit untuk terdegradasi mengingat mereka belum pernah meraih tiga angka penuh sejak Februari lalu, atau dalam 12 pertandingan terakhir. Ditambah lagi, posisi pelatih Genoa baru saja berganti: Alberto Malesani baru saja dipecat, dan posisinya kini digantikan oleh Gigi De Canio. Ini artinya, para pemain Genoa harus beradaptasi lagi dengan pelatih barunya tersebut untuk berjuang menghindari degradasi dalam lima giornata mendatang.

Jadi, apakah kita akan melihat Genoa melambaikan tangan pada Serie A di akhir musim nanti ? Atau akan tercipta kejutan ? Mari kita nantikan !
(Muhammad Rezky Agustyananto/supersoccer)
Baca Selengkapnya

Benarkah Era Kejayaan Barcelona Sudah Berakhir ?

Prediksi Bola

Opini Bola,- pertandingan semifinal Liga Champion, yang baru berakhir sangat menguras secara fisik maupun mental tim Chelsea. Sebelumnya tim asuhan Roberto Di Matteo itu baru melalui pertandingan berat dan berhasil menahan imbang Arsenal di Premier League. Lantas apa yang membuat mereka berubah 180 derajat di bawah asuhan Di Matteo ?

Pelatih asal Italia mampu beradaptasi dan membaca situasi yang kini dialami The Blues, yang notabene didominasi pemain-pemain yang sudah menurun akselereasi maupun kecepatannya. Jika melihat pertandingan melawan Barcelona, sangat jelas terlihat kondisi keduanya sangat berbeda.

Barcelona memiliki materi pemain yang jauh lebih segar, ada Isaac Cuenca di sayap kiri dan Alexis Sanchez di sisi yang lain, dan tentu saja El Messiah, Lionel Messi. Sementara itu, lini tengah sangat baik dikuasai oleh Andres Iniesta dan Xavi Hernendez yang merupakan duet gelandang terbaik dalam beberapa tahun terakhir.

Di kubu lawan, Frank Lampard, John Obi Mikel, dan Raul Meirelles menjadi filter serangan Azulgrana. Sejarah mencatat sudah empat kali mereka bertemu dengan hasil 3 kali imbang dan 1 kemenangan pada laga sebelumnya.

Tren positif Chelsea di laga-laga bersama Di Matteo tenyata sangat besar pengaruhnya dengan kata lain ia sudah berhasil mengembalikan kepercayaan diri para pemain yang menjadi kunci kesuksesan The Blues dalam menyingkirkan El Barca.

Seperti biasa, jalannya pertandingan didominasi oleh Azulgrana. Beberapa kali mereka menciptakan peluang tapi berhasil dimentahkan Chelsea yang dikawal ketat oleh duet John Terry dan Gary Cahill. Kedua pemain ini sangat cocok bermain bersama, padahal Cahill baru saja bergabung. Yang satu memiliki pengalaman dan yang lainnya masih muda dan segar. Hubungan antara keduanya menjadi sangat padu dan satu sama lain saling mengisi.

Namun, di menit ke 12 Cahill sudah harus ditarik keluar lapangan. Ia berbenturan dengan Iniesta yang membuatnya salah melakukan tumpuan. Ia lantas digantikan oleh Jose Bosingwa. Praktis, hanya Terry yang menjadi satu-satunya bek tengah di lini pertahanan Chelsea. Hal ini juga sama terjadi di kubu lawan, Barcelona. Dani Alves masuk menggantikan Gerard Pique karena ia bertabrakan dengan Victor Valdes.

Drama pun terjadi, ketika gol Sergio Busquet mengubah keadaan menjadi 1-0. Berawal dari tusukan Cuenca di sisi kanan Chelsea yang ditinggalkan Cahill, umpannya berhasil menipu para pemain belakang Chelsea hingga dapat dimanfaatkan Busquet yang berdiri tanpa penjagaan. Keadaan ini mengakibatkan rasa frustasi, hingga sang kapten, Terry, harus dipaksa meninggalkan lapanfan ketika tindakannya menendang bagian belakang Alexis. Tindakan yang sama sekali tidak perlu karena bola sedang tidak dimilikinya. Akibatnya tak ada bek tengah yang tersisa di kubu Chelsea. Sebuah situasi yang sangat krusial mengingat lawan yang dihadapi adalah Barcelona.

Gol Busquet memicu semangat para pemain Barcelona hingga tak lama berselang, di menit ke 43, Iniesta kembali menggetarkan jala Petr Cech. Ia dengan apik mencari celah agar tidak terjebak perangkat offside, di saat bersamaan bola berhasil disodorkan Messi kepadanya. Keadaan 2-0 membuat Barcelona seperti berada di langit ketujuh.

