Dalam leg pertama, kedua tim bermain sama kuat 2-2. Sementara pada leg kedua, Termoli sudah unggul 1-0 terlebih dahulu. Dalam sebuah insiden, pemain US Termoli, Vittorio Esposito melakukan diving di kotak penalti. Wasit langsung memberikan hukuman penalti kepada Torres.
Karuan saja para pemain Torres mencak-mencak dan melakukan protes. Kalau penalti*ini masuk maka kedudukan menjadi 2-0 dan US Termoli akan melangkah ke babak berikutnya.
Esposito merasa bersalah. Kemudian dia malah menendang bola asal-asalan sehingga bola melayang di atas mistar dan tidak terciptalah gol tersebut. Para pemain Torres memberikan sambutan hangat kepada para pemain US Termolli meski akhirnya Torres tersingkir lantaran agregat 3-2.
Media Inggris The Sun melansir kabar tersebut pada pertengahan Maret 2012 lalu. The Sun memuji jika tindakan sportif seperti ini kadang mulai jarang terjadi lagi, namun tetap ada pemain yang bertindak sportif sebagaimana mestinya.
Peristiwa Esposito itu tentu mengingatkan pada aksi Robbie Fowler. Insiden persis sama terjadi pada 24 Maret 1997 ketika Arsenal berhadapan dengan Liverpool di Stadion Highbury, London dalam pertandingan Liga Primer Inggris. Saat itu The Gunners belum pindah stadion. Arsenal baru pindah ke Stadion Emirates pada 2006. Dalam pertandingan itu sendiri terjadi insiden yang kemudian dikenang sebagai salah satu kejadian tidak biasa.
Penyerang belia Liverpool, Robbie Fowler merangsek masuk ke kotak penalti Arsenal. Penjaga gawang veteran The Gunners, David Seaman langsung menutup ruang tembak. Fowler melompat dan terjatuh. Wasit Gerald Ashby langsung menunjuk titik putih pertanda hukuman penalti. Fowler langsung mendekati Ashby seraya meyakinkan kalau Seaman tidak menjatuhkannya. Fowler melompat dan terjatuh untuk menghindari terjangan Seaman. Seaman hanya tersenyum melihat aksi Fowler yang saat itu masih*muda dan berbicara jujur.
Ashby keukeuh pada keputusannya. Fowler sendiri menjadi eksekutornya. Dia menendang tidak terlalu keras dan Seaman yang saat itu adalah kiper tim nasional Inggris bisa menyelamatkan tendangan lemah Fowler. Sayangnya, bola tidak ditangkap sempurna. Dan lebih sayang lagi bola mental dimanfaatkan oleh gelandang Liverpool, Jason McAteer untuk mencetak gol.
Fowler kemudian mendapatkan penghargaan UEFA Fair Play Award dari federasi sepak bola Eropa (UEFA). Penyerang tim nasional Inggris saat itu berkilah kalau kegagalan penalti bukan disengaja. "Sebagai pencetak gol sudah menjadi tugas saya untuk melakukan penalti dan saya ingin mencetak gol. Saya mencoba membuat gol. Saya tidak pernah gagal dengan sengaja. Hal itu terjadi begitu saja. Penalti yang buruk," ujar Fowler seperti dikutip The Guardian.
Insiden nyaris serupa terjadi di Piala Carlsberg pada 2003 saat tim nasional Denmark bertemu tim nasional Iran. Gelandang sekaligus kapten Denmark, Morten Wieghorst sengaja menendang sedikit melebar tendangan penalti yang dihadiahkan.
Kejadian bermula saat salah seorang bek Iran merasa mendengar kalau wasit meniupkan peluit. Padahal bunyi peluit datang dari tribune penonton. Dia langsung memegang bola di kotak penaltinya sendiri. Lantas wasit tanpa ampun memberikan hadiah penalti bagi Denmark.
"Tidak adil kalau mengambil penalti memanfaatkan hal tersebut," ujar Wieghorst sejujurnya.
Sebelumnya sang kapten sudah berkonsultasi lebih dulu dengan pelatih Denmark, Morten Olsen. Denmark kalah 0-1 dalam pertandingan itu. Namun setidaknya Wieghorst mendapatkan Fair Play Award dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Kejujuran seperti tadi memang langka, tapi ada nyatanya. Mereka berkata dan bertindak jujur saat hukuman penalti seharusnya tidak terjadi. Sementara sejumlah pemain malah mencoba diving alias pura-pura dijatuhkan meski sebenarnya hanya terjadi kontak minimal atau malah tidak terjadi kontak sama sekali. Alih-alih berebut bola dan mempertahankan posisi tubuh, si pemain malah beradegan teatrikal untuk menjatuhkan diri.
Sejumlah insiden tidak seharusnya penalti memang terjadi. Sebelumnya pada pertandingan Liga Primer Inggris, Manchester United mendapatkan hukuman penalti ketika menjamu Queens Park Rangers. Pemain sayap Ashley Young dijatuhkan oleh Shaun Derry. Young dalam posisi offside sebelum dijatuhkan. Sementara Andy Carroll sempat diving ketika Liverpool berjumpa tim lamanya Newcastle United. Perihal diving, sejumlah pemain lebih jago ketimbang Carroll yang ditertawai lantaran gagal "berakting".
Di balik keindahan sepak bola dengan permainan kolektif, aksi individual, strategi dan taktik, serta lainnya, masih ada praktik-praktik kotor para pemain. Tetapi semua itu memang menjadi satu dalam permainan sepak bola. Satu paket tentunya !
(Dodiek Adyttya Dwiwanto/Jurnas)