Sukses Spanyol ke final Piala Eropa 2012 tidak diraih secara meyakinkan, melainkan dibantu dewi fortuna. La Furia Roja selamat dari drama adu penalti setelah Joao Moutinho dan Bruno Alves gagal melakukan eksekusi. Hasil itulah yang kurang berkesan di hati para penonton.
Sebagai juara Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010 serta berstatus tim terhebat saat ini, Spanyol seharusnya bermain lebih menghibur. Namun, armada Vicente del Bosque itu hanya memikirkan soal kemenangan.
Kekecewaan itu cukup dimaklumi. Spanyol memiliki banyak pemain hebat yang mayoritas gabungan dari dua klub paling berbahaya, Real Madrid dan Barcelona. Negeri Matador diperkuat gelandang macam Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Xabi Alonso. Belum lagi nama-nama lain yang mumpuni.
Dengan komposisi seperti itu, Spanyol bisa dengan mudah menerapkan gaya tiki taka, yakni permainan menyerang yang mengandalkan umpan cepat dari kaki ke kaki. Toh, itu tidak terlihat saat menghadapi Portugal.
Selama mengikuti Piala Eropa, Spanyol hanya sekali mendapat pujian karena bermain indah, yakni saat melumat Republik Irlandia 4-0 ketika penyisihan Grup C. Bahkan, sukses Iniesta dan kawan-kawan menyingkirkan Prancis 2-0 di perempat final tidak membuat para gila bola terkesima. Ya, saat menghadapi Les Blus, Spanyol harus berjuang hingga akhir pertandingan untuk menambah keunggulan setelah mencetak gol pertama pada menit ke-19.
Padahal, pada duel itu, Iniesta dan rekan-rekannya lebih dominan dalam penguasaan bola. Tidak mengherankan jika para penggemar sepak bola kini menilai permainan Spanyol membosankan.
”Bukankah itu yang membuat sepak bola menjadi hebat ? Semua orang belum tentu menyukai hal yang sama. Terkadang adanya perubahan dan perbedaan membuat pertandingan menjadi lebih menarik untuk disaksikan,” ucap Iniesta, dikutip Reuters.
Bukan hanya monotonnya gaya bermain Spanyol yang membuat penggemar sepak bola. Rasa jenuh terhadap tim juara turut memicu fenomena ini. Publik Spanyol pasti senang jika tim kesayangannya menjuarai Piala Eropa 2012. Namun, pemikiran itu belum tentu sejalan dengan orang-orang dari negara lain. Mereka kemungkinan bosan melihat Spanyol kembali jadi juara setelah menguasai Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010. Mereka tentunya ingin melihat tim lain mengangkat trofi. Sebab, itu akan menjadi kejutan tersendiri. Apalagi, bila muncul juara baru.
Dinamisme dalam suatu turnamen menjadi hal yang harus dikedepankan. Maksudnya, para penonton jangan terus dijejali hal yang sama dari waktu ke waktu. Soalnya, sepak bola digemari karena adanya permainan yang menarik untuk disimak. Ini bukan hanya karena terhamparnya pemain bintang di lapangan.
”Setiap pendapat layak dihormati. Namun, ini gaya permainan yang telah memberikan banyak sukses bagi kami. Gaya yang sudah menjadi jati diri kami. Gaya itulah yang mengubah sejarah persepakbolaan Spanyol,” pungkas Iniesta.
(m mirza)
Baca Berita Lainnya :