Tensi penonton kembali naik setelah serangan balik yang cepat nan efektif berhasil dikonversi Ramires menjadi sebuah gol di perpanjangan waktu babak pertama. Kedudukan sementara 2-1 membawa Chelsea sedikit termotivasi.

Di babak kedua, keadaan sedikit berubah namun masih didominasi para pemain Barcelona. Dalam setiap pertandingan, Barca selalu mendikte permainan sehingga memaksa para lawan hanya mengandalkan serangan balik. Permainan cantik hanya diperagakan para pemain Barcelona melalui tiki-taka, sedangkan lawan harus menunggu dan melakukan umpan jauh saat bola berada di pengusaan lawan.

Hal itu mengingatkan kepada laga El Classico sebelumnya, di mana Madrid yang bermaterikan pemain kelas dunia dipaksa bertahan. Para pemain Barcelona pun kesal dengan strategi tersebut. Tapi, inilah sepak bola, kemenangan yang paling utama. Disadari atau tidak, permainan Barcelona ini sudah menghapus permainan cantik dalam sepak bola, dengan siapapun lawannya. Dominasi Azulgrana sudah melewati batas.

Terbukti strategi bertahan menjadi yang paling ampuh. Para pemain Barcelona menjadi tidak tenang, panic, dan cenderung tanpa visi yang jelas. Permainan tiki-taka mereka menjadi jauh berkurang diimbangi dengan agresivitas Lampard, Mikel, dan Meirelles di lini tengah.

Sebenarnya sebuah kesempatan dimiliki Messi saat ia mengambil tendangan penalti setelah Fabregas dijatuhkan oleh Drogba. Namun, tiang gawang yang menjadi musuh utama Messi malam ini. Petaka pun terjadi kala Torres yang masuk menggantikan Drogba berhasil menyarangkan gol di perpanjangan waktu babak kedua, lagi, melalui sebuah serangan balik. Mengakhiri pertandingan dengan agregat 2-3.

Dengan runtutan hasil mengecewakan ini, era kejayaan Barcelona berakhir sudah. Apa yang diramalkan para pemain dan manajer tim menjadi kenyataan. Messi cs. bukan tim dewa yang tak bisa dikalahkan setiap lawan. Mereka manusia biasa, bisa berdiri tegak begitu pula tersungkur di dalam sebuah pertandingan. Di sisi lain, hasil ini menjadikan dendam Chelsea, atas kekalahan pada 2009, terbalaskan. Kutipan dari film “Revenge is a meal best served cold” (Man on fire, 2004) menjadi situasi yang paling pas.
(net/korankaltim)
Baca Selengkapnya

Demi Bangsa dan Negara, Patuhi Keputusan Task Force AFC

Djohar Arifin Husin atau La Nyalla Mattalitti ?

Prediksi Bola
Opini Bola,- Jika Task Force AFC dinilai sebagai 'wasit' terkait perseteruan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) versi Djohar Arifin Husin dan La Nyalla Mattalitti, maka baiklah kedua kubu taat kepada keputusan task force. Apabila Task Force AFC memenangkan Djohar Arifin Husin dan kawan, baiklah kubu La Nyalla menerimanya dengan kebesaran jiwa. Sebaliknya, seandainya kubu La Nyalla yang menang maka Djohar dan kawan-kawan harus ikhlas seikhlas-ikhlasnya.

Sebagai wasit dalam tanda petik, Task Force AFC memposisikan diri di pihak yang netral. Dengan kata lain, tak memihak kepada salah satu kekuatan. Maka dari itulah, dalam waktu dekat, Task Force akan meminta keterangan dari kedua kubu yang tengah bertikai.

Selasa, 24 April, Task Force AFC mengonfirmasi PSSI pimpinan Djohar. Utusan akan diterbangkan ke Malaysia, Kantor AFC. Di sana, utusan akan membeberkan kenapa terjadi dualisme kompetisi, IPL (Indonesia Premier League) dan ISL (Indonesia Super League).

IPL merupakan kompetisi, yang menurut kubu Djohar, adalah kompetisi resmi di bawah federasi. Sedangkan ISL kompetisi liar. Klub-klub ISL jelas menampik tudingan tersebut. Mereka menilai IPL tak resmi karena dihuni sebagian besar klub-klub gratisan dan kloningan.

