Pergeseran arah filosofi sepak bola terlihat jelas selama turnamen EURO 2012 di Polandia-Ukraina. Para pemikir sepak bola modern, dengan para pelatih sebagai eksekutornya, mulai meninggalkan prinsip sepak bola indah dan lebih mengutamakan hasil akhir.
Mereka lebih pragmatis dalam memandang sebuah laga. Yang penting menang, apa pun caranya. Unsur menghibur boleh ditinggalkan asal tujuan tercapai.
Mungkin ini baru gelagat, tetapi ciri itulah yang terlihat ketika Spanyol menyingkirkan Portugal dalam laga semifinal all-Iberian di Donbass Arena, Donetsk. Skor 0-0 hingga perpanjangan waktu, dan dilakukan adu penalti yang berakibat pada kekalahan Portugal dengan skor 2-4.
"Kami sedikit beruntung bisa memenangi penalti," kata pelatih Spanyol Vicente del Bosque. "Saya memberikan apresiasi pada tim Portugal karena mereka bermain bagus, tapi kami lebih beruntung di sini."
Di hadapan penonton televisi Spanyol yang mencapai rekor 18,141 juta orang, ini mungkin partai terbesar mereka yang seharusnya menghibur. Tapi La Furia Roja lebih terkesan mengecewakan harapan banyak orang.
Pelatih Vicente del Bosque menunjukkan itikad bahwa Spanyol akan bermain agresif dengan seorang penyerang murni ketika Alvaro Negredo masuk di daftar starting eleven. Tapi kemudian Del Bosque menarik Negredo dan memasukkan Cesc Fabregas di awal babak kedua untuk mengembalikan Spanyol ke dalam formasi 4-6-0 hasil inovasinya di turnamen ini.
Sekali lagi Del Bosque memakai strategi "striker hantu". Kali ini mereka tak bisa mencetak gol. Permainan tiki-taka yang diterapkan Spanyol di EURO 2008 dan Piala Dunia 2010 masih tampak dengan jelas. Mungkin hanya minus taburan gol di waktu normal. Tapi ada juga unsur catenaccio yang kental ketika Portugal memburu lewat serangan balik kilat dan para pemain Spanyol serempak turun membela pertahanan.
Meski masih lebih baik ketimbang Portugal dalam gelaran serangan, Spanyol tetap saja tak tertembus di belakang. Ini clean sheet yang ke-11, terhitung sejak turnamen Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010, di mana mereka hanya kemasukan tiga gol dalam 14 pertandingan di dua turnamen itu.
Ini menegaskan gaya baru permainan Spanyol : tiki-takanaccio, gabungan dari tiki-taka dan catenaccio.
"Sebenarnya kami tak pernah mau bermain bertahan. Kami juga bukan tim bertahan. Tapi ketika harus bertahan, kami pun bisa melakukannya dengan cukup baik," kata Del Bosque.
Spanyol ke final EURO 2012. Mereka menyamai rekor Jerman Barat di awal 1970-an yang mencapai tiga final secara beruntun. Kalau bisa juara, maka Spanyol akan menjadi tim pertama di dunia yang menjuarai tiga turnamen besar secara berturut-turut.
Spanyol akan melawan Italia si empunya catenaccio untuk laga puncak EURO 2012 di Kiev, 1 Juli mendatang.
Baca Berita Lainnya :