Baju Jersey Bola

Tinggal Glanggang Colong Playu

Posted by Unknown on Rabu, 22 Februari 2012

Prediksi Bola
Opini Bola,-  Pelatih Inter Milan, Claudio Ranieri dalam tekanan. Inter Milan sering keok belakangan ini. Padahal sepanjang akhir tahun 2011 hingga awal 2012, prestasinya sempat lumayan bagus. Bayangin aja kalau Inter Milan yang nyaris terjerembap ke papan bawah bisa naik tingkat lagi ke papan atas.

Namun belakangan, kinerja Inter Milan mangkrak lagi. Bisa jadi karena Inter Milan tidak mendapatkan suntikan pemain pada paruh musim. Saat transfer window di Januari 2012, Inter Milan pasif.

Alhasil, Inter Milan tidak dapat menjaga performa. Bandingkan dengan AC Milan dan Juventus yang mendatangkan pemain pelapis. Apalagi Juventus yang doyan menumpuk sederetan pemain baru sepanjang awal musim hingga pertengahan musim, seraya membongkar-pasang taktik dan skema permainan.

Ranieri pun tersudut. Dia pun menjadi terdakwa jeleknya prestasi Inter. Ya, sebagai nakhoda tentunya Ranieri menjadi penanggung jawab semua ini. Manajer adalah pengelola tim. Dia yang merancang taktik, strategi, dan eksekusi tim. Kalau dia yang dipersalahkan tentu wajar dong?

Mantan pelatih Chelsea, Atletico Madrid, dan sejumlah tim besar lainnya ini pun mengambil alih tanggung jawab sebagai orang yang patut dipersalahkan. Meski ada juga segelintir pemain yang menganggap jika mereka memiliki andil juga dalam karamnya prestasi Inter.

Ranieri tidak sendiri. Andre Villas-Boas dalam tekanan super berat. Dia digaet dari FC Porto setelah merengkuh treble mulai gelar Liga Primeira Portugal, Piala Portugal, dan Liga Europa. Chelsea berharap bisa kecipratan. Alih-alih sukses, The Blues malah "biru lebam" prestasinya. Tidak meyakinkan di Liga Primer Inggris dan juga Liga Champions. Chelsea bukanlah penantang juara.

Selain itu, Villas-Boas juga dipandang sebelah mata para pemainnya. Maklumlah, dia baru berkepala tiga dan seumuran dengan para pemain senior Chelsea. AVB juga bukan tipikal pelatih tua yang doyan ngomel-ngomel kepada para pemainnya. Pelatih asal Portugal itu mengaku masih terlalu muda untuk aktivitas seperti itu.

Villas-Boas sedang menghitung hari. Paling cepat, mungkin dia akan angkat koper pada satu dua bulan jika Chelsea tersingkir dari Liga Champions. Atau paling lambat pada akhir musim ketika The Blues memang ketauan gagal total di semua ajang!

Nah, yang tidak ketinggalan menjadi sorotan adalah Arsene Wenger. Setelah meriam-meriam The Gunners melempem dan malah kena cakaran The Black Cats Sunderland di ajang Piala FA, praktis Arsenal cuman bisa gigit jari dengan sukses.

Arsenal sudah tidak mungkin menjuarai Liga Primer, tersingkir dari Piala Liga dan Piala FA, dan sulit untuk menang telak dengan skor 5-0 atas AC Milan di Liga Champions. Bisa jadi Arsenal akan hampa gelar dalam 7 musim beruntun! Wenger tentu menjadi terdakwa utama. Tanpa perlu membeberkan bukti apa pun, toh faktanya Arsenal tidak memperoleh apa pun dalam serangkaian musim kompetisi.

Sederetan pelatih dan manajer selalu dalam tekanan ketika timnya berprestasi buruk. Kalau Ranieri, Villas-Boas, dan Wenger tentu menjadi headline utama lantaran tim mereka papan atas. Tetapi sejatinya sejumlah tim papan bawah macam Wigan Athletic di Liga Primer menjadi sorotan. Namun semua manajer dan pelatih menolak mundur. Ranieri, Villas-Boas, dan Wenger tidak mau hengkang. Begitu juga dengan sederetan pelatih lainnya.

Sebagai pemimpin, mereka tidak mau meninggalkan kapal yang mau tenggelam. Ada tanggung jawab sebagai manajer dan pelatih untuk mengembalikan prestasi tim agar tidak lagi jalan di tempat seperti odong-odong, kalau bisa berprestasi gemerlap lagi.

Bukan tindakan kesatria ketika kapal oleng malah ngacir meninggalkan tim. Sederetan manajer dan pelatih papan atas itu memiliki tanggung jawab untuk membuat timnya trengginas.

Dalam peribahasa Jawa, tinggal glanggang colong playu, inilah adalah tindakan orang yang lari dari tanggung jawab. Pelatih dan manajer papan atas tidak akan lari ketika pertempuran di kancah domestik dan tingkat Eropa masih berjalan, eh malah memilih meninggalkan gelanggang peperangan, terus meminta pesangon tinggi, lantas mencari klub baru.

Lucunya, ada statistik jika pergantian pelatih pada saat klub mau karam prestasinya malah berbuah hasil yang lebih bagus. The Daily Mail pernah melansir tren pergantian pelatih di paruh kedua musim ini malah menunjukkan adanya kenaikan prestasi.

By the way, patut diingat juga kalau kasus Sir Alex Ferguson di Manchester United memang anomali. Ferguson sempat dalam tekanan ketika baru tiga musim menangani The Red Devils lantaran tidak kunjung memberikan gelar. Ferguson pun tidak mau hengkang dan tetap percaya dengan apa yang dilakukan. Namun baru setelah empat musim, Ferguson berhasil memberikan gelar.

Bahkan, setelah itu Ferguson seperti seorang raja yang tidak dapat ditumbangkan kecuali dia mau lengser keprabon sesuai keinginan sendiri. Lah, wong dalam 26 tahun terlalu capek menghitung berapa jumlah gelar yang diraih.

Pencapaian Ferguson tidak lepas dari dukungan manajemen klub yang memberikan dukungan. Mungkin saat ini, Ranieri, Villas-Boas, dan Wenger masih mendapatkan suport, entah pada akhir musim. Tetapi pada saat ini, mereka para manajer dan pelatih ini tetap tidak mau meninggalkan kapal yang mau karam. Mereka punya tugas dan tanggung jawab untuk menyelamatkan timnya, apa pun risikonya. (Dodiek Adyttya Dwiwanto)
5