Prediksi Bola
Task Force AFC juga akan mengundang kubu La Nyalla. Seperti halnya kubu Djohar, La Nyalla dan kolega bakal membeberkan kenapa mereka tak mengakui eksistensi PSSI pimpinan Djohar. Selain keterangan lisan, La Nyalla dipastikan menyertakan bukti-bukti konkret seperti surat dukungan dari voter sah yang terdiri dari klub dan pengurus provinsi. Tak lupa, hasil kongres luar biasa di Hotel Mercuri Ancol, Jakarta Utara, 18 Maret juga akan dibeberkan.

Kita tak tahu, Task Force AFC akan memenangkan siapa. Ibarat pertandingan sepak bola, kedua tim sama-sama berjuang keras untuk tampil sebagai yang terbaik. Yang pasti, Indonesia berada di ujung tanduk. FIFA, Badan Sepak Bola Dunia memperpanjang waktu sampai 15 Juni 2012.

Bila karut marut tak selesai juga, bisa dipastikan Indonesia akan kena sanksi. Namun, FIFA tak mau gegabah. Untuk itulah, sebelum palu diketuk, FIFA meminta AFC untuk membentuk satuan tugas. Satgas bertujuan tak hanya meminta keterangan, tapi juga meminta bukti-bukti otentik.

Kita berharap, kedua kubu, baik Djohar maupun La Nyalla mematuhi keputusan Task Force AFC. Pertikaian harus diselesaikan, kepentingan negara dan bangsa harus di nomor satukan. Bukan begitu ?
(Oleh: Samuel Bukti/supersoccer)

Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Degradasi Liga Inggris - Siapa Bakal Mengikuti Wolverhampton ?

PREDIKSI BOLA dan TOGEL
Opini Bola,- Wolverhampton Wanderers sudah terlempar dari kerasnya persaingan di Liga Premier Inggris dan harus rela bertarung di Divisi Championship musim depan. Pertanyaan jelas untuk sekarang adalah : siapa selanjutnya yang bakal menemani Wolverhampton ?

Sebuah pertanyaan sederhana yang masih sulit dijawab. Masih ada tiga hingga lima pertandingan lagi bagi tim-tim yang saling baku hantam di zona degradasi ini untuk meloloskan diri. Yang membuat segalanya lebih menarik lagi, bebrapa tim ini masih harus saling bertemu dan saling bunuh dalam sisa partai yang sedikit ini. Jadi sedikit kelengahan saat bertandingan bisa berakibat sangat fatal.

Lima tim (yup. Lima tim) yang masih terancam degradasi adalah Bolton Wanderers, Blackburn Rovers, Wigan Athletic, Queens Park Rangers, dan Aston Villa. Sementara posisi yang tersedia untuk terbuang adalah: dua slot lagi.

Mari kita coba lihat peluang masing-masing tim dalam sisa pertandingan mereka.

PREDIKSI BOLA dan TOGEL
Bolton Wanderers
Posisi Bolton mungkin terlihat sebagai yang terburuk dari semuanya. Namun, mereka memiliki sisa pertandingan yang lebih banyak. Lima partai lagi. Ada banyak poin yang bisa mereka dapatkan di sisa musim ini. Hanya saja lawan-lawan mereka jauh dari kata mudah. Yang pertama harus dilewati adalah Aston Villa, sesama petarung di papan bawah. Kemudian ada Sunderland, Spurs, West Brom, dan terakhir Stoke City. Semua tim tersebut di atas kertas berpeluang untuk mengalahkan Bolton.

Namun, semangat dan kengototan akan menjadi modal berharga bagi tim ini untuk mencoba terus mencuri poin dalam setiap pertandingan. Walaupun tetap, rasanya The Trotters butuh keajaiban untuk lolos dari ancaman degradasi.

PREDIKSI BOLA dan TOGEL
Blackburn Rovers
Rovers hanya punya sisa tiga pertandingan lagi untuk melepaskan diri dari zona degradasi. Dan lawan mereka adalah: Tottenham Hotspur, Wigan (yang sedang on fire), dan Chelsea (yang juga sedang on fire). Sederhana saja. Pasukan Steve Kean ini butuh lebih dari keajaiban untuk membuat mereka bisa lepas dari ancaman degradasi. Pertandingan melawan Spurs akan menjadi kunci. Jika gagal meraih satu poin pun, maka mereka harus mulai mengepak koper untuk ke Championship musim mendatang.

PREDIKSI BOLA dan TOGEL
Wigan Athletic
Wigan sebenarnya sedang memiliki momentum bagus untuk melepaskan diri dari ancaman degradasi. Sayangnya, mereka sedikit merusaknya dengan kekalahan tipis atas Fulham di akhir pekan kemarin.

