Publik juga tak akan pernah lupa dengan sepak terjang Patrick Vieira, Robert Pires, Ashley Cole, Sol Campbell, Gael Clichy, Fredrik Ljungberg, Tony Adams, Martin Keown, Mathieu Flamini, Kolo Toure dan beberapa nama lain, yang moncer sejak datang ke Highbury maupun Emirates Stadium.
Kini, teka-teki tentang prestasi Arsenal menjadi hal paling menggelitik. Maklum, jika erus memproduksi para talenta muda lalu kemudian dijual untuk menutupi kebutuhan operasional, terutama mengangsur biaya hutang pembangunan Emirates Stadium, trofi tak akan pernah ada di Arsenal.
Kehilangan duet lini tengah Fabregas dan Samir Nasri sudah dirasakan para pecinta The Gunners yang melihat performa tim kesayangannya di laga pembuka Premiership, akhir pekan lalu. Dua pemain yang diharapkan menjadi pengganti, Tomas Rosicky dan Andret Arshavin, hanya bisa mengancam tapi belum maksimal. Walhasil, Robin Van Persie dan Gervinho dipaksa bermain sendiri di lini depan.
Sialnya, dengan duit di tangan lebih dari 50 juta pounds, tak serta merta menjadi magnet bagi pemain jadi. Dua incaran, Jadson dan Juan Mata hampir pasti lepas, begitu juga Shinji Kagawa yang menyatakan masih setia pada Borussia Dortmund, minimal sampai musim depan.
Begitu juga dengan incaran lokal, yang justru di posisi bek, seperti Christopher Samba, Scott Dann, Gary Cahill, dan Phil Jagielka, juga tak kunjung merapat. Walhasil bermain dengan persona lama, membuat lawan-lawan Arsenal sudah pasti bisa menebak arah permainan armada Arsene Wenger tersebut.
“Kami memang sedang berada di masa kritis. Punya uang bukan jaminan bagi pemain yang kami bidik langsung tertarik. Kini konsentrasi kami adalah secepat mungkin mendatangkan paling tidak dua pemain gelandang meski pelatih lebih memilih bek. Bagiku, prioritas utama adalah mendapat pemain dengan tipikal yang sama dengan Cesc dan Nasri,” tutur Peter hill-Wood, Chairman Arsenal, di Guardian.
Peter benar, jika tak segera menemukan suksesor, prestasi Arsenal musim ini bisa jadi puasa gelar lagi. (nur fahmi budi)