Bekas Deputi IV Menpora Junusul Khairy di Jakarta kemarin mengatakan, kekalahan Indonesia yang diperkuat pemain Indonesia Premier League (IPL) merupakan bukti dari ketidakbecusan Djohar dalam memimpin PSSI.
“Sejak awal saya berani taruhan, Djohar tidak bisa memimpin PSSI. Sekarang terbukti, sudah kompetisi karut-marut, timnas kalah memalukan pula. Ini jelas sejarah buruk sepak bola Indonesia,” kata Junusul.
Pria yang juga bekas pelatih fisik PS Semen Padang itu menyayangkan kepemimpinan PSSI yang menghambat putra-putra terbaik bangsa di bidang sepak bola untuk membela Merah Putih.
“Bila perlu dia mundur sebelum Kongres Luar Biasa (KLB). Ini sepenuhnya kesalahan kebijakan Djohar yang tidak memperkenankan pemain Indonesian Super League (ISL) yang dia anggap ilegal untuk memperkuat timnas,” katanya.
Menurut Junusul, kalau Djohar tidak turun, sepak bola Indonesia niscaya makin buruk. Bukan hanya prestasi makin anjlok akibat praktik diskriminasi, maraknya klub kloning atau klub dengan kepemilikan ganda akan terus terjadi. Misalnya, PSMS menjadi dua, Persija Jakarta, Persis Solo, PSIS, bahkan Arema menjadi tiga.
“Klub-klub yang mengalami kloning itu, kan, punya pendukung fanatik. Bagaimana kalau mereka sampai berbenturan? Kan, bisa menimbulkan korban? Padahal misi pendirian PSSI adalah sebagai alat perekat anak bangsa,” katanya.
Bagi Junusul, wajar saja jika muncul Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) yang memfasilitasi keinginan 2/3 lebih anggota PSSI untuk menggelar KLB 18 Maret. “Mereka pasti kecewa dan ingin mengganti Djohar melalui KLB,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi, Djohar hanya tertawa dan menyatakan menolak mundur. Menurutnya kekalahan Indonesia dari Bahrain lebih karena ulah wasit yang kontroversial.
“Wasit yang salah kok saya yang disuruh mundur? Memang pertandingan itu memalukan. Tapi bukan ulah kita. Kalaupun saya mundur, itu bukan solusinya. Ini tanggung jawab saya di kongres, yang mengamanatkan untuk memimpin PSSI sampai 2015,” kata Djohar.
(rmol)
5
Baca Berita Lainnya :