Meski begitu, pasukan Roberto Martinez ini tetap punya kesempatan besar untuk melepaskan diri dari zona merah. Tiga lawan sisa mereka adalah: Newcastle United, Blackburn, dan Wolves. Dengan asumsi mereka akan kesulitan meraih poin saat melawan Newcastle, partai melawan Blackburn akan menjadi kunci. Dan melihat bagaimana mereka mampu mengalahkan tim sekelas Manchester United dan Arsenal dengan semangat juang luar bhasa, rasanya Wigan cukup layak untuk bisa bertahan di Liga Premier musim mendatang.

PREDIKSI BOLA dan TOGEL
Queens Park Rangers
QPR bisa dibilang memiliki jadwal yang cukup mengerikan dalam sisa tiga pertandingan terakhir mereka. Away ke Chelsea, home menghadapi Stoke, dan away ke Manchester City. Pasukan Mark Hughes ini harus berjuang super keras untuk merahh poin. Posisi mereka yang hanya 3 poin di atas Blackburn jelas masih jauh dari kata aman. Belum lagi Bolton yang masih punya dua pertandingan lebih sedikit dari Joey Barton cs. Karena itu, dengan kesempatan tiga kekalahan beruntun di akhir musim cukup terbuka, rasanya pendukung QPR harus mulai khawatir.

Namun, melihat penampilan mereka saat menghadapi Spurs kemarin -yang berakhir dengan kemenagan 1-0 meski bermain dengan 10 orang- kesempatan untuk mencuri poin dan tetap bertahan masih ada. Dan meski sulit, rasanya QPR bisa mengamankan posisi mereka.

PREDIKSI BOLA dan TOGEL
Aston Villa
Hanya kebodohan atau kesalahan fatal yang akan membuat Villa terlempar dari Liga Premier. Posisi mereka saat ini paling aman. Poin mereka paling tinggi (36) dan mereka masih punya empat pertandingan sisa. Bahkan, kemenangan atas Bolton dalam pertandingan nanti malam akan membuat pasukan Alex McLeish ini 90 persen aman. Dengan jadwal sisa menghadapi West Brom, Spurs, dan Norwich, rasanya Villa akan bisa selamat dari pertarungan papan bawah ini dan mulai berkonsentrasi untuk memperbaiki tim mereka untuk musim mendatang.

So, Who's Next ? Prediksi kami Blackburn Rovers akan kesulitan untuk lepas dari tiga terbawah. Sementara Bolton butuh banyak keberuntungan dan keajaiban. Jika mereka berhasil mendapatkannya, maka QPR rasanya bisa secara mengejutkan terhempas kembali ke Championship musim mendatang.

Yang pasti, duel di papan bawah ini masih akan berlangsung sangat seru. Bahkan bisa jadi hingga menit terakhir Liga Premier musim ini di tanggal 13 Mei mendatang.
(oleh:Muhajjir Esyaputra/supersoccer.co.id)
Baca Selengkapnya

Indahnya Sebuah Kejujuran Dalam Sepak Bola

Prediksi Bola
Opini Bola,- Dua klub kelas amatir, Torres dan US Termoli berjumpa dalam Coppa Italia Dilettani alias Coppa Italia versi untuk tim-tim amatir di Italia. Kedua tim harus berjumpa dalam dua leg.

Dalam leg pertama, kedua tim bermain sama kuat 2-2. Sementara pada leg kedua, Termoli sudah unggul 1-0 terlebih dahulu. Dalam sebuah insiden, pemain US Termoli, Vittorio Esposito melakukan diving di kotak penalti. Wasit langsung memberikan hukuman penalti kepada Torres.

Karuan saja para pemain Torres mencak-mencak dan melakukan protes. Kalau penalti*ini masuk maka kedudukan menjadi 2-0 dan US Termoli akan melangkah ke babak berikutnya.

Esposito merasa bersalah. Kemudian dia malah menendang bola asal-asalan sehingga bola melayang di atas mistar dan tidak terciptalah gol tersebut. Para pemain Torres memberikan sambutan hangat kepada para pemain US Termolli meski akhirnya Torres tersingkir lantaran agregat 3-2.

Media Inggris The Sun melansir kabar tersebut pada pertengahan Maret 2012 lalu. The Sun memuji jika tindakan sportif seperti ini kadang mulai jarang terjadi lagi, namun tetap ada pemain yang bertindak sportif sebagaimana mestinya.

