Bila menilik sepak terjang karier kepelatihan Mourinho, biasanya dia akan lebih berjaya di musim keduanya. Contoh nyata saat nakhoda kebangsaan Portugal itu menukangi Inter Milan. Mendarat di Giuseppe Meazza pada 2008, Mourinho membawa I Nerazzurri -julukan Inter- mempertahankan scudetto. Tapi sentuhan Mourinho terasa menakjubkan di musim kedua. Untuk pertama kali Inter merasakan tiga titel bersanding yakni Serie A, Liga Champions dan Coppa Italia.
Itu bukan pertama kali Mourinho mengukir catatan emas di musim keduanya saat menukangi klub. Di Porto, dia mengantarkan klub Portugal itu merajai Liga Portugal dan Liga Champions. Padahal semusim sebelumnya, Porto “hanya” merasakan trofi domestik.
Pengecualian terjadi di Chelsea. Di musim pertamanya di Stamford Bridge, Mourinho mengantarkan Frank Lampard dkk meraih mahkota Liga Primer dan Piala Liga. Tapi di tahun berikutnya, hanya trofi Liga Primer yang bisa diraih.
“Musim kedua saya di klub-klub lain selalu menjadi yang terbaik. Tapi hal itu tidak diukir di atas batu. Jadi yang ingin saya lakukan adalah membawa Madrid mencatatkan lebih banyak trofi,” papar Mourinho di laman resmi Madrid.
“Tim ini terus membaik setelah bersama selama setahun penuh. Kami bisa menunjukkan ritme yang stabil dan kami mencoba untuk terus berkembang di setiap pertandingan,” tambah pelatih yang menjuluki dirinya sendiri The Special One itu.
Mourinho tetap menunjuk Barcelona sebagai rival Los Blancos. Bahkan pria berusia 48 tahun itu yakin persaingan kedua tim bakal lebih sengit dibandingkan musim lalu.
Persaingan Madrid dengan Barcelona musim depan akan dimulai dengan perebutan Super Copa de Espana. Real Madrid akan menjamu El Barca pada 14 Agustus di Santiago Bernabeu dan bertandang ke Camp Nou, tiga hari berselang. (hanna farhana)