Baju Jersey Bola

Catatan Bola - Lima Masalah Liverpool di Awal Musim

Tips Pasaran Bursa Taruhan dan Prediksi Bola
CATATAN BOLA,- Masuknya Brendan Rodgers ke Anfield menjanjikan era baru buat Liverpool. Sentuhan emasnya membuat Swansea City jadi tim promosi paling mengesankan musim lalu.

Gaya tiki-taka ala Barcelona yang diadopsinya ke sepak bola Inggris memukau banyak pihak. Sampai-sampai musim lalu Swansea diplesetkan menjadi Swanselona.

Sayang, gaya tiki-taka yang berciri umpan-umpan pendek dengan pergerakan dinamis ala Rodgers tak berjalan mulus di Liverpool. Meski rata-rata mampu menguasai ball possession dan tampil menawan, The Reds hanya mengepak satu poin dari sembilan yang bisa mereka raih di tiga laga awal Liga Primer.

Kekalahan 0-3 dari West Bromwich Albion (WBA), imbang 1-1 dengan Manchester City (Man City) dan dipermalukan 0-2 oleh Arsenal di Anfield mengawali perjalanan Liverpool di Liga Primer musim ini. Start terburuk dalam 50 tahun terakhir. Apa dan siapa yang salah ? Rodgers ?

Belum tentu. Terlalu cepat menilai kinerja pelatih hanya dari tiga laga awal. Apalagi, sepak bola adalah permainan tim. Selain pelatih, banyak komponen yang berperan dalam menentukan sukses atau gagalnya sebuah tim. Dari tiga laga awal di Liga Primer, setidaknya ada lima masalah yang membuat klub Merseyside itu mengawali langkah awal yang kelam.

1. Lambatnya Proses Adaptasi Tim
Sejak dahulu, gaya speed and power ala Inggris melekat kuat dalam permainan Liverpool. Dengan patron tersebut The Reds sempat meraih rekor 18 kali juara Liga Inggris sebelum dilewati Manchester United (MU), dua musim lalu. Mengubah gaya speed and power yang sudah mendarah daging menjadi tiki-taka seperti yang diinginkan Rodgers pasti butuh waktu. Tampak terlihat, meski mampu menampilkan operan-operan yang menawan, keseimbangan permainan Steven Gerrard dan kawan-kawan masihlah lemah sehingga hanya dari tiga laga, kiper Pepe Reina sudah tujuh kali memungut bola dari gawangnya.

2.Buruknya Performa Pemain Senior
Rodgers berani memunculkan Raheem Sterling, pemain belia dari akademi Liverpool ke dalam skuad inti. Remaja berusia 17 tahun itu pun menjawabnya dengan performa mengesankan. Pemain rekrutan baru seperti Joe Allen dan Fabio Borini mulai memperlihatkan potensi emasnya. Sayang di sisi lain, pemain senior justru tampil sangat buruk. Di laga perdana kontra WBA, sebuah kesalahan Daniel Agger berujung kartu merah pada menit ke-58. Pada pertandingan kedua, kemenangan 2-1 atas Man City lenyap karena backpass teledor Martin Skrtel yang dimaksimalkan jadi gol oleh Carlos Tevez. Di laga ketiga, giliran kesalahan passing Gerrard dan lemahnya penampilan Reina yang menuntun dua gol Arsenal di Anfield.

3.Tumpulnya Lini Depan
Di tiga pertandingan awal, Liverpool relatif mampu menampilkan dominasi permainannya. Namun, satu hal paling utama yang gagal mereka dapatkan, yakni gol. Eksplosivitas trisula Sterling, Borini dan Luis Suarez gagal menceploskan si kulit bundar ke gawang lawan melalui permainan terbuka. Memang, ada dua gol yang bisa dicetak ke gawang Man City pada pekan kedua. Namun, keduanya bukan berasal dari sebuah skema permainan terbuka. Gol tandukan Skrtel berawal dari sebuah set piece. Sementara gol Suarez dihasilkan dari free kick.