Peristiwa Esposito itu tentu mengingatkan pada aksi Robbie Fowler. Insiden persis sama terjadi pada 24 Maret 1997 ketika Arsenal berhadapan dengan Liverpool di Stadion Highbury, London dalam pertandingan Liga Primer Inggris. Saat itu The Gunners belum pindah stadion. Arsenal baru pindah ke Stadion Emirates pada 2006. Dalam pertandingan itu sendiri terjadi insiden yang kemudian dikenang sebagai salah satu kejadian tidak biasa.

Penyerang belia Liverpool, Robbie Fowler merangsek masuk ke kotak penalti Arsenal. Penjaga gawang veteran The Gunners, David Seaman langsung menutup ruang tembak. Fowler melompat dan terjatuh. Wasit Gerald Ashby langsung menunjuk titik putih pertanda hukuman penalti. Fowler langsung mendekati Ashby seraya meyakinkan kalau Seaman tidak menjatuhkannya. Fowler melompat dan terjatuh untuk menghindari terjangan Seaman. Seaman hanya tersenyum melihat aksi Fowler yang saat itu masih*muda dan berbicara jujur.

Ashby keukeuh pada keputusannya. Fowler sendiri menjadi eksekutornya. Dia menendang tidak terlalu keras dan Seaman yang saat itu adalah kiper tim nasional Inggris bisa menyelamatkan tendangan lemah Fowler. Sayangnya, bola tidak ditangkap sempurna. Dan lebih sayang lagi bola mental dimanfaatkan oleh gelandang Liverpool, Jason McAteer untuk mencetak gol.

Fowler kemudian mendapatkan penghargaan UEFA Fair Play Award dari federasi sepak bola Eropa (UEFA). Penyerang tim nasional Inggris saat itu berkilah kalau kegagalan penalti bukan disengaja. "Sebagai pencetak gol sudah menjadi tugas saya untuk melakukan penalti dan saya ingin mencetak gol. Saya mencoba membuat gol. Saya tidak pernah gagal dengan sengaja. Hal itu terjadi begitu saja. Penalti yang buruk," ujar Fowler seperti dikutip The Guardian.

Insiden nyaris serupa terjadi di Piala Carlsberg pada 2003 saat tim nasional Denmark bertemu tim nasional Iran. Gelandang sekaligus kapten Denmark, Morten Wieghorst sengaja menendang sedikit melebar tendangan penalti yang dihadiahkan.

Kejadian bermula saat salah seorang bek Iran merasa mendengar kalau wasit meniupkan peluit. Padahal bunyi peluit datang dari tribune penonton. Dia langsung memegang bola di kotak penaltinya sendiri. Lantas wasit tanpa ampun memberikan hadiah penalti bagi Denmark.

"Tidak adil kalau mengambil penalti memanfaatkan hal tersebut," ujar Wieghorst sejujurnya.

Sebelumnya sang kapten sudah berkonsultasi lebih dulu dengan pelatih Denmark, Morten Olsen. Denmark kalah 0-1 dalam pertandingan itu. Namun setidaknya Wieghorst mendapatkan Fair Play Award dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Kejujuran seperti tadi memang langka, tapi ada nyatanya. Mereka berkata dan bertindak jujur saat hukuman penalti seharusnya tidak terjadi. Sementara sejumlah pemain malah mencoba diving alias pura-pura dijatuhkan meski sebenarnya hanya terjadi kontak minimal atau malah tidak terjadi kontak sama sekali. Alih-alih berebut bola dan mempertahankan posisi tubuh, si pemain malah beradegan teatrikal untuk menjatuhkan diri.

Sejumlah insiden tidak seharusnya penalti memang terjadi. Sebelumnya pada pertandingan Liga Primer Inggris, Manchester United mendapatkan hukuman penalti ketika menjamu Queens Park Rangers. Pemain sayap Ashley Young dijatuhkan oleh Shaun Derry. Young dalam posisi offside sebelum dijatuhkan. Sementara Andy Carroll sempat diving ketika Liverpool berjumpa tim lamanya Newcastle United. Perihal diving, sejumlah pemain lebih jago ketimbang Carroll yang ditertawai lantaran gagal "berakting".

Di balik keindahan sepak bola dengan permainan kolektif, aksi individual, strategi dan taktik, serta lainnya, masih ada praktik-praktik kotor para pemain. Tetapi semua itu memang menjadi satu dalam permainan sepak bola. Satu paket tentunya !

(Dodiek Adyttya Dwiwanto/Jurnas)
Baca Selengkapnya