Baju Jersey Bola

Uruguay Tancapkan Sejarah Baru Sepak Bola

Uruguay Tancapkan Sejarah Baru Sepak Bola
VIVA - BOLA,-  Uruguay merayakan sukses merebut Copa America 2011. Ini merupakan trofi ke-15 La Celeste -julukan Uruguay- di kompetisi paling akbar di Amerika Selatan itu.

Uruguay menahbiskan diri sebagai tim tersukses di Amerika Selatan setelah menekuk Paraguay 3-0 di final Copa America 2011. La Celeste melangkahi prestasi Argentina dan Brasil.

Uruguay menjadi negara yang paling banyak mengoleksi Copa America selepas menundukkan Paraguay 3-0. Total 15 trofi dikumpulkan sejak debutnya pada 1916 (dengan nama Kejuaraan Amerika Selatan).

Sukses La Celeste tahun ini terjadi berkat duo Diego Forlan dan Luis Suarez di Estadio Monumental Antonio Vespucio Liberti. Kemenangan tersebut menjadi garansi berakhirnya masa suram Uruguay di panggung Copa America. Maklum, sebelumnya mereka tidak pernah lagi juara sejak 1995, ketika bertindak sebagai tuan rumah.

’’Kami telah memenangkan trofi ke-15.Ini sesuatu yang patut dibanggakan,’’ ujar Pelatih Oscar Tabarez, dikutip Goal.

Uruguay pantas bangga. Mereka telah melewati rekor Argentina yang mengumpulkan 14 gelar. Forlan dkk juga semakin unggul atas Brasil yang berjaya delapan kali. Padahal selama lima edisi terakhir, Uruguay selalu kalah bersaing dengan Selecao, julukan Brasil.

Dengan berjaya di Copa America 2011, Uruguay mengubah peta kekuatan Amerika Selatan yang beberapa tahun belakangan dikuasai Brasil dan Argentina. Sebelum La Celeste menduduki singgasana, Brasil sudah empat kali juara dari lima edisi terakhir. Sementara Argentina dua kali beruntun masuk final.

Meningkatnya kekuatan Uruguay bisa dilihat dari performa selama mengikuti Copa America 2011. Sempat terseok-seok di awal kompetisi, Uruguay bangkit dengan menyingkirkan Argentina selaku tuan rumah di babak perempat final. Lalu melibas Peru 2-0 di 4 besar.

’’Ini semua berkat semangat juang para pemain. Mereka tidak pernah merasa inferior,’’ tambah Tabarez.

Perkembangan Uruguay bisa disimak dari kompetisi lain, Piala Dunia 2010 misalnya. Di Afrika Selatan hanya Uruguay di antara wakil Amerika Selatan yang mampu menandingi kekuatan Eropa. Mereka sukses meluncur ke semifinal sebelum ditekuk Belanda 2-3. Uruguay akhirnya merebut tempat keempat lantaran menyerah 2-3 dari Jerman.

Sementara laju Brasil dan Argentina hanya sampai perempat final di Piala Dunia 2010. Argentina dicukur Jerman 4-0, sedangkan Brasil ditekuk Belanda 2-1.

Bukti lain berkembangnya Uruguay tersaji di Piala Dunia U-17. Bertandang ke Meksiko, para young guns Uruguay sukses menembus final. Sayang mereka dikalahkan tuan rumah Meksiko 2-0. Namun sebelumnya Uruguay melibas Brasil 3-0. Sementara Argentina terhenti di fase 16 besar.

Uruguay juga tampil menawan di Kejuaraan Amerika Selatan U-20 edisi 2011. Di Peru, Uruguay menyabet predikat runner-up di belakang Brasil. Itu pertama kalinya Uruguay menempati posisi itu sejak jadi finalis 1999.

Meningkatnya kekuatan Uruguay bukan di timnas saja. Klub-klub sepak bola mulai bersaing dengan rival lain di Amerika Latin. Pada Copa Libertadores 2011 wakil Uruguay Penarol menembus final walau akhirnya ditundukkan Santos FC (Brasil) 2-1. (m mirza)

Baca Selengkapnya

Uruguay vs Paraguay : Terancam Tanpa Edison Cavani

Uruguay vs Paraguay : Terancam Tanpa Edison Cavani

VIVA - BOLA,-  Edinson Cavani dikejar waktu untuk dapat membela timnas Uruguay pada final Copa America 2011. Cedera lutut yang dialaminya saat menghadapi Chile pada laga kedua grup B (8/7) masih belum pulih. Karena cedera itu, Cavani harus absen dalam tiga laga terakhir Uruguay.

