Kamis (7/3) dini hari WIB nanti, Juventus akan menjamu Glasgow Celtic dalam laga Liga Champions babak 16 besar leg kedua.
Angin baik berpihak pada tuan rumah. "Nyonya Tua" sudah mengantongi bekal kemenangan 3-0 pada pertemuan pertama di markas Celtic, bulan silam. Juve tinggal mencari hasil seri untuk menembus putaran perempat final. Kalah pun boleh asalkan tidak melampaui skor tersebut.
Bermain di kandang sendiri, di Juventus Arena, di muka pendukung sendiri, sulit diharapkan kalau Juve akan kalah. Tapi itu tidak boleh menumbuhkan kesombongan. Playmaker Andrea Pirlo pernah mengalami kekecewaan gara-gara munculnya benih semacam itu.
Dulu, pada final Liga Champions 2005, ketika Pirlo masih membela AC Milan, ada kejadian pahit yang tak akan pernah ia lupakan. AC Milan tatkala itu unggul 3-0 di babak pertama lawan Liverpool. Keceriaan menghiasi wajah setiap pemain Rossoneri ketika babak kedua dimulai. Mereka melangkah ke lapangan dengan kepercayaan diri sangat tinggi. Seolah-olah trofi juara sudah di tangan.
Tapi aksi heroik dari kapten Liverpool Steven Gerrard membuyarkan segalanya. Dengan gol pembuka di menit ke-54, Gerrard memompa semangat timnya untuk meneruskan pertarungan bersejarah itu. Vladimir Smicer dan Xabi Alonso berhasil menyamakan kedudukan sampai menit ke-60 (tiga gol Liverpool terjadi dalam tempo enam menit), dan AC Milan tersentak dengan skor imbang 3-3.
Tidak ada perubahan dalam extra-time, maka pertandingan dilanjutkan dengan adu penalti. Milan kalah, dan Pirlo menjadi salah satu pemain yang sangat menyesali salah satu final terbaiknya di Liga Champions itu. Teringat itu semua, Pirlo yang sekarang berusia 33 tahun dan tidak lagi bersama AC Milan, meminta rekan-rekannya untuk tidak jumawa. Rendah hati adalah sikap yang tepat, karena "keajaiban-keajaiban" semacam itu kerap terjadi di Liga Champions.
Partai AC Milan-Liverpool hanya satu contoh. Lima tahun lalu, pada ajang Piala Libertadores, America (dari Meksiko) kalah 2-4 di leg pertama yang digelar di kandang sendiri saat menjamu Flamengo (Brasil). America berhasil menang 3-0 pada pertemuan kedua di markas Flamengo.
Dua musim lalu, Inter Milan kalah 0-1 saat menjamu Bayern Munchen, tapi menang 3-2 di markas lawan pada pertemuan kedua. Inter unggul dalam perhitungan agregat gol tandang. Ajax juga pernah membalikkan keadaan lawan Panathinaikos pada musim 1995-1996.
Menjamu Celtic, Juventus kemungkinan tidak akan menurunkan bek andalan Giorgio Chiellini sepenuh pertandingan. Pemain timnas Italia itu mengeluhkan kondisi engkelnya di sesi latihan rutin, Senin (4/3) kemarin. Cedera itu didapatkan pada saat Juventus meraih kemenangan atas Siena pada Februari lalu, dan rasa sakit yang masih tersisa menyulitkannya untuk bergerak.
Mungkin ini bisa dipandang sebagai sedikit kebetulan lantaran pelatih Antonio Conte punya kans untuk melakukan rotasi. Juve sudah membukukan kemenangan tandang 3-0 di leg pertama. Artinya, Celtic harus menang dengan marjin empat gol jika ingin lolos ke perempat final. Di atas kertas, skuad rotasi Juve pun tidak akan mudah kemasukan gol begitu banyak tanpa membalas.
Tentang kemungkinan rotasi, Conte mungkin dilakukan terhadap Arturo Vidal, Stephan Lichtsteiner, dan Claudio Marchisio. Masing-masing mendapatkan satu kartu kuning, dan kemungkinan akan absen di partai berikutnya kalau mendapatkan satu kartu kuning lagi. Riskan jika dimainkan di laga ini.
Sementara itu, Celtic sendiri tidak diperkuat kapten Scott Brown yang mengalami cedera paha, juga bek Mikael Lustig yang bermasalah dengan retak tulang.
ASIAN HANDICAPS ODDS - 0 : 1½
PREDIKSI MENANG : Home : 65% --- Draw : 30% --- Away : 5%
PREDIKSI SKOR : Juventus 2 - 1 Celtic
TIPS : eltic
PREDIKSI MENANG : Home : 65% --- Draw : 30% --- Away : 5%
PREDIKSI SKOR : Juventus 2 - 1 Celtic
TIPS : eltic
Baca Berita Lainnya :
Tenun Ikat Kaos Kediri BatikJersey