Performa Dani Pedrosa sedang labil sehingga posisi di klasemen tercecer di urutan lima dengan 110 poin sampai seri ke-11 MotoGP musim ini. Nilai itu merupakan hasil dari delapan balapan yang diikuti Pedrosa.
Berbeda dengan pembalap lain yang mampu menjalani 11 seri, pembalap asal Spanyol itu harus absen di tiga seri setelah dibekap cedera pada GP Prancis. Pembalap berusia 24 tahun itu gagal menambah angka setelah melewatkan GP Catalunya, Inggris dan Belanda.
Peluang Pedrosa untuk mengangkat trofi musim ini otomatis menipis. Apalagi, pembalap Honda asal Australia Casey Stoner dan pembalap Yamaha Jorge Lorenzo dalam performa terbaik. Posisi Pedrosa saat ini seperti mengulang debut pada musim balap 2006. Menggunakan Honda RC211V, dia hanya mampu menghasilkan 215 poin. Saat itu kemampuannya di MotoGP mulai dipertanyakan setelah sebelumnya dua kali beruntun juara dunia kelas 250 cc. Pedrosa finish sebagai runner-up musim 2007 dengan nilai 242. Hasil itu efek kalah bersaing dengan Stoner yang saat itu masih di Ducati.
Namun, Pedrosa saat ini memiliki tantangan di Misano untuk merevisi keterpurukannya. Setidaknya untuk memperpendek jarak dari para pembalap lain yang berada di atasnya, terutama Stoner dan Lorenzo.
”Hasil musim ini tidak terlalu menggembirakan, bahkan menguras emosi saya. Tapi, saya telah mengambil hikmahnya dan terus berusaha untuk maju. Khusus seri San Marino di Misano, saya akan berusaha kembali menjadi yang terbaik” ungkap Pedrosa, dikutip Crash.
Pada seri GP San Marino di Misano ini, Pedrosa berstatus juara bertahan. Musim lalu dia finish di urutan pertama dengan catatan waktu 44:22,059 detik. Dia unggul 1,900 detik atas Lorenzo yang jadi runner-up pada balapan itu. Sementara Valentine Rossi yang saat itu masih bergabung dengan Yamaha finis di urutan tiga dengan waktu selisih waktu +3,184 detik dari Pedrosa. Rossi merupakan pemegang status juara terbanyak di Misano dengan dua kali juara, yakni pada 2008 dan 2009.
”Saya tentu ingin mengulangi momen emas tersebut. Saya berharap bisa mendapatkan kondisi fisik terbaik untuk bersaing di sini,” kata runner-up juara dunia 2010 itu.
Pedrosa memang sempat dibuat frustrasi dengan berbagai kondisi yang menimpanya. Emosinya meledak setelah mengalami kecelakaan pada GP Prancis. Perang urat saraf sempat terjadi dengan pembalap Honda Gresini, Marco Simoncelli, setelah insiden tersebut. Mereka bahkan berjanji untuk tidak saling tegur lagi.
Sebenarnya bukan hanya Pedrosa, Lorenzo juga sempat menjadi korban gaya membalap agresif Simoncelli saat berada di GP Belanda. Pedrosa menegaskan, ulah dari Simoncelli tidak bisa dimaafkan.
”Saya baru saja melewati mimpi buruk operasi, tapi sekarang harus cedera lagi. Simoncelli tidak bisa dimaafkan karena dia penyebab semuanya,” ujarnya. (wahyu argia)