Tampil dengan gairah dan atmosfer baru Grand Stade Lille Metropole, Villeneuve-d’Ascq, Lille harus menunggu hingga Tulio de Melo mencetak gol di menit ke-105 (extra time).
Tim peringkat ke-3 Ligue 1 musim lalu itu sukses membalikkan kekalahan 0-1 dari klub Denmark, FC Copenhagen, pada leg pertama menjadi kemenangan 2-0 di pertemuan kedua. Ini musim kedua secara beruntun atau total kelima Lille tampil di fase utama Liga Champions.
Seusai laga Pelatih Lille, Rudi Garcia, menyebutkan salah satu faktor penampilan pantang menyerah Salomon Kalou dan kawan-kawan adalah stadion baru berkapasitas 50.186 tempat duduk itu. Dengan jumlah penonton yang tiga kali lipat lebih banyak dari stadion lama sebelum renovasi, Garcia memastikan para pemain tampil penuh semangat.
Nakhoda yang menangani Lille sejak 18 Juni 2008 itu tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada Presiden Michel Seydoux yang mengeluarkan 324 juta euro untuk “Grand Stade” (stadion besar).
“Saya senang dengan pengorbanan Presiden Seydoux. Bukan semata faktor finansial, melainkan juga keberhasilannya mengumpulkan banyak orang di stadion baru ini. Fans luar biasa. Atmosfer yang mereka ciptakan membuat para pemain seperti memiliki semangat lebih saat harus menghadapi perpanjangan waktu,” ujar Garcia, dikutip AFP.
Musim lalu dan musim-musim sebelumnya, ketika berpartisipasi di Liga Champions, Lille tampil di stadion lama yang berkapasitas 18.154 tempat duduk. Bahkan, mereka juga sempat menyewa Stade de France di Saint Dennis Paris dan Stade Felix Bollaert Lens. Tak heran, dari empat partisipasi di fase grup kompetisi sepak bola antarklub kasta tertinggi Benua Biru itu sebelumnya, mereka hanya satu kali melangkah ke fase knock-out. Itu terjadi pada musim 2006/2007.
Dengan stadion baru yang memiliki kapasitas lebih besar plus fasilitas kelas satu, para punggawa Lille mempunyai harapan besar di Liga Champions 2012/2013. Sembari menanti hasil drawing, mereka memasang target realistis tampil di babak 16 besar. Modalnya, tentu saja para pemain berpengalaman.
Meski Eden Hazard telah berkostum Chelsea, Lille dibela pemain-pemain bagus. Sebut saja Kalou, De Melo, Rio Mavuba, David Rozehnal, Benoit Pedretti, Mickael Landreau hingga Mathieu Debuchy.
“Hari ini, kami melalui malam super. Luar biasa. Tapi, ini baru awal. Masih ada banyak laga yang akan kami jalani di fase grup. Liga Champions adalah kompetisi berkelas. Bagi klub seperti Lille, berpartisipasi di ajang ini sudah prestasi bagus. Tapi, saya ingin lebih,” ungkap Landreau, di situs resmi losc.fr.
Sepanjang keikutsertaan di Liga Champions, 2006/2007 adalah musim terbaik Lille. Ketika itu, mereka mampu menjadi runner-up Grup H. Sayang, di fase knock-out, mereka mendapat lawan berat Manchester United (MU). Lille kalah 0-1 di kandang maupun tandang.
Salah satu laganya diwarnai kontroversi ketika wasit mengesahkan gol cepat tendangan bebas Ryan Giggs ketika kiper Lille saat itu, Tony Silva, sedang mengatur pagar pemain.
“Ketika sebuah tim sudah tampil di babak utama Liga Champions, hasil terbaik akan coba diperjuangkan. Jadi, setelah lolos ke fase grup, tugas kami selanjutnya adalah membawa tim ini tampil sejauh mungkin. Berat memang. Tapi, kami akan mencoba,” ucap Mavuba.
(andri ananto)
Baca Berita Lainnya :