Pelatih Uruguay, Oscar Tabarez sangat berharap agar Cavani tampil di partai puncak Copa America 2011. Memang hal itu harus menunggu kepastian dari kondisi terakhir sang pemain. Tabarez menyatakan, cedera Cavani tidak terlalu parah. Penyerang Napoli itu hanya butuh istirahat.

"Kami berharap agar dia cepat pulih," tutur Tabarez.

Di sisi lain, kubu Napoli mewanti-wanti agar Uruguay tidak memaksakan kondisi Cavani. Bila memang cedera, Cavani tidak bisa dipaksa bermain. Sebab pada akhirnya hal itu akan merugikan klubnya, Napoli.

"Saya akan membunuh mereka bila merusak Edinson saya," ancam Presiden Napoli Aurelio De Laurentiis, sebagaimana dilansir Eurosport.

"Saya tidak peduli dengan pertandingan internasional. Saya hanya meminta Uruguay untuk menjaganya baik-baik. Kalau dia tidak fit, jangan di mainkan," lanjut dia.

De Laurentiis tidak main-main. Dia bahkan siap mengambil langkah hukum untuk melindungi Cavani.

"Kalau Uruguay tidak berhati-hati, saya akan mempersoalkan masalah itu tanpa akhir," ujar pria yang juga produser film ternama Italia tersebut.

Wajar bila Napoli sangat khawatir dengan kondisi Cavani saat ini. Sebab penyerang berambut gondrong itu adalah salah seorang striker andalan Napoli. Dia mencetak 33 gol musim lalu. (ham)

Baca Selengkapnya

Copa America 2011 - Uruguay Favorit Juara

Copa America 2011 - Uruguay Favorit Juara
VIVA - BOLA,-  Uruguay diunggulkan merebut trofi Copa America 2011. Menantang Paraguay di Estadio Monumental Antonio Vespucio Liberti, Buenos Aires, Minggu (24/7), La Celeste diyakini akan mengangkat trofi.

Uruguay dalam optimisme tinggi untuk mencetak sejarah baru di Copa America. Pasukan Oscar Tabarez sudah mengemas 14 gelar sejak era South America Championship hingga era Copa America. La Celeste bertekad melampaui Argentina yang juga mengemas 14 trofi.

Menilik performa sepanjang 43 tahun Copa America digelar, Uruguay jauh lebih difavoritkan dan berpeluang lebih besar merebut gelar juara. La Celeste terakhir kali merebut trofi turnamen empat tahunan itu saat menjadi tuan rumah pada tahun 1995, mengandaskan Brasil dalam babak adu penalti.

Memang, bukan hal mudah bagi tim yang mengubur mimpi tuan rumah Argentina ini untuk mengulang sukses. Sebab Paraguay pun punya tekad yang sama untuk menjuarai edisi kali ini. La Celeste berharap Diego Martin Forlan Coraso atau Diego Forlan bisa bersinar di final.

Sejauh ini penyerang berusia 32 tahun itu belum mencetak satu gol pun dalam lima laga yang dimainkan. Striker yang telah tampil 78 kali bersama timnas dengan koleksi 29 gol itu bertekad buka puasa gol menghadapi Paraguay.

”Saya tidak akan menjadi gila tanpa mencetak gol. Percayalah waktu itu akan datang,” katanya dikutip Danbury News Times.

Uruguay beruntung memiliki Luis Suarez dan Alvaro Pereira. Dua nama inilah yang membawa Uruguay melaju ke final. Hingga kini Suarez masih menghuni puncak klasemen dengan koleksi tiga gol, sedangkan Pereira dengan dua gol. Suarez yang akan menjadi tulang punggung tim, tak jemawa menghadapi laga final nanti.

”Laga nanti yang paling sulit bagi kami. Namun kami akan terus mencari celah,” kata bomber Liverpool tersebut.

”Ini sebuah permainan tentang menyerang dan beruntung hal itu yang kami lakukan selama ini.”

Uruguay lebih difavoritkan keluar sebagai juara Copa America 2011. Apalagi catatan pertemuan kedua tim ini masih berpihak kepada tim juara dunia dua kali tersebut. Dari tujuh kali pertemuan, Diego Lugano dkk menang lima kali, sedangkan sisanya dimiliki Paraguay. Tabarez berjanji akan memaksimalkan pengalaman yang dimiliki La Celeste.