4.Minim Stok Lini Depan
Performa buruk Liverpool di awal musim ini tak lepas dari buruknya perencanaan tim. Di saat manajemen melepas Dirk Kuyt, Craig Bellamy dan meminjamkan Andy Carroll ke West Ham United, The Reds hanya merekrut dua striker, yakni Borini dari AS Roma dan Samed Yessil, pemuda berusia 18 tahun dari Bayer Leverkusen. Alhasil, alternatif untuk lini depan menjadi sangat terbatas. Liverpool hanya menyisakan Suarez dan Borini sebagai pemain senior di barisan penyerang. Sisanya adalah pemain-pemain belia seperti Sterling, Yessil atau Adam Morgan, striker berusia 18 tahun dari akademi Liverpool.

5.Buruknya Negosiasi di Bursa Transfer
Persetujuan Rodgers meminjamkan Carroll ke West Ham didasari pada rencana perekrutan striker baru seperti Clint Dempsey, Theo Walcott atau Daniel Sturridge. Dalam skenario ini, Dempsey pun jauh-jauh hari sudah menyatakan minatnya berlabuh di Anfield. Namun, kenyataan di lapangan berkata lain. Pada deadline bursa transfer musim panas ini, bintang Amerika Serikat itu berbelok arah menuju Tottenham Hotspur. Konon, negosiasi tak tercapai hanya karena manajemen The Reds enggan menaikkan 1 juta pounds dalam tawaran mereka ke Fulham. Alhasil, Rodgers pun harus gigit jari lantaran tak satu pun pemain buruannya hadir di hari terakhir transfer window.
(Abdul Haris/Sindo)


Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Bayern Munchen vs Chelsea - Catatan Bola Budiman Sudjatmiko

TIP Taruhan Bola dan Hasil Pertandingan Terbaru
CATATAN BOLA,- Akhirnya tibalah kita di babak akhir kompetisi sepak bola klub-klub terbaik di Eropa. Tidak dapat dipungkiri bahwa Eropa masih menjadi barometer persepak bolaan dunia.

Chelsea dan Bayern Munchen mungkin bukan tim favorit bagi kebanyakan orang. Namun faktanya, mereka mampu terus berdiri tegak hingga babak final. Ini bukanlah kisah pertama final Liga Champions mempertemukan dua tim underdog.

Pada sebuah level kompetisi yang sangat tinggi, perbedaan kemampuan antar tim menjadi begitu tipis. Semua hal dapat terjadi. Keajaiban tidak bertentangan dengan alam, ia hanya bertentangan dengan apa yang kita ketahui tentang alam.

Sejak hasil undian perempat final diumumkan, para pakar sepak bola memprediksi All Spanish Final antara Barcelona dan Real Madrid. Dua musim terakhir, perhatian dunia tersedot ke persaingan kedua tim ini, mulai dari persaingan antara Messi dan Ronaldo sebagai dua pesepak bola terbaik, kompetisi antara Mourinho dan Pep Guardiola sebagai manajer terbaik, persaingan antara dua tim yang menyajikan permainan atraktif dan menghibur di Primera La Liga.

Spanyol saat ini memegang Piala Dunia dan Piala Eropa. Tidak berlebihan jika mayoritas pencandu sepak bola dunia mengharapkan terjadinya El Clasico di final Liga Champions.

Di laga semifinal, Chelsea bermain dengan penuh gelora. Mereka hanya bermain dengan 10 orang selama kurang lebih 53 menit, menghadapi penguasa rezim ball possesion dari Catalan. Di Matteo berhasil mentransformasi strategi catenaccio Italia menjadi lebih dinamis, sehingga tetap efektif dalam menyerang. Tembok air Di Matteo tetap tangguh menahan gempuran tiki-taka Barcelona.

