Man City diperkirakan mesti mengeluarkan 400.000 pounds per pekan (sekitar Rp 5,5 miliar) agar kewajiban melunasi upah karyawan mereka tersebut dilaksanakan. Pemain itu adalah Craig Bellamy, Emmanuel Adebayor, Wayne Bridge, Roque Santa Cruz atau Nedum Onouha. The Citizens —julukan Man City— sebenarnya sudah lama berniat melepas mereka.
Pelatih Roberto Mancini menegaskan status pemain tidak diinginkan ini dengan menginstruksikan mereka berlatih bersama tim junior. Mancini bahkan menyebut mereka sebagai pemberontak dan tidak akan didaftarkan dalam skuad berisi 25 pemain untuk Liga Primer dan Liga Champions.
”Mereka tidak masuk rencana saya. Para pemain tersebut surplus dari kebutuhan kami,” kata Mancini dilansir Sky Sports.
Masalahnya, harapan Man City membuang mereka urung tercapai. Maklum klub lain kesulitan merekrut sekelompok pemain itu. Sebab walau Man City rela memberikan diskon menyangkut uang transfer, para pemain itu enggan pemasukan mereka berkurang. Klub yang tadinya tertarik pun mundur teratur karena tidak sanggup membayar. Bellamy contohnya, dia mengantongi 80.000 pounds per pekan di Man City. Namun Glasgow Celtic dan Sunderland tidak bisa memenuhinya. Begitu pula dengan Bridge (100.000 pounds per pekan) dan Adebayor (160.000 pounds per pekan).
Kalaupun para pemain tersebut dititipkan ke klub lain, besar kemungkinan The Citizens masih tetap membayar upah mereka penuh atau sebagian besar. Ketidakmampuan klub lain menafkahi pemain itu sesuai standar mereka di City of Manchester kembali menjadi alasan. Kasus itulah yang terjadi kala mengirim Bellamy ke Cardiff City musim lalu.
Masalah yang dihadapi Man City ini berpotensi membuat kekisruhan antara Mancini dan manajemen klub. Mancini ingin para pemberontak ini dikeluarkan, apa pun caranya. Jika tidak ada yang mau meminjam atau membeli, dia mau kontrak mereka diputus saja. Mancini siap mengambil langkah drastis ini lantaran khawatir kehadiran pemain-pemain tersebut dapat memengaruhi harmonisasi klub.
Tapi direksi Man City enggan menuruti permintaan Mancini. Mereka tidak mau menyisihkan uang banyak karena sudah menghabiskan ratusan juta pounds untuk membangun klub, baik dalam merekrut pemain atau membangun infrastruktur pendukung. Dana yang The Citizens telah habiskan memang selangit, terutama pada awal kepemimpinan Sheikh Mansour bin Zayed al-Nahyan.
Ketika itu reputasi Man City belum besar. Alhasil mereka kesulitan meyakinkan pemain bintang. Hanya ada dua cara agar para pemain berkualitas tersebut mau datang, yakni lewat menggandakan upah mereka dari gaji klub lama. Lewat metode inilah Man City mampu membujuk nama-nama tenar seperti Robinho, Adebayor, Toure bersaudara, Kolo dan Yaya, Gareth Barry hingga Carlos Tevez berlabuh di City of Manchester. (harley ikhsan)