”Kami akan memaksimalkan seluruh pengalaman yang ada. Apalagi kami sudah mengenal permainan Paraguay. Pertandingan masih empat hari mendatang. Kami masih harus menjaga kebugaran,” ungkap Tabarez.

Sementara itu, Paraguay tidak mau terlalu banyak mengumbar pernyataan. Pelatih Gerardo Martino mencoba merendah dengan menyebut timnya underdog.

”Kami tidak difavoritkan,” ungkapnya dikutip Fox News.com.

”Tapi, kami juga memiliki mimpi menjadi juara,” tandasnya.

Namun sikap kalem yang ditunjukkan sang bos ternyata tak sejalan dengan penyerangnya, Nelson Valdez.

“Kami memiliki ambisi untuk memenangkan final nanti. Yang harus kami lakukan saat ini adalah mencoba untuk tetap merendah dan menjaga kepercayaan diri,” ujarnya. (fahmi faisa)

Baca Selengkapnya

Cesar Farias : Venezuela Bakal Berikan Kejutan Lagi

Cesar Farias : Venezuela Bakal Berikan Kejutan Lagi
VIVA - BOLA,-  Venezuela mencatat sejarah lolos pertama kali ke semifinal Copa America 2011. Tim berjuluk La Vinotinto itu siap melanjutkan sensasi dengan mendepak Paraguay pada semifinal di Estadio Malvinas Argentinas, Kamis (21/7) pagi WIB.

Sejauh ini Pelatih Venezuela Cesar Farias mengungkapkan tidak akan melakukan banyak perubahan pada skema tim. Namun Farias harus mencari pengganti Tomas Rincon yang tidak bisa memperkuat La Vinotinto akibat diganjar kartu merah pada perempat final melawan Chile.

“Secara umum kondisi kami aman. Kami hanya kehilangan satu pemain. Jadi ini modal bagus. Saya bisa menunjuk siapa pun berhak mendapat kesempatan lolos ke final,” ucap Farias di laman resmi Copa America 2011.

Farias mengungkapkan, kunci sukses timnya adalah tampil lebih tenang. Datang sebagai tim underdog justru membuat mereka mampu mengeluarkan performa terbaik. Gioncarlo Madonado dkk memberikan pembuktian yang luar biasa kepada banyak pihak yang kerap menyepelekan kemampuan La Vinotinto.

“Ketika kami datang tak ada satu pun yang mengira kami bisa mencapai semifinal. Ketika kami memperolehnya, sungguh sangat bahagia. Sekarang saatnya menampilkan yang terbaik yang bisa kami lakukan,” tandasnya.

Soal kekuatan Paraguay, Farias mengaku sudah mengetahuinya dengan baik. Paraguay merupakan negara yang kerap mereka hadapi dalam berbagai kesempatan. Salah satunya pada Kualifikasi Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Ketika kualifikasi mereka kalah 1-2 dari Paraguay. Lalu La Vinotinto juga menahan imbang Paraguay 3-3 pada penyisihan Grup B Copa America 2011.

“Kami menjadi satu-satunya negara di Amerika Selatan yang belum pernah masuk putaran final Piala Dunia. Itu lantaran pesaing kami sangat hebat. Salah satunya adalah Paraguay. Ketika itu mereka mengandaskan mimpi kami,” paparnya.

“Tapi untuk kali ini kami tidak akan membiarkannya. Kami ingin bermain di final dan kami wajib mengalahkan mereka. Semoga kami beruntung,” sambungnya.

Kiper Venezuela Renny Vega berjanji akan tampil maksimal. Dia akan bermain lebih baik dari pertandingan sebelumnya. Dia juga berterima kasih kepada seluruh rakyat Venezuela yang selalu memberikan dukungan kepada mereka meskipun timnas minim prestasi.

“Akhirnya kerja keras kami berbuah manis. Ini semua tak lepas dari dukungan yang diberikan seluruh rakyat Venezuela. Sekarang kami akan kembali berjuang di semifinal,” ucap Vega.

Sementara Pelatih Paraguay Gerardo Martino masih belum mau mengumumkan siapa saja yang akan turun di semifinal. Tapi sepertinya ada kabar baik, Roque Santa Cruz kemungkinan besar sudah bisa bermain. Kondisinya sudah mulai membaik.