Laga semifinal Munchen melawan Madrid juga tidak kalah dram`tis. Walaupun dikepung oleh rezim efisiensi Mourinho, Munchen mampu mengunakan serangan mendadak, ala strategi blitzkrieg tentara Jerman, yang membuyarkan sistem pertahanan Madrid. Walaupun dipayungi sedikit keberuntungan dalam drama adu pinalti, namun sungguh sangat sulit untuk menyangkal bahwa Munchen telah memainkan laga yang luar biasa.

Sisi menarik dari final Liga Champions kali ini terletak pada konteks perjuangan luar biasa dalam menuju partai final. Munchen dan Chelsea mungkin bukan dua tim terbaik dalam jajaran sepak bola Eropa saat ini. Mereka telah menunjukan bahwa spirit, determinasi dan hasrat yang untuk menang akan dapat mengantarkan pada pencapaian yang terbaik.

DUA PASUKAN TERLUKA
Laga final kali ini mempertemukan 2 tim yang sudah dipenuhi dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Chelsea dan Munchen menghadapi problem yang sama, yaitu hilangnya sejumlah pemain inti yang tidak bisa bermain akibat akumulasi kartu.

Absennya 2 pilar utama pertahanan Chelsea, John Terry dan Ivanovic, karena akumulasi kartu akan memaksa Di Matteo berpikir keras.Muenchen memiliki 2 sayap cepat yang mematikan, Ribery dan Robben,*yang menjadi motor utama strategi blitzkrieg.

Hal itu diperparah dengan masih diragukannya kondisi kebugaran pemain bertahan lapis kedua mereka, David Luiz dan Gary Cahlil. Tidak adanya pemain bek tengah murni membuat Roberto Di Matteo harus mengatur ulang strategi pemainan Chelsea. Beberapa pemain karakter bertahan yang tersisa adalah Sam Hutchinson, John Obi Mikel, Essien, Romeu dan Bosingwa. Hal ini tentu saja akan menjadi celah bagi Chelsea yang dapat dimanfaatkan oleh Munchen.

Luka-luka juga terjadi di pihak Munchen. Badstuber harus absen karena akumulasi kartu. Van Buyten mengalami cedera parah. Pilihan bek murni yang tersisa adalah Boateng dan Breno. Alternatif lain yang dapat dilakukan oleh Jupp Heynckes adalah dengan menjadikan Tymoschuk sebagai bek tengah mendampingi Boateng, walaupun posisi naturalnya adalah gelandang bertahan.

Kita yakin bahwa kedua tim tidak akan menyerah begitu saja, seperti semangat yang telah mereka tunjukkan selama ini. Yang pasti bahwa Chelsea harus memenangkan laga ini jika ingin tetap menghisap atmosfir Liga Champions di musim depan. Apalagi inilah kesempatan untuk merebut mahkota yang belum pernah mereka miliki sebelumnya.

Sementara bagi Munchen, ini adalah kesempatan mereka untuk menjadi kampiun sepak bola Eropa yang kelima kalinya. Ada motivasi yang luar biasa karena mereka akan bertarung di kandang sendiri, Allianz Arena.

JEMBATAN DI TEMBOK AIR
Partai final kali ini mengingatkan kita pada peristiwa Battle of Britain 1940. Serangan-serangan yang akan dilakukan oleh Munchen, dari kedua sayap mereka, laksana strategi serangan cepat blitzkrieg pasukan Jerman. Strategi ini telah membuat pasukan Jerman berhasil menginvasi sebagian besar wilayah Eropa Daratan.

Namun ketika menghadapi Inggris, pasukan Jerman dihadapkan pada tembok air Selat Chanel. Jerman terpaksa hanya menyerang Inggris melalui udara. Kokohnya armada laut Inggris membuat komponen vital dari strategi blitzkrieg, pasukan kaveleri dan infantri, tidak dapat diseberangkan. Pada akhirnya Inggris tetap dapat bertahan, mengkonsolidasikan kekuatan dan menyusun serangan balik, yaitu pendaratan Normandy.

