Argentina harus mengubur mimpi mengakhiri puasa gelar di depan publik sendiri setelah dikalahkan Uruguay 4-5 lewat adu penalti pada perempat final Copa America 2001.
Gemuruh pendukung La Albiceleste -julukan Argentina- yang memadati Estadio Brigadier General Estansilao Lopez, Santa Fe, tak cukup mengubah nasib Lionel Messi dkk menghapus kerinduan mengangkat trofi mayor sejak 18 tahun silam. Tim Tango harus menerima kenyataan tersingkir secara menyakitkan setelah Carlos Tevez gagal mengkonversi eksekusi penalti menjadi gol.
Adu penalti harus digelar lantaran pertandingan berakhir imbang 1-1 hingga waktu tambahan. Uruguay unggul lebih dulu melalui Diego Perez pada menit keenam. Namun, skor 1-0 untuk Uruguay tak bertahan lama. Pada menit ke-18, Argentina menyamakan kedudukan melalui Gonzalo Higuain.
Hasil ini menjadi sinyal negatif bagi pelatih La Albiceleste Sergio Batista. Media setempat pun berspekulasi mengenai masa depan mantan pelatih Argentinos Juniors (2001– 2003) itu.
Sejumlah media mengabarkan suksesor Diego Maradona itu akan diputus kontraknya oleh Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA). Namun ada pula yang menyebut Batista akan mengundurkan diri. Meski demikian buru-buru Batista membantah kabar tersebut.
”Hal wajar jika sebuah tim tak mampu lolos lalu dikaitkan dengan pelatih. Tapi saya sama sekali tidak berniat mengundurkan diri. Tidak ada dalam benak saya meninggalkan Argentina. Saya memang sedih dengan hasil ini. Namun saya harus tetap bekerja,” ungkap Batista di laman resmi Copa America 2011.
Menurut pelatih yang membawa tim Tango U-23 merebut medali emas Olimpiade Beijing 2008 itu, sasaran utama Argentina bukan di ajang Copa America, melainkan Piala Dunia 2014 di Brasil. Bagi Batista, terlalu dini untuk menilai dirinya gagal.
”Pekerjaan saya baru dimulai sekitar lima atau enam bulan lalu. Saat itu misi kami memenangkan Copa America, tapi ternyata tak sesuai harapan. Tujuan utama kami Piala Dunia 2014,” sebutnya.
Batista mengatakan, tim Tango sudah memberikan permainan terbaik. Messi dkk bukan gagal, tapi kurang beruntung. Batista pun tidak suka bila kekalahan Argentina terlalu didramatisasi. Namun Argentina harus berbenah untuk menghadapi Piala Dunia.
”Semua berjalan seperti yang tak kami inginkan. Kami harus mengoreksi diri. Ini sangat baik untuk masa depan,” ujar Batista.
”Kami pantang menyerah dan melakukan segala cara agar tetap bertahan. Tapi hasil berkata lain. Jadi menurut saya, kegagalan bukan kata yang tepat untuk menggambarkan kekalahan ini. Kami masih memiliki kesempatan untuk turnamen lain dan ini menjadi sebuah proses pembelajaran,” papar mantan pelatih Nueva Chicago (2004–2005) ini.
Batista pun mengaku puas dengan kerja punggawanya. Mereka telah menyajikan sepak bola yang menarik dan atraktif, terutama pada perempat final.
”Kami bergerak cepat dan membuat peluang. Namun sayang, kami tidak bisa memanfaatkannya menjadi gol. Dari laga perempat final, saya melihat keseimbangan yang kami harapkan tidak terjadi. Hanya itu masalahnya,” tandasnya.
Sementara di pihak Uruguay, Diego Forlan dkk bersukacita. Tanggal 16 Juli menjadi hari yang sangat bersejarah bagi La Celeste. Dengan kemenangan ini kesempatan mengukuhkan gelar ke-15 terbuka lebar.
”Kemarin adalah hari besar untuk kami. Kami tak berhenti membicarakan itu. Kami sedang mengukir sejarah,” ujar striker La Celeste Luis Suarez dilansir Goal.
Kini tim besutan Oscar Tabarez itu akan mempersiapkan diri menghadapi semifinal. Pada 19 Juli mendatang mereka akan bertemu Peru di La Plata. (ramona)