Baju Jersey Bola

Review Liga Serie A Italia Musim 2011/2012

Posted by Rayatalit on Rabu, 16 Mei 2012

TIP Taruhan Bola dan Hasil Pertandingan Terbaru
VIVA - BOLA,- Panggung drama Liga Serie A Italia musim ini telah usai. Seperti kita tahu, Juventus berhasil menambah satu tanda bintang di jersey baru mereka. Niatan yang sempat menimbulkan polemik menilik gelar ‘resmi’ La Veccia Signora baru mencapai angka 28. Namun, lupakan masalah jumlah. Kita tengok apa saja yang telah terjadi di sepanjang musim yang sempat beberapa kali terhenti akibat cuaca buruk.

Diawali aksi mogok Asosiasi Pemain Italia (AIC) yang kecewa dengan sikap Lega Calcio, musim dimana Serie A hanya akan meloloskan 3 tim teratas ke Liga Champions musim depan, persaingan di papan atas seperti diprediksi berlangsung luar biasa seru. AC Milan yang nyaris tak merubah skuad juara boleh menyesal dengan keberadaan Milan Lab. Laboratorium olahraga canggih yang sempat diklaim paling modern di Eropa tak mampu memberi solusi badai cedera punggawa I Rossoneri. Hampir sepanjang musim, Massimiliano Allegri tak bisa meramu skuad terbaik.

Untungnya, Zlatan Ibrahimovic masih tak bosan mencetak gol. Ibra, menjalani musim terbaik dengan gelontoran 28 gol, tiga gol lebih baik dari rekor semasa di Inter Milan. Apes bagi Ibrakadabra, meski sukses memecahkan catatan gol semusim Andry Shevchenko dan mengantarkan Milan menjadi tim paling produktif, scudetto harus terbang ke kota Turin.

Yup, Turin. Kota di bagian utara Italia, telah berdiri megah stadion anyar. Belum ada nama resmi, Juventus Stadium menjadi sejarah sepakbola Italia. Juve boleh jumawa. I Bianconeri menjadi klub Serie A (Italia) pertama yang memiliki stadion sendiri. Bersama pelatih anyar, Antonio Conte, para punggawa La Signora Omicidi tak perlu ngontrak ke Olimpico Stadium seperti musim lalu. Rekrutan mencengangkan datang kala Andrea Pirlo merasa dipinggirkan Allegri, menerima tawaran Juve. L’architetto secara luar biasa menginspirasi permainan Si Putih Hitam bersama Claudio Marchisio dan Arturo Vidal. Trio MVP nyaris tak pernah digeser Conte, meski sang allenatore berkali-kali mengubah strategi dari 4-2-4, 4-4-2, 4-2-3-1 hingga 3-5-2.

Keseimbangan permainan yang diciptakan Pirlo di lini tengah Si Nyonya Tua membuat gawang Gigi Buffon jarang mendapatkan serangan. Total 20 gol menjadi rekor terbaik peraih scudetto di era 20 tim. Secara ball possession, Juve terus memenangi di seluruh 38 partai Serie A. Menariknya, sosok Alessandro Matri, top scorer klub hanya mencetak 10 gol. Tentu pameo, tim juara adalah tim yang paling sedikit menderita gol bakal berlaku di sini. Total gol Juve masih kalah dari AC Milan, tapi 19 pemain Juve mampu masuk scoresheet. Kolektivitas akan berbicara di sini.

Sempat nge-drop dari beberapa kali hasil imbang, Juve patut bersyukur musim lalu hanya menempati peringkat tujuh. Hanya berfokus di dua ajang (Serie A dan Coppa), Juve tak pernah kehilangan tenaga di tiap laga. Jika sang juara bertahan, Milan, sempat megap-megap kehabisan nafas, Juve secara luar biasa mampu melewati hadangan le magnifiche sette. Sebuah syarat untuk memenangi persaingan bukan ?

Persaingan scudetto sebenarnya mengerucut hanya antara Milan dan Juve saja. Runner up musim lalu, Inter Milan, melakukan blunder besar saat melepas Samuel Eto’o dan mendatangkan Diego Forlan. Dikombinasikan dengan ide gila Gian Piero Gasperini, kedatangan Claudio Ranieri hingga tugas dadakan Andrea Stramaccioni, posisi akhir Il Biscione di peringkat enam sebenarnya sudah lumayan bagus, mengingat di awal musim sempat merasakan zona merah. Namun, musim depan, La Beneamata yang bakal absen dari panggung Liga Champions untuk kali pertama sejak 2001-2002 bisa memiliki masalah besar. Pemain bintang tentu tak mau datang.