Adalah sangat tidak realistis bagi Munchen jika hanya mengandalkan bola udara ke Mario Gomez. Inti pertarungan ini akan berada di lini tengah. Dua jenderal lapangan tengah yang mengatur tempo permainan kedua tim, Bastian Schweinsteiger dan Frank Lampard, akan saling berhadapan. Tantangan bagi lini tengah Munchen kali ini adalah menciptakan jembatan di tembok air pertahanan Chelsea. Jika celah itu tercipta akan ada ancaman mematikan dari pasukan lini kedua Munchen melalui Schweinsteiger, Robben, Muller dan Ribery.

Jika jembatan ini gagal dibangun Chelsea akan mengkonsolidasikan kekuatan untuk melakukan serangan balik ala pendaratan Normandy, yang akan dimotori oleh Torres atau Drogba.

Apakah akan tercipta jembatan air atau justru terjadi pendaratan Normandy ? Mari kita menikmati final Liga Champions musim ini, hari Minggu (20 Mei) dinihari WIB.

Catatan Sepak Bola
BUDIMAN SUDJATMIKO
Politisi Muda PDIP dan Peminat Sepak Bola

Baca Juga :Prediksi Bayern Munchen vs Chelsea- Final Liga Champions 2012
Baca Selengkapnya

Borussia Monchengladbach - Barcelona From Germany [+ Video]

Prediksi Bola
Bintang Bola,-  Borussia Monchengladbach berhasil membuat kejutan di kompetisi Bundesliga Jerman pada musim 2011/2012. Selain sukses menempati peringkat kedua klasemen sementara Bundesliga Jerman dengan 46 poin, Borussia Monchengladbach juga berhasil mempertontonkan permainan yang menghibur dalam setiap laganya.

Padahal di musim lalu tim yang kini diarsiteki oleh Lucien Favre ini terpuruk di zona degradasi dan hampir tak bisa mengikuti kancah Bundesliga. Namun kini bermain dengan gaya ala Barcelona yaitu Tiki-Taka, mereka sukses berada di papan atas. Dan kini Monchengladbach adalah calon juara Bundesliga.

Dan Lucian Favre sukses menyulap pemain-pemain medioker Gladbach menjadi layaknya Messi, Iniesta, dan Xavi dengan permainan tiki-taka ala La Masia. Dan dengan kemiripan gaya bermain tersebut, kini Borussia Monchengladbach pun dijuluki "Barcelona dari Jerman" ataupun "Borussia Barcelona".

click here click here click here

5
Baca Berita Lainnya :
Baca Selengkapnya

Inilah Formasi The Best Eleven versi FIFA / FIFPro 2011

Prediksi Bola
VIVA - BOLA,-  Para pemain tim raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid yang kerap menyajikan laga El Clasico musim lalu, kembali mendominasi tim terbaik dunia pilihan FIFA/FIFPro 2011, yang dirilis FIFA pada Senin (9/1) malam. Barca menempatkan lima pemain dan Madrid menyumbang empat pemain.

Bintang Barca peraih FIFA Ballon d'Or 2011, Lionel Messi, sudah memastikan satu tempat di lini depan. Di lini tengah, Barca menempatkan duet gelandang Spanyol, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta. Untuk pos pertahanan, La Blaugrana diwakili Gerard Pique dan Dani Alves. Selain Alves, empat pemain lainnya merupakan bagian dari skuat FIFPro tahun sebelumnya.

Wakil Barca di tim terbaik 2011 ini memang berkurang satu dari tahun sebelumnya. Bomber David Villa tak lagi masuk di jajaran striker terbaik. Sementara sosok Carles Puyol digantikan Alves.

Seperti tahun sebelumnya, skuat terbaik ini hanya terdiri atas tiga klub terbaik dunia. Jika musim lalu ada nama Inter Milan yang menghadirkan tiga pemain, kali ini giliran klub Inggris, Manchester United. Skuat Iblis Merah menempatkan nama Wayne Rooney dan Nemanja Vidic.