Pada perempat final menghadapi Brasil, Cruz hanya menjadi penonton. Dia begitu cemas ketika harus melihat teman-temannya berjuang di lapangan. Untuk itu dia berharap dokter mengizinkannya ambil bagian di semifinal.

“Sampai sekarang semuanya masih belum jelas. Saya harus menunggu keputusan dokter. Saya sangat berharap bisa turun. Saya sangat ingin membantu tim ini,” ucap Cruz.

Hal senada diucapkan Martino. Dengan adanya Cruz, mereka akan lebih kuat. “Harapan saya masih sama seperti pada pertandingan sebelumnya. Saya ingin Cruz kembali. Venezuela akan menjadi ancaman kami. Mereka tak bisa diremehkan,” papar Martino. (ramona)

Baca Selengkapnya

Gagal di Copa America, Brasil Berambisi di Piala Dunia 2014

Gagal di Copa America, Brasil Berambisi di Piala Dunia 2014
VIVA - BOLA,-  Generasi baru Brasil gagal tampil memukau di tes pertama mereka setelah Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Neymar da Silva dan kawan-kawan tersingkir memalukan di babak perempat final Copa America 2011 setelah kalah adu penalti 0-2 (0-0) dari Paraguay di La Plata, Argentina.

Hingga pertandingan normal 120 menit berakhir, tak satu pun punggawa Selecao berhasil mencetak gol. Begitu juga ketika mereka harus menjalani adu penalti, karena bintang-bintang Brasil tak menunjukkan sinarnya. Sepertinya pasukan Mano Menezes tidak belajar banyak dari pertandingan sebelumnya saat ditahan imbang Paraguay 2-2 pada penyisihan Grup B.

Brasil terpaksa mengakui kekalahan dari tim asuhan Gerardo Martino itu. Kekalahan itu jelas membuat fans Selecao kecewa. Padahal fans Brasil sangat berharap Neymar dkk bisa mempertahankan gelar Copa America yang direbut Selecao -julukan Brasil- empat tahun lalu.

Semua komponen Selecao memang kecewa dengan hasil tersebut, termasuk kesedihan mendalam yang dirasakan Alexandre Pato, Neymar, Ganso dan Robinho. Mereka berusaha keras tetap bertahan di Copa America,tapi segala usaha mereka sia-sia. Mereka harus angkat koper dari Argentina lebih cepat.

“Hari ini (kemarin) memang bukan hari keberuntungan kami. Kami dipermalukan Paraguay. Kami harus bekerja lebih giat lagi,” ucap Neymar dilansir goal.com.

Hal serupa diungkapkan Robinho. Striker AC Milan itu menilai timnya sedang sial. Dia bahkan tak pernah membayangkan harus pulang dengan hasil seperti ini.

“Jika melihat pertandingan perempat final ini, kami sangat mendominasi. Kami tidak tampil buruk. Jadi sangat menyedihkan kami tidak bisa mempertahankan status juara,” tandasnya.

Kendati demikian, mantan pemain Manchester City itu berusaha berlapang dada. Menurut dia selalu ada hikmah di balik kegagalan seperti ini. Dia membandingkan kegagalan Selecao di Argentina ini akan menyerupai Copa America 2001 di Kolombia, dimana saat itu Brasil kalah 0-2 dari Honduras.

Namun demikian selanjutnya Selecao justru merebut supremasi tertinggi ketika ambil bagian di Piala Dunia 2002 Korea-Jepang. Di pesta empat tahunan itu Selecao tampil gemilang dengan merebut Piala Dunia untuk kelima kalinya. Karena itu, Robinho mengusung harapan serupa. Jika di Copa America 2011 mereka tampil buruk, namun tidak saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Brasil akan tampil maksimal untuk mengejar gelar juara.

“Kami harus menatap ke depan. Target besar kami menjadi juara Piala Dunia di negara kami pada 2014. Kami bisa melakukan banyak hal di sana. Kami yakin bisa mengulang sukses 2002,” tutur Robinho.

Sementara itu kiper Brasil Julio Cesar dan defender Lucio kemungkinan tidak akan ambil bagian lagi di timnas Brasil. Umur menjadi salah satu faktor mundurnya mereka dari timnas.

