”Dia tidak hanya menggunakan 11 pemain. Dia juga peduli terhadap 25 anggota skuad yang lain,” kata Park, dikutip ESPN.
Pujian Park bukannya pepesan kosong. Pada September 2011, seusai menang 5-0 lawan Bolton, Fergie langsung membongkar skuad utama Manchester United. Delapan pemain inti diparkir dan hanya tiga yang dipertahankan untuk laga putaran grup Liga Champions lawan Benfica. Bahkan posisi kiper utama David de Gea pun harus ditukar dengan Lindegaard. Hasilnya, 1-1 pada laga lawan Benfica. Tahun sebelumnya, Fergie meminggirkan 10 pemain dari laga lawan Everton yang berakhir 3-3 sebelum bertemu Glasgow Rangers di Liga Champions. Hasilnya 0-0 lawan Rangers.
Itulah Ferguson. Dia berani ambil risiko untuk kebijakan rotasinya. Mau tahu berapa jumlah pemain yang ditampilkan Fergie saat The Red Devils menjuarai Liga Primer musim 2008/2009 ? Total terdapat 33 pemain, termasuk nama-nama tidak populer, seperti De Laet, Eckersley, Possebon. Dalam catatan James Cox dari zonalmarking, angka ini sangat mengejutkan dibandingkan jumlah pemain Aston Villa yang merumput di lapangan saat mereka juara Liga Primer musim 1980/1981, yaitu hanya 14 pemain. Satu di antara 14 nama itu adalah mantan pelatih timnas Indonesia Peter Withe.
Musim ini, Ferguson bahkan berani mengistirahatkan nama-nama penting, seperti Wayne Rooney, Nemanja Vidic, Dimitar Berbatov. Dari 20 laga yang sudah dijalani, total ada 29 pemain yang pernah dimainkan, 25 di antaranya tampil sejak menit pertama.
”Dia bisa membuat semua anggota tim gembira,” ujar Park.
Satu atau dua dekade lalu, resep sukses masih berdasar pada konsep bermain dengan komposisi sama. Ketika itu mengubah komposisi pemain dianggap bunuh diri. Kini sepak bola sudah banyak berubah. Pada sepak bola modern rotasi pemain sangat krusial. Jika komposisi tidak berubah dari waktu ke waktu, niscaya pemain akan didera kelelahan fisik ataupun psikis.
Tengok saja jumlah laga yang dijalani oleh Manchester United sepanjang Desember 2011 hingga Januari 2012. Sepanjang Desember ada tujuh laga, sedangkan Januari harus menjalani enam laga. Delapan pekan ada 13 laga atau nyaris dua laga per pekan. ”Tentu para pemain ingin tampil dalam setiap laga. Tetapi itu tidak mungkin,” kata Ferguson, dikutip Guardian.
”Gagasannya adalah membuat semua orang bisa memberi kontribusi,” ujar Ferguson menjelaskan dasar kebijakan rotasi. Kebijakan rotasi Ferguson tidak berdasarkan naluri semata. Kondisi dan kemampuan setiap pemain diukur lewat analisis komputer. Ferguson mempelajari kapan waktu yang tepat memberi waktu istirahat kepada pemain. Dia hafal di luar kepala, tanda-tanda kelelahan pada pemain.
Alasan lain rotasi adalah pada era sekarang pemain lebih sering mendapatkan cedera. Pelatih Wolverhampton Wanderers Mick McCarthy pernah menyimpan 10 pemain inti pada laga lawan Manchester United> pada 2009. Wolves kalah 0-3 meskipun 72 jam sebelumnya mereka menekuk Tottenham Hotspur. Ditanya alasannya, McCarthy menyebut kekhawatiran pada cedera.
”Saya membaca artikel di mana Carlo Ancelotti mengatakan risiko cedera pada satu pertandingan adalah 10%. Risiko ini bertambah menjadi 30% atau 40% jika partai lain menyusul tiga atau empat hari kemudian,” kata McCarthy.
Meski McCarthy didenda 25.000 pounds gara-gara strateginya ketika itu, akhirnya publik memahami betapa rotasi kini sangat dibutuhkan. Dan saat rotasi menjadi strategi kunci, menjadi pertanyaan apakah pepatah ”Don’t Change The Winning Team” masih berguna ? (Titis Widyatmoko)
Rating 55