Gaya tiki-taka ala Barcelona yang diadopsinya ke sepak bola Inggris memukau banyak pihak. Sampai-sampai musim lalu Swansea diplesetkan menjadi Swanselona.
Sayang, gaya tiki-taka yang berciri umpan-umpan pendek dengan pergerakan dinamis ala Rodgers tak berjalan mulus di Liverpool. Meski rata-rata mampu menguasai ball possession dan tampil menawan, The Reds hanya mengepak satu poin dari sembilan yang bisa mereka raih di tiga laga awal Liga Primer.
Kekalahan 0-3 dari West Bromwich Albion (WBA), imbang 1-1 dengan Manchester City (Man City) dan dipermalukan 0-2 oleh Arsenal di Anfield mengawali perjalanan Liverpool di Liga Primer musim ini. Start terburuk dalam 50 tahun terakhir. Apa dan siapa yang salah ? Rodgers ?
Belum tentu. Terlalu cepat menilai kinerja pelatih hanya dari tiga laga awal. Apalagi, sepak bola adalah permainan tim. Selain pelatih, banyak komponen yang berperan dalam menentukan sukses atau gagalnya sebuah tim. Dari tiga laga awal di Liga Primer, setidaknya ada lima masalah yang membuat klub Merseyside itu mengawali langkah awal yang kelam.
1. Lambatnya Proses Adaptasi Tim
Sejak dahulu, gaya speed and power ala Inggris melekat kuat dalam permainan Liverpool. Dengan patron tersebut The Reds sempat meraih rekor 18 kali juara Liga Inggris sebelum dilewati Manchester United (MU), dua musim lalu. Mengubah gaya speed and power yang sudah mendarah daging menjadi tiki-taka seperti yang diinginkan Rodgers pasti butuh waktu. Tampak terlihat, meski mampu menampilkan operan-operan yang menawan, keseimbangan permainan Steven Gerrard dan kawan-kawan masihlah lemah sehingga hanya dari tiga laga, kiper Pepe Reina sudah tujuh kali memungut bola dari gawangnya.
2.Buruknya Performa Pemain Senior
Rodgers berani memunculkan Raheem Sterling, pemain belia dari akademi Liverpool ke dalam skuad inti. Remaja berusia 17 tahun itu pun menjawabnya dengan performa mengesankan. Pemain rekrutan baru seperti Joe Allen dan Fabio Borini mulai memperlihatkan potensi emasnya. Sayang di sisi lain, pemain senior justru tampil sangat buruk. Di laga perdana kontra WBA, sebuah kesalahan Daniel Agger berujung kartu merah pada menit ke-58. Pada pertandingan kedua, kemenangan 2-1 atas Man City lenyap karena backpass teledor Martin Skrtel yang dimaksimalkan jadi gol oleh Carlos Tevez. Di laga ketiga, giliran kesalahan passing Gerrard dan lemahnya penampilan Reina yang menuntun dua gol Arsenal di Anfield.
3.Tumpulnya Lini Depan
Di tiga pertandingan awal, Liverpool relatif mampu menampilkan dominasi permainannya. Namun, satu hal paling utama yang gagal mereka dapatkan, yakni gol. Eksplosivitas trisula Sterling, Borini dan Luis Suarez gagal menceploskan si kulit bundar ke gawang lawan melalui permainan terbuka. Memang, ada dua gol yang bisa dicetak ke gawang Man City pada pekan kedua. Namun, keduanya bukan berasal dari sebuah skema permainan terbuka. Gol tandukan Skrtel berawal dari sebuah set piece. Sementara gol Suarez dihasilkan dari free kick.
4.Minim Stok Lini Depan
Performa buruk Liverpool di awal musim ini tak lepas dari buruknya perencanaan tim. Di saat manajemen melepas Dirk Kuyt, Craig Bellamy dan meminjamkan Andy Carroll ke West Ham United, The Reds hanya merekrut dua striker, yakni Borini dari AS Roma dan Samed Yessil, pemuda berusia 18 tahun dari Bayer Leverkusen. Alhasil, alternatif untuk lini depan menjadi sangat terbatas. Liverpool hanya menyisakan Suarez dan Borini sebagai pemain senior di barisan penyerang. Sisanya adalah pemain-pemain belia seperti Sterling, Yessil atau Adam Morgan, striker berusia 18 tahun dari akademi Liverpool.
5.Buruknya Negosiasi di Bursa Transfer
Persetujuan Rodgers meminjamkan Carroll ke West Ham didasari pada rencana perekrutan striker baru seperti Clint Dempsey, Theo Walcott atau Daniel Sturridge. Dalam skenario ini, Dempsey pun jauh-jauh hari sudah menyatakan minatnya berlabuh di Anfield. Namun, kenyataan di lapangan berkata lain. Pada deadline bursa transfer musim panas ini, bintang Amerika Serikat itu berbelok arah menuju Tottenham Hotspur. Konon, negosiasi tak tercapai hanya karena manajemen The Reds enggan menaikkan 1 juta pounds dalam tawaran mereka ke Fulham. Alhasil, Rodgers pun harus gigit jari lantaran tak satu pun pemain buruannya hadir di hari terakhir transfer window.
(Abdul Haris/Sindo)
Baca Berita Lainnya :