Bahkan mereka diprediksi tak akan memperkuat Brasil saat menjalani pertandingan persahabatan melawan Jerman, Agustus mendatang. Begitu juga menghadapi Argentina pada September 2011. (ramona)

Baca Selengkapnya

Lima Faktor Banjir Kejutan di Copa America 2011 di Argentina

Lima Faktor Banjir Kejutan di Copa America 2011 di Argentina
VIVA - BOLA,-  Perhelatan Copa America 2011 mulai memakan korban. Sejumlah tim yang 'punya nama' harus angkat koper dan pulang ke negara masing-masing lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan panitia.

Salah satu yang paling fenomenal adalah tersingkirnya tuan rumah sekaligus favorit Argentina. Perlawanan Lionel Messi dkk diredam oleh Uruguay di fase perempat final, Minggu (17/7) pagi hari kemarin.

Kolombia juga demikian. Meski bermaterikan pemain yang merumput di Eropa, sebut saja Radamel Falcao (FC Porto), Mario Yepes (AC Milan), Hugo Rodallega (Wigan Athletic), Luis Perea (Atletico Madrid), tetap saja gagal melewati hadangan Peru. Sebuah pertanyaan kemudian menyembul, Apa Penyebab Ini Semua ?

Ada lima alasan mengapa ajang seperti ini kerap melahirkan kejutan.

Pertama, tim-tim yang dianggap 'anak bawang' umumnya dihuni pemain yang berkompetisi di negaranya sendiri. Sebut saja Peru yang baru saja menyingkirkan Kolombia. Lebih dari setengah skuad La Rojiblanca atau tepatnya 14 dari 23 merumput di Peruvian Primera Division.

Sporting Cristal adalah penyumbang terbanyak dengan empat pemain. Disusul Universad San Martin dan Universitario de Deportes masing-masing tiga. Selama berminggu-minggu mereka tampil bareng di tim yang sama atau setidaknya berkutat di Liga yang sama. Ketika masa persiapan tiba, proses adaptasi menjadi jauh lebih mudah.

Bandingkan dengan Argentina, hanya ada satu yakni Juan Pablo Carrizo. Itu pun kiper dan tidak pernah diturunkan sedetik pun.

Kedua, bagi pemain dari tim-tim gurem ajang ini adalah 'panggung emas' unjuk kebolehan agar dilirik mata-mata Sir Alex Ferguson (Manchester United), Arsene Wenger (Arsenal), Jose Mourinho (Real Madrid) atau Massimiliano Allegri (AC Milan).

Dapat dipastikan aksi mereka menggila bahkan kalau perlu 'mati' di lapangan. Sesuatu yang tidak perlu dilakukan oleh Messi, Carlos Tevez, Gonzalo Higuain atau Sergio Aguero. Semua orang sudah tahu kapasitas mereka.

Ketiga, sederet nama yang baru saja saya sebut adalah pemain dengan gaji miliaran per pekan. Pada Agustus atau September nanti, klub yang menggaji mereka sudah menunggu. So, bisikan bisikan 'jahil' untuk tampil ala kadarnya agar terhindar dari cedera sudah pasti merasuki kuping mereka.

Keempat, pemain yang merumput di Eropa menjalani pertandingan yang superketat. Inggris misalnya, minimum ada tiga kompetisi domestik yang harus disatroni dengan jumlah laga yang melimpah. Ini belum termasuk ajang antar klub di Benua Biru itu.

Sekali lagi, bandingkan dengan Peru yang hanya punya dua kompetisi dan kuantitas laganya minim. Tentu saja dari sisi kebugaran pemain Peru lebih siap menghadapi Copa America. So, jangan heran bagi Messi dkk, atau tim-tim lainnya menjadikan ajang ini lebih sebagai warming up sek`ligus mudik.

Yang terakhir soal faktor cuaca. Jangan lupa, Argentina berada di sisi selatan globe dunia. Saat ini negara Evita Peron itu tengah diselimuti musim dingin. Meski panitia sudah berusaha semaksimal mungkin menggunakan venue yang berada di sisi utara Argentina, itu tak banyak menolong.

San Salvador de Jujuy misalnya, suhu di venue paling utara ini masih berkisar di angka 13 Celsius. Sementara di La Plata, venue paling selatan suhunya tergerus menjadi 6 Celsius. Sementara itu, pemain-pemain yang merumput di Eropa baru saja tersengat suhu di atas 30 Celsius. Bukan sesuatu yang mudah untuk beradaptasi dalam hitungan hari.
(haris pardede)
Baca Selengkapnya