Berikut Formasi The Best Eleven versi FIFA / FIFPro 2011 :

Kiper : Iker Casillas (Real Madrid).

Belakang : Dani Alves (Barcelona), Gerard Pique (Barcelona), Sergio Ramos (Real Madrid), Nemanja Vidic (Man United).

Tengah : Andres Iniesta (Barcelona), Xabi Alonso (Real Madrid), Xavi (Barcelona).

Depan : Lionel Messi (Barcelona), Cristiano Ronaldo (Real Madrid), Wayne Rooney (Man United).
Baca Selengkapnya

Bintang - Joel Campbell : The Next Ian Wright

VIVA - BOLA,-  Kegemaran Arsenal untuk mengumpulkan bakat-bakat muda lapangan hijau kembali terbukti. Setelah mendapatkan Gervinho, The Gunners berhasil memboyong pemain yang digadang-gadang menjadi talenta muda terbaik di kawasan Concacaf, Joel Campbell.

Utusan Emirates Stadium, Joachim Batica dan Richard Law, tidak sia-sia datang ke Argentina untuk menyaksikan langsung aksi sang pemain saat membela Kosta Rika. Alhasil, dengan koleksi satu gol ke gawang Bolivia, membuat The Londonner makin jatuh cinta.

Niatan itu terealisasi setelah klub asal si pemain, Saprissa setuju melepas dengan bandrol terbilang murah, 1 juta euro atau tak kurang dari Rp 12,5 miliar. Arsenal tegolong beruntung, karena Campbell juga menjadi buruan tim-tim raksasa Eropa lainnya seperti AC MIlan, Juventus dan Barcelona.

“Tak ada halangan baginya untuk pergi ke London. Secara prinsip kami setuju dengan apa yang sudah kami bicarakan sejak akhir pekan lalu. Kini, sema keputusan ada pada Joel dan keluarga. Saya pikir inilah sejarah bagi kami, juga Kosta Rika, karena ada wakil kami di Arsenal, sebuah tim dengan tradisi luar biasa. Ini kesempatan langka bagi Joel, dan saya harap dia bisa membuktikan potensinya di sana. Dia masih muda dan penuh talenta,” terang Juan Carlos Rojas, Presiden Saprissa, di Goal.com, kemarin.

Kualitas permainan Campbell memang layak diacungi jempol. Agresif, oportunis dan memiliki kemampuan hebat saat menggocek bola, membuatnya ketajaman tidak diragukan lagi. Hanya faktor pengalaman saja yang akan menggiringnya menjadi striker muda nan berbahaya di Premiership musim depan.

Ia sudah membuktikan menjadi penyerang tajam saat mencetak satu gol pada debut di Piala Emas. Ditambah satu gol ke gawang Bolivia, membuat pemuda berusia 19 tahun ini sudah siap mengisi posisi depan, meski harus menerima nasib sebagai alternatif terlebih dulu sebelum benar-benar matang.

Meski sempat terhadang syarat harus tampil 75 persen bersama timnas, Campbell bersiap memantik perhatian. Ia diprediksi bisa menjadi the next Ian Wright, sosok legendaris Arsenal. Bukan semata karena warna kulitnya yang keling seperti sang senior, melainkan kemampuannya d lapangan.

Ngotot, akselerasi cepat dan mudah beradaptasi, menjadi modal karakter untuk langsung nyetel dengan Arsenal musim depan. Apalagi di lini depan, dia akan mendapat ‘cobaan’ untuk menjadi deputi yang baik bagi Robin Van Persie, Marouane Chamakh dan sesama rookie, Gervinho.

Batica yakin, Campbell sanggup memberi penampilan bagus pada kesempatan pertama berkostum Arsenal. “Dia sudah terbiasa dengan warna kaos itu (kostum utama Kosa Rika), jadi saya pikir dia tahu tanggung jawab apa yang harus dilakukannya di lapangan,” ujarnya, tentang striker berpostur 178 cm tersebut.
(nurfahmibudi)
Baca Selengkapnya