Para punggawa Belanda seperti Wesley Sneijder, Mark van Bommel, hingga Arjen Robben hanya bisa terduduk diam. Dominasi permainan gagal berbuah gol dan tentu saja kemenangan.
Dunia memang belum banyak yang mengenal sosok sayap usia 29 tahun itu. Ia memang jebolan Akademi Sepakbola Ajax. Sempat membela Brondby saat usianya baru 17 tahun, pemain kelahiran Kopenhagen itu hijrah ke Amsterdam pada 2002.
Dua tahun di sana di bawah asuhan Danny Blind, Krohn-Delhi memutuskan hijrah ke RKC Waalwijk dengan status bebas transfer. Tujuannya satu, ia ingin mencari pengalaman dulu. Manajer Ajax waktu itu Ronald Koeman mengabulkan keinginannya.
Cukup dua musim, ia pulang ke Ajax juga dengan status bebas transfer seperti saat meninggalkan Amsterdam Arena. Ia berharap bisa memberi sesuatu yang baru untuk raksasa Belanda itu.
Sayang, ia kalah bersaing dengan pemain lainnya. Ia pun sempat dipinjamkan ke Sparta Rotterdam semusim. Jarang mendapat tempat di tim inti membuatnya gerah. Keputusan untuk pulang kampung ke Denmark pun muncul.
Beruntung, Brondby bersedia menampungnya. Mereka menyambutnya dengan tangan terbuka, seperti seorang Ibu yang telah lama kehilangan anak semata wayangnya. Di sini, Krohn-Dehli seperti menemukan lagi dunianya yang sempat lenyap.
Debutnya untuk Denmark memang diraih pada 2006, saat ia masih berseragam Ajax. Ia tampil di kualifikasi Euro 2008 menghadapi Liechtenstein pada Oktober 2006.
Tapi, kontribusi besarnya untuk “Tim Dinamit‘ sesungguhnya baru muncul beberapa tahun belakangan. Ia mencetak dua gol di kualifikasi Euro 2012, salah satunya ke gawang Portugal.
Pemilik sorot mata tajam bak pembunuh berdarah dingin ini memang bukan Christian Eriksen yang merupakan andalan Denmark di masa depan. Ia juga bukan Nicklas Bendtner yang kini sedang di masa keemasan.
Usianya sudah 29 tahun, tapi sayap Denmark itu bisa menjadi pemecah kebuntuan tim. Dua laga terakhir kontra Jerman dan Portugal akan menjadi pertaruhan besar pemain penyuka warna bening ini.
Baca Berita Lainnya :