Baju Jersey Bola

Emas Untuk Mereka Yang Berfikir, Bertangan dan Berhati Emas

Posted by Rayatalit on Sabtu, 04 Agustus 2012

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
OPINI,- Apa yang dikawatirkan itu akhirnya terjadi. Kontingen Indonesia gagal mempertahankan tradisi medali emas pada Olimpiade XXX/2012 di London, Inggris.

Malapetaka itu terjadi setelah pasangan ganda campuran Ahmad Tontowi/Liliyana Natsir tersisih di babak semifinal, Kamis (2/8) malam. Duet campuran yang sejak semula diharapkan mampu merebut emas itu harus takluk 23-21, 18-21 dan 13-21 di tangan pasangan China Xu Chen/Ma Jin.

Berakhir sudah tradisi emas yang dicetak sejak Olimpiade Barcelona-Spanyol, tahun 1992 ketika pasangan cinta Susi Susanti dan Alan Budikusuma untuk pertama kalinya menorehkan emas bagi Indonesia di ajang pesta olahraga terakbar dunia itu. Kini kebanggaan selama 24 tahun itu lenyap sudah. Indonesia makin merosot dalam peta olahraga dunia.

Kegagalan mempertahankan tradisi emas itu tentunya bukanlah berarti kiamat bagi olahraga Indonesia. Namun ini menjadi tamparan keras bagi olahraga Indonesia yang selama ini lebih banyak terlena. Bukan itu saja. Para pembina olahraga di Tanah Air lebih banyak mengurusi hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan peningkatan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia.

Sudah begitu olahraga di dalam negeri lebih banyak berisi masalah pertantangan antar lembaga yang mempunyai kewenangan untuk membangun dan membina prestasi. Sudah bukan rahasia lagi, selalu terjadi tarik menarik kepentingan antara Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Tarik menarik kepentingan itu begitu keras saat KONI dan KOI masih dipimpin oleh satu orang Ketua Umum.

Namun kini setelah KONI dan KOI dipisah bukan membuat perubahan yang menyegarkan. Justru perpisahan ini menimbulkan pertentangan baru. KOI dan KONI justru tarik menarik dalam urusan siapa yang lebih pantas untuk menangani pembinaan olahraga di Tanah Air.

Kegagalan di London bukanlah kesalahan bulutangkis yang selama ini menjadi andalan namun tidak mendapat perhatian yang lebih. Juga bukan kegalan cabang olahraga. Ini semua bermula dari kurang padunya gerak dan langkah para petinggi olahraga Indonesia.

Bayangkan, untuk pemberangkatan Kontingen Indonesia ke London dana baru turun lima hari menjelang terbang ke Olimpiade. Sudah begitu dana untuk keperluan atlet juga terhambat.

Apa yang dicapai di London harus menjadi cermin, olahraga Indonesia belum ditangani secara benar. Sudah begitu olahraga Indonesia juga sudah dimasuki para koruptor yang menyedot dana dan kebutuhan olahraga itu sendiri. Kasus Wisma Atlet SEA Games dan Pusat Olahraga Hambalang merupakan conton bagaimana carut marutnya olahraga Indonesia dipermainkan para politisi dan koruptor.

Jadi wajar saja tradisi emas lepas. Emas hanya untuk mereka yang berusaha dengan upaya dan hati emas. Emas akan hadir bagi mereka yang berfikir, bertangan dan berhati emas.
(Gungde Ariwangsa)


Baca Berita Lainnya :