Opini Bola,- Muda, pintar dan berprestasi. Itulah gambaran Andre Villas-Boas (AVB) seusai membawa FC Porto menjadi kampiun Liga Europa musim lalu. Karena torehan itu, orang Portugal ini tercatat sebagai pelatih termuda sepanjang sejarah yang pernah menjuarai kompetisi Eropa di usia 33 tahun 213 hari. Cukup beralasan jika juragan Chelsea Roman Abramovich rela merogoh kocek senilai 15 juta euro untuk membajaknya ke Stamford Bridge. Nilai itu menjadikannya pelatih termahal di dunia.
Sayang, pesona AVB di London memudar. Gaung pemecatan pun mengganggu tidurnya setiap hari. Namun banyak juga dukungan yang datang agar dia diberi waktu membentuk tim yang diinginkannya musim depan. Sebab, bisa dibilang skuad yang didapatkannya di Stamford Bridge kebanyakan adalah warisan pelatih-pelatih sebelumnya. Layakkah AVB dipertahankan ?
1. Statistik Terpuruk
Di tangan AVB, Chelsea bukan saja sulit juara, tapi juga terlempar dari big four, lokasi untuk meraih tiket Liga Champions musim depan. Skor imbang 1-1 saat menjamu Birmingham City di babak V Piala FA, Sabtu (18/2) dan kekalahan 1-3 Chelsea di San Paolo, markas Napoli, Rabu (22/2) dini hari kemarin, semakin membuat Chelsea terancam tanpa gelar musim ini.Chelsea juga tak pernah menang dalam lima laga terakhir.
2. Lemahnya Perencanaan Tim
Saat Mourinho hijrah ke Real Madrid, pertama yang dilakukannya adalah menegaskan bahwa Raul Gonzalez tak masuk skenario timnya. Sang kapten diberi dua pilihan, bertahan namun rela jadi cadangan atau dipersilakan pergi. Hasilnya, Madrid yang sekarang sesuai apa yang direncanakan Mourinho. Sementara AVB, lemah dalam hal ini. Dia membiarkan Frank Lampard duduk kesal di bangku cadangan. Padahal sejak 2001, gelandang timnas Inggris ini sudah jadi kesayangan publik Stamford Bridge.
3. Kehilangan Dukungan Pemain
Imbas dari lemahnya perencanaan tim di atas adalah munculnya pemberontakan dari pemain-pemain yang merasa disingkirkan seperti Lampard, Florent Malouda atau Michael Essien. Padahal pengaruh mereka sangat kuat dalam tim. Anehnya dalam kondisi ini, AVB terang-terangan mengatakan tak masalah jika dia tak didukung pemainnya. Bagaimana bisa seorang sutradara sukses jika aktor-aktornya tak bermain sepenuh hati.
4. Transfer Gagal dan Mubazir
Salah satu yang mencolok dari kelemahan AVB adalah dia kurang dalam pemilihan pemain yang direkrut. Kehadiran Romelu Lukaku, Lucas Piazon dan Gary Cahill tampak tak punya efek apa pun buat tim. Hanya Juan Mata pemain baru yang berpengaruh buat tim. Sebaliknya, Fabio Borini yang dilepas dengan gratis justru bersinar di AS Roma.
5. Minim Kreasi
AVB cenderung memaksakan pola yang diinginkannya, namun kurang melihat karakter armadanya. Alhasil, seolah timnya minim kreasi dan hanya bertumpu kepada Juan Mata. Strategi yang terlalu mudah dibaca lawan.
6. Buruk Pemilihan Starter
Di tangan AVB, banyak pemain hebat justru hanya jadi ”pajangan”. Yang paling mencolok adalah Lampard, Essien dan Lukaku. Lampard tercatat sebagai penyumbang gol terbanyak di Chelsea dengan 11 gol di semua kompetisi musim ini. Sementara Essien, sebelum cedera adalah figur penjamin keseimbangan tim. Lukaku punya power dan speed yang sedikit mirip Didier Drogba. Namun saat Drogba absen, AVB terus memaksakan Fernando Torres yang justru tumpul tanpa gol sejak Oktober lalu.
7. Tak Berani Coba Pemain Muda
Di era AVB, praktis tak ada pemain muda yang muncul dalam tim utama. Berbeda seperti musim lalu saat Carlo Ancelotti berani memunculkan beberapa nama muda seperti Daniel Sturridge dan Josh McEachran. Kedua nama ini beberapa kali dapat kesempatan main.
8. Gagal Atasi Tekanan
Semua tahu, tekanan sebagai pelatih Chelsea tentu jauh lebih besar ketimbang di Porto. Hal ini yang sampai saat ini belum bisa dibendung AVB. Di Stamford Bridge, dia terlihat panik mengatasi kencangnya tiupan badai kritik. Dengan semua alasan ini, tampaknya AVB akan jadi pelatih keenam yang harus angkat koper dari Stamford Bridge.
Pertanyaannya, kapan surat pemecatan itu datang ? Dalam waktu dekat atau akhir musim ? Semua tergantung tanda tangan Abramovich.
(Abdul Haris - Hattrick)
5