Sejatinya derby ini juga ‘sedang menurun dan tidak dilirik’ lantaran prestasi kedua tim memang mangkrak. Juventus masih ngos-ngosan mengejar AC Milan sementara Inter Milan sejak meraih treble 2010 juga masih sempoyongan. Namun setidaknya Derby D’Italia menjadi salah satu dari derby lainnya di Serie A Italia yang juga ngetop seperti derby Della Madonina antara AC Milan dan Inter Milan atau derby Della Capitale antara AS Roma dengan Lazio yang selalu panas lantaran ada unsur politis.
Sesungguhnya pada akhir pekan lalu juga ada Old Firm, derby klasik antara dua tim papan atas Liga Primer Skotlandia yaitu Rangers dan Celtic. Plus adanya ‘De Klassieker’ di Eredivisie Belanda antara PSV Eindhoven dan Ajax Amsterdam.
Old Firm adalah rivalitas sekota dari dua tim yang sama-sama bermarkas di Glasgow, ibukota Skotlandia. Rangers pernah memenangkan 54 Liga Skotlandia, 33 Piala Skotlandia, dan 27 Piala Liga Skotlandia, sementara Celtic meraih 42 Liga Skotlandia, 35 Piala Skotlandia, dan 14 Piala Skotlandia. Rivalitas jadul yang sudah dimulai sejak 28 Mei 1888.
Kedua tim berjumpa lagi pada 25 Maret 2012 di Ibrox Stadium, kandang Rangers dalam pertandingan ke-31 pada musim ini. Rangers menang 3-2 atas Celtic, setelah sempat unggul 3-0 terlebih dulu. Kemenangan yang menunda gelar Celtic yang berupaya meraih gelar liga, sementara Rangers sudah ‘digagalkan oleh kesalahannya sendiri’ berupa masalah finansial yang membuat klub ini masuk administrasi dan mengalami hukuman pengurangan 10 poin.
Rangers unggul 3-0 lewat Sone Aluko, Andrew Little, dan Lee Wallace. Celtic baru bisa membalas di penghujung laga lewat penalti Scott Brown dan Thomas Rogne. Saking panasnya, wasit harus mengusir dua pemain Celtic, Victor Wanyama dan Cha Du-Ri plus pelatih Neil Lennon, sementara Rangers kehilangan Carlos Bocanegra.
Old Firm adalah rivalitas sedikit berbeda, untuk tidak menyatakan jika rivalitas ini memang jadul lantaran melibatkan masalah aliran politik dan juga agama. Para pendukung Celtic beragama Katholik sementara suporter Rangers beragama Kristen Protestan.
By the way, kalau ada Old Firm maka ada juga New Firm atau rivalitas baru, yang terjadi pada 1980-an antara Aberdeen dan Dundee United. Rivalitas ini sempat mengganggu Old Firm, namun memang tidak lama. Sekedar mengingkatkan jika Aberdeen pernah meroket pada era ini ketika dilatih oleh Sir Alex Ferguson, big boss Manchester United.
Pada hari yang sama, duo klub besar Eredisie berjumpa. Ajax Amsterdam menjamu rivalnya PSV Eindhoven di Amsterdam ArenA, Amsterdam. Ajax menang 2-0 lewat gol Ismail Aissati dan penalti Siem de Jong. Ajax adalah juara Eredivisie 30 kali dan 18 trofi Piala Belanda KNVB Beker, sementara PSV meraih 21 trofi Eredivisie dan 8 Piala Belanda KNVB Beker.
Inilah ‘De Klassieker’ yang sudah lewat masa kejayaannya. Kenapa diberi tanda kutip? Sejatinya, De Klassieker merupakan pertemuan antara Ajax melawan Feyenoord Rotterdam. Namun kadangkala saat Ajax berjumpa PSV juga disebut seperti ini. Kalau dikatakan sudah lewat lantaran Ajax dan PSV tidak lagi menjadi kekuatan utama di Eredivisie Belanda.
AZ Alkmaar yang pernah menjadi juara Eredivisie 2009, sementara Twente Enschede menjadi juara 2010. Punah sudah dominasi 30 tahun antara Ajax, PSV, dan Feyenoord. Ajax sempat 6 tahun tanpa gelar liga, sementara Feyenoord? ‘Wah, ke laut aje!’
Siklus sepak bola tentu seperti kehidupan yang bergerak bagai roda. Kadang di atas, kadang di bawah. Ada masa pasang surut. Old Firm sudah membosankan lantaran ini menunjukkan dua kekuatan Skotlandia, sementara De Klassieker juga begitu.
Derby of England antara Manchester United melawan Liverpool di Inggris sempat ‘biasa saja’ ketika Arsenal di bawah arsitek Arsene Wenger dan juga Chelsea dengan arahan �$98Special One’ Jose Mourinho plus duit Roman Abramovich menjadi kekuatan baru Liga Primer Inggris. Manchester United, Chelsea, dan Arsenal adalah tiga yang berebut supremasi tim terbaik pada era 2000-an, sementara Liverpool masih bisa berbangga ketika meraih Liga Champions 2005.
Saat Juventus tenggelam ke Serie B dan AC Milan mabok akibat hukuman setelah skandal sepak bola calciopoli, maka persaingan dan rivalitas Serie A Italia dikuasai oleh Inter Milan dan AS Roma. Serie A dan Coppa Italia praktis milik mereka berdua, ‘yang lain ngontrak’.
El Clasico juga sempat menjadi ‘mantra’ menakutkan di sepak bola. Sebuah sajian penuh ketegangan terutama sejak era Jose Mourinho melatih Real Madrid dan Pep Guardiola semakin menancapkan kukunya di Barcelona. Namun belakangan El Clasico juga membosankan lantaran Real keok melulu dan La Blaugrana seperti main PlayStation dengan penguasaan bola yang dominan plus Lionel Messi yang seolah diimpor dari planet lain!
Seperti sudah dikatakan tadi rivalitas terus bergulir. Manchester United punya musuh baru yaitu Manchester City tetangganya. Sementara Paris Saint-Germain menjadi kekuatan yang menggeliat selain munculnya kekuatan medioker non tradisional di Ligue 1 Prancis. Jadi, derby Manchester sepertinya bakal lebih oke ketimbang Derby of England? Sebuah siklus kehidupan yang memang berputar seperti roda. By the way, bola itu pun bundar, jadi semuanya juga terus berputar!
(Dodiek Adyttya Dwiwanto/Jurnas)