Mengapa selalu saya? Pertanyaan itu mengemuka 2011 lalu saat dirinya kerap membuat sensasi lewat aksi-aksi kontroversial di dalam maupun luar lapangan. Inter, Manchester City, dan AC Milan adalah sederet klub yang pernah dibuat pusing oleh ulah Balo.
Tapi, semua perilaku buruk itu tak terlihat saat dirinya membela tim nasional Italia. Pelatih Cesare Prandelli yakin anak asuhnya itu sudah jauh lebih dewasa. Balotelli menunjukkan kalau dirinya adalah penyerang yang dibutuhkan Italia di Piala Dunia 2014.
Balotelli memang tampil buruk bersama AC Milan musim ini. Ia gagal membawa Rossoneri lolos ke kompetisi Eropa. Raihan 14 kartu kuning plus sebiji kartu merah, seolah menutupi suksesnya menggelontorkan 18 gol musim ini.
Wajar kalau santer disebut Prandelli akan memilih Ciro Immobile, bomber Torino yang menjadi topscorer Seri A musim ini dengan koleksi 22 golnya. Keputusan ini tentu bisa diterima para fans demi kebaikan tim. Namun, sang juru taktik bergeming. Ia tetap memilih Balo dalam starting XI.
Hasilnya? Bisa dilihat sendiri. Balotelli seolah mampu memutar ulang sejarah saat dirinya menjadi bintang di Euro 2012. La Nazionale dibawanya melaju jauh sampai ke final. Ketika itu sama sekali tak terlihat perilaku kontroversial sang pemain yang kerap merugikan timnya.
Pemain usia 23 tahun itu mampu menyatu dengan trio gelandang Italia, Andrea Pirlo, Claudio Marchisio, dan Marco Verratti. Aksi dengan atau tanpa bola kerap merepotkan barisan pertahanan The Three Lions. Ia sekali lagi menunjukkan pentingnya perilaku disiplin dan kerja keras di ajang bergengsi.
Balotelli akan kembali beraksi di Recife untuk menjaga harapan Italia lolos sebagai juara grup saat menghadapi Kosta Rika di matchday kedua, Jumat (20/6) malam. Wakil Amerika Utara itu diluar dugaan mampu menundukkan Uruguay 1-3 di Fortaleza.