Belgia memang tampil mengagumkan dengan meraih 8 kemenangan di 10 laga kualifikasi dan tak terkalahkan di laga sisa. Berkat torehan hasil impresif tersebut, Belgia secara otomatis kembali berlaga di putaran final Piala Dunia setelah terakhir kali tampil di tahun 2002.
Sementara bagi Aljazair, ini adalah penampilan kedua mereka di Piala Dunia sejak 1986. Di dua edisi terakhir, Aljazair tak pernah lolos dari babak penyisihan grup.
Di laga perdana, Belgia sedikit mencemaskan kondisi Romelu Lukaku yang kurang fit. Namun striker berusia 21 tahun ini diprediksi bisa kembali fit dari cedera engkel ringan yang mendera saat menang tipis 1-0 melawan Tunisia di laga uji coba.
Untuk lini tengah, Pelatih Belgia Marc Wilmots punya banyak opsi untuk menemani Eden Hazard. Meski sepertinya pilihan bakal jatuh kepada Kevin de Bruyne dan Dries Mertens yang mengapit Hazard dari kedua sisi.
Di lini belakang, duet Daniel van Buyten dan Vincent Kompany tetap menjadi andalan untuk menghalau serangan lawan. Sementara di kanan dan kiri, Vertonghen dan Alderweireld yang siap memberi tenaga ekstra ketika menyerang pertahanan lawan.
Beralih ke Aljazair, mereka bakal kembali mengandalkan gelandang Valencia, Sofiane Feghouli sebagai pembuka jalan menembus pertahanan lawan. Sementara gelandang Tottenham Hotspur, Nabil Bentaleb bakal menjadi motor serangan di lini tengah.
Untuk lini belakang, Aljazair bakal memaksimalkan pengalaman Liassine Cadamuro. Bek berusia 26 tahun itu bakal diduetkan dengan Bougherra di jantung pertahanan.
Namun demikian, performa wasit yang menjadi sorotan banyak pihak di awal penyisihan grup Piala Dunia 2014 membuat Pelatih Aljazair, Vahid Halilhodzic was-was. Pelatih yang sempat menukangi Pantai Gading di Piala Dunia 2010, mengaku cemas jika korps baju hitam bakal lebih berpihak pada Belgia.
Dengan nada yang terkesan sarkastis, Halilhodzic mengaku dirinya lebih khawatir dengan performa wasit ketimbang penampilan Eden Hazard dan rekan. Ia mengklaim jika dalam turnamen besar seperti Piala Dunia, tim-tim elite pastinya bakal mendapat keuntungan tersendiri dari kebijakan wasit.
“Negara besar, seperti Brasil, Inggris, Jerman, selalu menerima perlakuan yang istimewa. Saya paham Aljazair adalah negara kecil. Namun saya menuntut wasit memperlakukan kami sama halnya dengan negara-negara besar,” katanya.
(Agus Triyana)