Bicara pemain bintang, di musim ini, sosok Edinson Cavani dan Marek Hamsik tentu menjadi dua pesohor yang terus menjadi magnet kuat acap kali jendela transfer dibuka. Dua nyawa Napoli mampu menyingkirkan Manchester City di fase grup Liga Champions, sebelum harus menyerah di tangan Chelsea. Walter Mazzarri mungkin bisa mengerti mengapa Allegri selalu mengeluh dengan banyaknya pemain Milan yang berlabel cedera.

Terbagi fokus ke UCL, Napoli megap-megap di Serie A. Untung saja, di ajang Coppa, Partenopei mendapat undian lumayan enteng. Azzurri pun melenggang ke partai puncak, berhadapan dengan Juve, 21 Mei mendatang di Olimpico. Satu tiket Liga Europa musim depan sudah berada di tangan. Tapi, tak bermain di Liga Champion, siapa menjamin bintang-bintang Naples bakal bertahan di San Paolo ?

Justru, klub seperti Udinese bisa jadi malah mendatangkan atmosfer menarik bagi para pemain bintang. Bukan klub kaya, Friulani terkenal suka melego pemain bintang saat berharga mahal. Ditinggal Alexis Sanchez ke Barcelona, Antonio di Natale malah sukses mekencetak gol ke-80 di musim ketiganya sekaligus mengantarkan Zebrette ke posisi tiga klasemen akhir Serie A. Jika melihat persaingan dengan Lazio, Napoli serta Inter, Francesco Guidolin pantas diganjar untuk trofi Oscar del Calcio untuk tahun ini.

Udinese masih menyimpan cerita lain. Pier Mario Morosini, salah satu pemainnya yang dipinjamkan ke Livorno (Serie B) mengalami serangan jantung hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir saat pertandingan kontra klub asal kelahirannya, Pescara. Cerita hidup Morosini sangat mengenaskan. Gelandang anggota Azzurrini harus kehilangan, ibunda, saat berusia 15 tahun. Dua tahun kemudian, ayahanda menyusul ke alam baka. Morosini harus menghidupi kakak perempuannya, yang menderita cacat. Serie A, Serie B dan seluruh masyarakat bola Italia hingga dunia berkabung dan merasa kehilangan dari sosok tangguh penuh tanggung jawab seperti Morosini.

Musim ini, Serie A juga bakal kehilangan beberapa legenda. Sang pemenang scudetto, Juve, bakal ditinggal il capitano Alessandro del Piero setelah pengabdian selama lebih dari 19 tahun. Sebuah gol di giornata pamungkas kontra Atalanta membuat pesta perpisahan Ale terasa sempurna. Mengantarkan Juventus ke kasta tertinggi bumi Italia setelah terpuruk lebih dari setengah dasawarsa pasca calciopoli, sang legenda hidup nyaris telah memberi semua gelar. Scudetti ke-30 dengan catatan invincible menjadi catatan terbaik sepanjang sejarah Serie A. Jauh lebih baik dari rekor Perugia dan AC Milan saat Serie A masih diikuti 18 peserta serta aturan backpass memperbolehkan untuk kembali ditangkap para portiere.

Juventus telah berevolusi saat kehadiran Beppe Marotta. Peremajaan skuad menjadi target utama. Hasilnya, musim ini Juve berjaya. Mungkin, keberhasilan Juve melecut Milan untuk segera melakukan hal serupa. Mulai dari kompatriot Del Piero semasa berbaju hitam-putih, Pippo Inzaghi resmi undur dari dari San Siro. Super Pippo menyusul Alessandro Nesta, Gennaro Gattuso, Mark Van Bommel hingga Clarence Seedorf yang memutuskan menyudahi pengabdian bersama Milan demi regenerasi klub.

Pertanyaan bagi kita, bagaimana nasib Serie A musim depan ?

Jika melihat kondisi keuangan klub Serie A yang jauh dari kata glamour, berharap terjadi mega transfer masuk ke Italia mungkin bisa menjadi barang langka di sepanjang musim panas nanti. Imbasnya, hasil di Liga Champion atau Liga Europa musim depan, tentu tak akan jauh berbeda dengan musim ini, kecuali datang aliran uang masuk. Jika Thomas DiBenedetto saja masih pelit membangun AS Roma, panggung Serie A hanya seru dilihat dari dalam saja. Saat bertemu tim-tim semacam Real Madrid dan Barcelona, orang akan segera bilang, dunia mereka berbeda.
(mahdi manshuri/supersoccer)