Setelah nyaris sepanjang musim berada di puncak klasemen, Manchester City mulai kehilangan konsistensi lepas tengah musim. Mereka beberapa kali mengalami hasil imbang dan bahkan kalah secara mengejutkan, sehingga membuat Manchester United yang setia menempel ketat mereka mengambil alih posisi puncak.
Siapa yang akan menyangka bahwa musim ini akan didominasi oleh dua tim asal kota Manchester? Sedangkan jagoan-jagoan dari London seperti Chelsea, Arsenal, dan Tottenham seolah tak mampu menyaingi duo asal kota pelabuhan tersebut.
Chelsea memulai musim dengan sangat baik, tangan dingin pelatih anyar Andre Villas-Boas yang di musim sebelumnya memenangkan Treble bersama Porto pun cukup menjanjikan di awal-awal. Sampai akhirnya mereka merosot tajam dan bahkan keluar dari empat besar, membuat pelatih asal Portugal itu harus dipecat. Sang asisten pelatih, Roberto Di Matteo mengambil alih, dan di sini grafik Chelsea mulai naik kembali.
Di Matteo membawa Chelsea menembus dua partai final bergengsi, final Piala FA dan final Liga Champion. Yang pertama sudah mereka menangkan, mereka berhasil menekuk Liverpool 2-1 di Wembley. Berikutnya mereka akan menjalani final di Munich, berharap untuk bisa memenangkan satu-satunya piala yang belum pernah mereka menangi. Meski hanya mampu finish di peringkat enam musim ini, Chelsea berpeluang berlaga di Liga Champion musim depan, jika mereka mampu membungkam Bayern Munich di partai puncak pekan ini.
Tottenham adalah salah satu tim yang mengalami inkonsistensi musim ini, setelah sempat berpeluang menyaingi duo Manchester dalam perburuan gelar di pertengahan musim, mereka malah kehilangan banyak poin jelang musim berakhir. Membuat Arsenal yang sempat tertinggal jauh mampu mengejar perolehan angka mereka dan mengakuisisi peringkat tiga, sampai pertandingan terakhir. Kabarnya isu Harry Redknapp yang akan dipanggil menjadi pelatih timnas Inggris cukup mengganggu konsentrasi tim tersebut.
Tottenham hanya mampu finish di peringkat empat, dan berharap Chelsea gagal menang di final Liga Champion agar jatah posisi empat untuk ikut ke kompetisi elit Eropa musim depan tak hilang dari genggaman mereka. Jika Chelsea juara, Tottenham harus puas bermain di Europa League musim depan.
Meski gagal meraih gelar (lagi) musim ini, Arsenal puas bisa finish di peringkat tiga. Ini membuat mereka bisa tampil sebanyak 15 kali secara berturut-turut di Liga Champion musim depan, prestasi yang cukup membanggakan. Apalagi kaptennya, Robin van Persie, keluar sebagai pencetak gol terbanyak dengan torehan 30 gol di Premier League. Van Persie kini menjadi pencetak gol terbanyak ke-8 Arsenal, dengan total 132 gol.
Satu lagi tim yang menjalani musim dengan luar biasa, Newcastle United. Setelah sempat tak terkalahkan di awal-awal musim, Newcastle sempat mencicipi posisi empat besar selama beberapa pekan. Namun kekalahan demi kekalahan membuat mereka harus keluar dari posisi tersebut, sampai pertengahan musim. Kedatangan Papiss Demba Cisse di Januari membawa sesuatu yang positif. Ia berhasil mencetak gol nyaris di setiap pertandingan dan membawa Newcastle punya harapan untuk berlaga di Eropa. Namun sayang di pertandingan penutup mereka harus takluk 3-1 dari Everton dan membuat mereka harus puas finish di peringkat lima.
Alan Pardew terpilih sebagai pelatih terbaik versi Barclays, karena membawa Newcastle yang awalnya hanya menargetkan bertahan di Premier League kini punya harapan untuk bermain di Eropa. Bahkan mereka sudah sangat dekat dengan Liga Champion, jika saja Arsenal dan Spurs terpeleset di pertandingan terakhir dan mereka mampu meraih poin penuh.
Kembali ke pertarungan di puncak klasemen, City mengambil alih posisi puncak dari tangan United setelah tetangganya itu kehilangan poin saat bertandang ke Wigan dan menjamu Everton di Old Trafford. Membuat derby Manchester beberapa pekan silam menjadi pertandingan penentuan, siapa yang lebih baik.
City kembali ke puncak setelah Vincent Kompany berhasil membawa timnya unggul tipis 1-0 di pertandingan yang dihelat di Etihad Stadium. Tiga poin menyamakan perolehan angka dengan United, namun mereka unggul jauh dalam selisih gol.
Fans Arsenal tak akan bisa melupakan kekalahan menyakitkan 8-2 di Old Trafford, begitupun fans United yang tak akan pernah bisa lepas dari bayang-bayang suram 6-1 di tempat yang sama. Dua hasil pertandingan musim ini yang mungkin bisa membuat kita yang menyaksikannya mengerenyitkan dahi, seolah tak percaya dengan apa yang tertera di papan skor.
Musim ini adalah salah satu musim terbaik dalam sejarah Premier League, mengapa demikian? Karena gelar juara ditentukan hanya dalam hitungan menit di pertandingan penutup. Ya, siapa yang akan menyangka City mampu berbalik unggul 3-2 setelah sempat tertinggal 2-1 sampai menit ke-90? Gol Edin Dzeko dan Sergio Aguero di menit injury time memastikan perayaan gelar tetap dirayakan di Etihad Stadium. Padahal sebelumnya ketika wasit meniup peluit panjang di Stadium of Light, United adalah juaranya.
Inilah alasan mengapa Premier League dinyatakan sebagai liga terbaik di dunia, karena kita tidak pernah bisa menduga dan memprediksi setiap pertandingannya. Yap, kita harus menahan nafas hingga menit-menit akhir, melihat drama yang terjadi di pertandingan penutup Premier League musim ini. Luar biasa bukan ?
(malvino gladwin mambu/supersoccer)