Sepanjang berdiri, Arema pernah menyabet rentetan thropy juara, diawali dari Piala Galatama 1992, kompetisi Galatama 1992-1993, Liga Divisi I 2004, Piala Indonesia 2005,2006 hingga Liga Super Indonesia 2009-2010. Selain itu, untuk tim U-18, tercatat pernah meraih juara Piala Suratin atau Liga Remaja 2007.
Butuh tahapan bagi tim yang awal lahirnya memakai nama Arema Malang ini untuk bisa menjadi tim profesional hingga kini. Lika-liku, suka senang dan perjuangan keras selalu membumbui perjalanan tim. Entah itu buah dari masalah krisis keuangan atau lainnya. Hanya saja, semua itu menjadi hikmah dan pelecut semangat bagi Arema untuk tetap eksis dan menjadi salah satu tim sepakbola yang disegani.
Jika menengok kisah diawal berdiri, Arema yang lahir di tahun 1987 sudah mulai menggebrak ketika usianya baru menginjak lima tahun. Gelar juara kompetisi Galatama 1992-1993 diraihnya setelah menjadi yang terbaik di kompetisi elit yang diikuti oleh tim-tim profesional, alias tim non perserikatan. Ongis Nade mampu menyisikan tim-tim langganan juara seperti Pelita Jaya dan Arseto Solo.
Itulah gelar pertama yang diraih tim reinkarnasi dari Armada 86 yang tidak lepas dari peran Derek, warga jalan Karimunjawa 1, kelurahan Kasin kota Malang pada era 1980 an. Meski saat mewakili Indonesia di ajang kejuaraan klub Asia 1992-1993, hasil penampilan Mickey Tata dkk kurang terlalu memuaskan. Namun, dari trophy itu, Arema yang sudah dipegang Lucky Acub Zenal mulai semakin disegani sekalipun krisis dana bak menjadi masalah klasiknya.
Sayang, usai juara kompetisi Galatama, puasa gelar terjadi. Namun, Arema mampu menembus babak delapan besar Ligina, kompetisi hasil peleburan antara Galatama dengan perserikatan. Puasa itu baru terhenti usai Singo Edan menjadi juara Liga Divisi I 2004. Prestasi itu sekaligus mengantarkan Arema naik kasta ke Divisi Utama setelah sempat degradasi di penghujung Ligina 2003.
Aremania dan Arek Malang berpesta menyambut kemenangan tim yang kala itu baru 1,5 tahun dipegang PT Bentoel Prima Tbk, setelah Lucky, pengelola lama menjual Arema buntut krisis financial. Bersama perusahaan rokok asal Malang ini, Singo Edan menemukan kejayaannya.
Dukungan dana berlimpah dari Bentoel juga menjadikan Arema sebagai tim kuat. Meski sempat kerap kali ‘dikerjai’ PSSI, dua gelar juara mampu diboyong tim dalam dua tahun beruntun, yakni Piala Indonesia 2005 dan 2006. Sayang, masuknya pemilik baru di tubuh Bentoel, membuat Bentoel harus melepaskan Arema di tahun 2009.
Tim ini pun dikelola ramai-ramai oleh wong-wong Ngalam, yang tercatat mulai dari pengusaha, pejabat daerah dan investor dengan ditandai pergantian nama menjadi Arema Indonesia. Bukan Arema jika tak bersemangat. Dengan segala keterbatasan, mereka tetap mampu mencatatkan prestasi ciamik dengan sukses menjadi jawara Liga Super Indonesia, kasta tertinggi di Indonesia, dari sebuah perjalanan kompetisi penuh.
Sederetan throphy itu yang kini menempel di tubuh Arema harus kembali diraih seiring usianya yang sudah 25 tahun seperti yang menjadi harapan dan keinginan pendukungnya.
“Semoga Arema sukses dan bahagia selalu, Arema bisa jadi satu untuk Aremania bisa bahagia lagi, semoga Tuhan bisa membantu Arema kedepan, menjadi juara lagi,” ungkap Claudio de Jesus, mantan stopper Arema yang ikut membawa Arema juara Divisi I dan Piala Indonesia 2005.
“Saya ucapkan selamat ulang tahun untuk Arema yang ke 25, semoga sukses dan terus eksis. Kita tentunya berharap Arema bisa terus berprestasi dan kembali raih gelar juara seperti sebelum-sebelumnya, karena itu jadi kebanggaan kita bersama,” imbuh Mahdi ‘Meok’ Haris, salah satu legnda Arema.
(poy/bua)
Baca Berita Lainnya :